Tidak Tepat

13.2K 1.4K 147
                                    

Sejak awal bertemu, Alana tahu kalau Jeffry Devano memang bukan lelaki yang ramah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak awal bertemu, Alana tahu kalau Jeffry Devano memang bukan lelaki yang ramah. Kesan pertama yang ia temui dari calon kakak iparnya itu adalah dingin dan angkuh. Sebelum dijodohkan dengan Almira, sepak terjang Devan sebagai Cassanova memang sangat terkenal. Hampir semua perempuan rela mengantri hanya untuk bisa mengobrol dengannya.

Keluar masuk kelab malam sudah tidak asing lagi untuk lelaki itu. Alana sadar, Devan bukan pria baik-baik. Ia yakin, bukan hanya satu atau dua wanita yang sudah pernah lelaki itu tiduri. Memangnya apa lagi yang biasa dilakukan pria dewasa ketika masuk ke dalam kelab malam selain mengajak wanita sexy untuk tidur bersamanya.

Tapi semenjak perjodohannya dengan Almira dilakukan, Devan seolah berubah menjadi pria baik-baik. Ia tidak lagi keluar masuk kelab malam, tidak lagi mencari wanita nakal untuk ia ajak one night stand. Devan berubah karena lelaki itu benar-benar mencintai Almira.

Namun, setelah dicampakan oleh perempuan itu, Devan kembali lagi pada kehidupan malamnya. Ia seolah melupakan statusnya yang sudah berubah menjadi seorang suami dari perempuan cantik yang selalu menunggunya di dalam rumah.

Terhitung sudah tujuh hari semenjak pertengkaran mereka malam itu, Devan selalu pulang larut malam. Ia selalu tiba di rumah saat Alana sudah terlelap tidur. Bahkan makanan yang Alana buat tidak disentuh sama sekali oleh lelaki itu.

Begitu pun dengan pagi ini, Alana tidak mendapati Devan ada di dalam rumah mereka. Pagi-pagi sekali lelaki itu sudah pergi bekerja sebelum Alana bangun dan menyiapkan segala keperluannya.

Kalau seperti itu, bagaimana Alana bisa membuat Devan jatuh cinta padanya? Oh, sepertinya lelaki itu sengaja agar Alana tidak bisa menggodanya.

"Menyebalkan! Mas Devan keparat!" gerutu Alana kesal dari balik mesin kasir.

Siang ini ia datang berkunjung ke kedai kopi miliknya. Sudah hampir dua tahun Alana merintis usaha ini sendirian. Berbekal modal yang Ayah berikan, Alana membangun sebuah kedai kopi yang lumayan besar di tengah area perkantoran.

Di usia dua puluh tiga tahun, ia sudah mencapai kesuksesan karena usahanya ini. Kedai kopi itu cukup ramai didatangi oleh para pengunjung. Alana mempekerjakan lima orang pegawai yang bekerja dengan sitem shift di sana. Sesekali ia datang hanya untuk mengecek keadaan kedai.

"Al ...."

Gadis itu mendongak, memandang lurus ke arah pintu masuk. Wajahnya yang tadi bermuram durjah seketika berseri-seri saat mengetahui siapa orang yang telah memanggilnya.

"Aahhh! Dianaaaa," teriak Alana tak kalah nyaring dengan wajah berbinar yang kentara.

Alana langsung berlari menghambur memeluk Diana. Sudah berapa lama mereka tidak bertemu? Padahal belum ada sebulan Alana meninggalkan rumah, tapi rasanya ia sudah sangat merindukan gadis itu.

"Kamu kelihatan kurus." Kalimat pertama yang Diana lontarkan saat mereka duduk di salah satu meja, di sudut kafe itu. Keduanya duduk saling berhadapan setelah puas melepas rindu. "Kamu kurang makan?" Diana bertanya lagi.

EFEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang