Hari ini aku pergi ke sekolah dijemput oleh sahabatku, Nia. Seorang gadis yang tinggi badannya sedikit diatasku, rambutnya lurus sebahu dan berwarna sedikit coklat tapi bukan karena diwarnai, melainkan memang sejak lahir rambut Nia berwarna kecoklatan. Kami sudah bersahabat sejak kelas 10 walaupun sewaktu kelas 11 kami tidak sekelas, tapi tetap saja kami selalu bertukar cerita. Kini, akhirnya kami kembali dipertemukan dalam satu kelas di kelas 12.
Nia tahu betul cerita tentang aku dan Lanno. Tentang bagaimana hubungan kami, bagaimana awal mula cerita kami, Nia tahu semuanya.
Saat ini aku dan Nia sedang berjalan menyusuri koridor sekolah, ingin menuju kelas kami.
"Lanno gimana disana? Betah?" Tanya Nia memulai obrolan.
"Betah, kan perempuan disana cantik-cantik." Balasku bercanda.
Nia tertawa.
"Disana mungkin emang perempuannya cantik-cantik, tapi, nyatanya kan hatinya udah ditinggal disini. Dititip ke perempuan yang rambutnya hitam pekat, bola matanya bulat agak coklat, kulitnya kuning langsat. Apa lagi, ya?" Jelas Nia panjang lebar.
"Kok lo jadi kayak nyebutin ciri-ciri anak hilang sih, Niiii!!"
"Eh, iya, ya?!" Jawab Nia disertai tawa, pun aku jadi ikut tertawa.
—————
Malam ini aku sedang begadang untuk menyelesaikan tugas fisikaku.
Saat aku sedang asik mengerjakan tiba-tiba ada video call masuk dari Lanno.
"Hai, lagi ngapain?" Sapa Lanno.
"Helaw! Lagi ngerjain tugas, nih!" Ucapku sembari menunjukkan buku yang ada dihadapanku.
"Kamu lagi santai?" Tanyaku karena melihat Lanno sudah berada di kasurnya.
"Iya nih, lagi nggak ada tugas kuliah. Yaudah kamu lanjutin aja." Ucapnya.
"Iya sebentar, ya!" Ucapku sembari menyandarkan ponselku pada tumpukan buku didepanku, agar Lanno tetap bisa melihatku dan aku bisa melihatnya. Lalu aku melanjutkan kesibukanku.
"Tekun banget sih, Neng." Goda Lanno setelah beberapa menit.
Mataku yang semula fokus pada buku beralih menatap layar ponsel, dia tertawa, sangat manis.
"Terpaksaaa!" Jawabku sedikit nyolot.
"Kasiannn ih, mana masih muda." Ledeknya.
"Mentang-mentang tua, banyak gaya, ngajak ribut?" Ku pakai nada bicara ala iklan permen milki*a.
Dia tertawa, tak lama menguap.
"Kalau ngantuk tidur aja." Ucapku lembut.
Lanno terlihat lelah, aku tak tega memaksanya untuk terus menemaniku mengerjakan tugas.
"Belum ngantuk kok, kamu lanjutin aja jangan liatin aku mulu, jadi nggak fokus nanti haha." Sudah larut malam, percaya dirinya belum surut juga.
"Iyaaa, ini sebentar lagi selesai kok." Jawabku.
Setelah itu aku lanjut mengerjakan tugas fisikaku. Sementara dari sudut mataku, terlihat Lanno hanya memperhatikanku sambil sesekali menguap, aku tahu dia pasti mengantuk, tapi dia tetap saja memaksa untuk menemaniku.
Mataku benar-benar hanya terfokus pada buku, hingga saat tugasku selesai. Kutatap layar ponselku. Disana terlihat Lanno yang sudah tertidur, wajahnya terlihat lelah sekali. Tapi tetap tampan, saat tertidur saja aura ketampanannya tetap terlihat.
Senyumku mengembang dengan bebas, kurasa tidurku malam ini akan sangat tenang.
"Selamat tidur, Lanno. Terimakasih sudah menemaniku, kini aku semakin rindu. Jangan berikan hatimu pada wanita baru selain aku,ya?" Ucapku seolah mengajaknya mengobrol, padahal dia sudah berkelana di alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen FictionLanno menatapku. "Bagaimana senjanya?" Tanyanya sambil tersenyum manis. "Luar biasaaa! Menurut Lanno bagaimana?" Tanyaku bersemangat. "Senjanya biasa, tapi karena bersama Gitta, jadi sangat istimewa.." Balasnya.