Terpaksa

13.4K 1.3K 89
                                    

Mereka turun ke bawah menuju ruang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka turun ke bawah menuju ruang keluarga. Pintu itu tertutup sangat rapat, Alana mencoba untuk berdiri lebih dekat lagi hingga telinganya menempel pada badan pintu dengan Molly yang masih berada di dalam gendongannya.

"Di ... kamu gak mau ikutan nguping?"

Diana yang masih berdiri di undakan anak tangga menggelengkan kepalanya. "Kamu aja, aku takut ketahuan sama Pak Bima," balas Diana berbisik.

"Ah, kamu payah. Ya udah, kalo gitu aku sama Molly aja yang nguping mereka." Alana kembali merapatkan telinganya, berusaha menajamkan pendengarannya, karena ia tidak dapat mendengar suara apa pun di dalam sana.

"Mol, kamu denger gak?"

Molly melirik malas ke arahnya, seolah meminta Alana untuk berhenti menguping dan pergi dari sana sekarang juga. Namun sepertinya Alana tidak setuju dengan usul Molly, maka ia semakin merapatkan telinganya pada daun pintu. Alana sedikit mengernyit karena hanya mendengar suara bisik-bisik dari dalam.

Merasa tidak dapat mendengar suara apa pun, Alana bersandar pada pintu semakin rapat dan kemudian tiba-tiba saja pintu itu terdorong ke dalam dan tubuhnya jatuh ke atas lantai.

"Yakkk!!!"

Diana yang berada di undakan anak tangga membelalak kaget dan buru-buru pergi dari sana. Sedangkan Molly sudah melepaskan diri dari pelukan Alana saat gadis itu terjatuh dan berlari meninggalkannya menaiki tangga.

"Aw ...," Alana meringis. Mengusap tangannya yang terbentur lantai. Perlahan ia membuka mata dan mendapati beberapa pasang mata menatapnya terkejut.

"Al, ngapain kamu di situ?" Bima bertanya seraya menghampirinya.

Alana mendadak kikuk dan salah tingkah. Mengapa ia bisa seceroboh ini sampai tidak menyadari jika pintu itu tidak terkunci. Alana merasa malu, bahkan lebih dari itu. Ia merasa sangat konyol karena telah ketahuan menguping pembicaraan mereka.

"Alana!" Kali ini Anggita yang angkat suara. Ibunya itu memang sangat galak kepadanya, berbeda saat Anggita bersama Almira.

"Maaf, Bunda, Ayah, Alana gak sengaja lewat, terus jatuh di sini." Alasan yang tidak masuk di akal.

Memang!

Tapi biarlah, ia sudah terlanjur terlihat sangat konyol di depan mereka.

"Mas Bima, mumpung Alana sudah ada di sini, sebaiknya kita segera memberitahukannya soal kesepakatan ini." Suara Tante Sarah membuat Alana menoleh. Melarikan pandangannya dari menatap wanita tua itu lalu kembali memandangi wajah Ayah.

"Kamu bangun dulu." Bima membantu putrinya itu berdiri, kemudian membawanya duduk di sofa.

"Ayah ... ini ada apa?" tanya Alana takut-takut.

Bima mendesah, mengambil tangan Alana untuk ia genggam. "Al, Ayah benar-benar minta maaf untuk keputusan ini."

Perasaan Alana mendadak tidak enak. Bukankah mereka sedang membahas masalah Almira, mengapa harus membawa-bawa namanya?

EFEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang