Pernikahan

12.1K 1.4K 90
                                    

"Heh!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heh!"

Alana tersentak, menoleh dengan wajah pias. Ia baru saja memikirkan Bastian, hingga tanpa sadar kalau ada yang masuk ke dalam kamar riasnya.

Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Devan. Bertempat di salah satu Hotel Bintang Lima, acara pernikahan mereka begitu terlihat sangat megah dan mewah.

"Kamu ngelamun?" Diana berjalan menghampiri Alana yang sudah mengenakan kebaya pernikahan. "Mikirin apa?"

"Menurut kamu?" cibir Alana dengan tampang kesal. "Kak Mira tuh benar-benar ngeselin! Gara-gara dia aku jadi harus nikah sama Devano si cowok berengsek itu!"

"Hush!" Diana menegur. "Nggak boleh ngejelek-jelekin calon suami sendiri, Al. Harusnya kamu bersyukur bisa nikah sama Mas Devan," imbuhnya. "Kamu tahu gak, ada banyak perempuan di luar sana yang rela antri cuma untuk bisa jadi pacarnya. Tapi, kamu satu-satunya perempuan yang beruntung karena bisa nikah sama Mas Devan."

Alana langsung mendelik seraya memberikan tampang meledek. "Kalo kayak gitu, lebih baik aku jadi gak beruntung aja, deh!" tolaknya mentah-mentah. "Di, kamu harus tahu kalo Devan itu sebenarnya adalah maniak seks. Dia gak lebih dari cowok berengsek!"

Gadis itu menghembuskan napasnya kasar. "Sebenarnya aku senang Kak Mira ninggalin dia, tapi ... kenapa sekarang jadi aku yang harus nanggung semua ini."

"Heh! Gak boleh bicara kayak gitu! Sebentar lagi Mas Devan kan akan jadi suami kamu!"

Alana mendengkus lagi, kemudian membalikan badannya. "Tolong jangan mengulang kata-kata yang itu."

"Yang mana?"

"Yang baru aja kamu bilang."

Diana membelalak. "Ma—Mas Devan."

"Bukan! Yang sebelumnya."

"Itu ... Mas Devan."

Alana menggeram dengan hembusan napas malas. "Bukan, Di, bukan ... yang sebelum—"

"Maksud aku ada Mas Devan di sini."

"Apa?" Alana sontak menoleh ke belakang, lalu membelalak lebar saat matanya mendapati tubuh jangkung dengan setelan tuxedo berwarna hitam sedang berdiri di belakangnya.

"Kamu lagi ngomongin aku?"

Detik itu juga Alana merasakan jika jantungnya sudah jatuh hingga ke dasar perut saat matanya bertatapan langsung dengan manik mata gelap yang sedang menatapnya tajam.

"Se—baiknya aku nunggu di luar," ujar Diana terbata sembari melangkah keluar ruangan itu, meninggalkan Alana yang menatapnya seolah meminta pertolongan.

"Di—" gadis itu menggigit bibirnya takut.

"Kamu lagi asik ngomongin aku?" Aura dingin seketika menyeruak saat Devan berbicara.

Mendengar pertanyaan itu membuat Alana seketika kelimpungan dengan tubuh yang bergerak gelisah. Susah payah ia menahan suaranya yang tercekat untuk membalas ucapan Devan.

EFEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang