Sudah dua minggu sejak Lanno berangkat lagi ke Bandung. Hari-hariku berjalan seperti biasanya. Kami selalu berkomunikasi lewat berbagai media sosial.
Hari ini adalah hari Sabtu, aku ada janji untuk kerja kelompok hari ini, bersama Nia dan beberapa teman kelasku lainnya.
Saat ini jam menunjukkan pukul 10:15 WIB. Kami memang sengaja janjian untuk kerja kelompok dari pagi, karena tugasnya adalah membuat kerajinan dari barang bekas, dan lumayan rumit. Aku sedang menunggu Nia menjemputku.
Tidak lama kemudian Nia datang dengan motor matic birunya. Setelah berpamitan pada Mama dan Bi Euis, kami segera berangkat menuju rumah Dinda, teman sekelas kami.
Sesampainya disana ternyata belum ada yang datang. Aku, Nia dan Dinda menyiapkan bahan-bahan yang sekiranya diperlukan.
Tiba-tiba ponselku berdering. Kulihat ternyata ada panggilan masuk dari Lanno. Aku memberi isyarat pada mereka bahwa aku ingin angkat telepon dulu.
"Hallo!" Ucap Lanno dari seberang.
"Hai!" Balasku.
"Lagi sibuk?" Tanya Lanno.
"Nggak terlalu, sih. Aku lagi kerja kelompok." Jawabku.
"Oh, gitu.."
"Kamu lagi di kampus?" Tanyaku.
"Nggak, sabtu ini lagi nggak ada kegiatan, jadi aku di kost deh." Balasnya.
"Oalah.."
"Eh, iya, besok aku balik, Git." Ucapnya.
"Hah? Serius?!" Aku kaget.
"Iya, sayang.."
"Yayy!!" Senyumku seketika mengembang bebas.
Lanno tertawa.
"Eh, tapi, kenapa nggak hari ini aja? Toh kamu di kost doang 'kan?" Tanyaku.
"Tadinya juga mau hari ini, tapi, anak kost pada ngajak kerja bakti terus pada mau nobar nanti malam. Aku mau nggak ikutan, tapi, nggak enak. Jarang juga anak kost pada bisa kumpul gini." Jelas Lanno.
"Ohh, gituu.. Yaudah kalau gitu."
"Iyaa, besok aku sampai disana pagi, kayaknya. Sekitar jam 10."
"Aku jemput di stasiun, ya?"
"Nggak usah, Ibu yang mau jemput, katanya. Lagian, nanti malah repotin kamu."
"Aku nggak pernah merasa di repotin, Lanno.." Jelasku.
"Iya, Gitta, Lanno tahu. Tapi, kali ini nggak usah, nggak apa." Lanno tetap menolak.
"Hmm, yaudah deh." Balasku.
"Yaudah, lanjutin gih kerja kelompoknya. Aku juga mau lanjut kerja bakti."
"Iya, sampai ketemu besok, Lanno!" Jawabku.
"Sampai ketemu besok, Gitta!"
Lalu kami sama-sama mematikan sambungan teleponnya.
"Ceria banget mukanya." Goda Nia.
"Tahu, ya, Ni. Yang habis ditelepon doi langsung berbunga-bunga banget, kayaknya." Sambung Dinda.
Sebenarnya aku tidak pernah mengumbar hubunganku dengan Lanno, hanya memang rata-rata teman sekelasku tahu, karena sebagian besar teman sekelasku saat ini adalah teman sekelasku saat dulu di kelas 11. Dan, saat itu Lanno seringkali datang ke kelasku untuk mengajakku ke kantin, atau menungguku pulang, agar bisa pulang bareng.
"Apasih kalian!" Jawabku sembari senyum-senyum.
Kami melanjutkan kegiatan kami, tidak lama kemudian satu persatu anggota kelompok kami datang,
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen FictionLanno menatapku. "Bagaimana senjanya?" Tanyanya sambil tersenyum manis. "Luar biasaaa! Menurut Lanno bagaimana?" Tanyaku bersemangat. "Senjanya biasa, tapi karena bersama Gitta, jadi sangat istimewa.." Balasnya.