Berkat nasehat Mail di atas motor tadi, kini Gretel mendatangi Prasetyo—papanya—yang sedang duduk menonton berita, duduk santai di kursi ruang tamu. Ia duduk di samping papanya dengan senyum canggung.
“Papa nonton apa?” tanya Gretel basa-basi.
“Ini nonton berita, Gretel,” jawab Prasetyo melirik sebentar putrinya, lalu fokus kembali ke televisi.
“Papa pasti capek, ya, seharian kerja. Mau Gretel pijitin?”
“Boleh.” Prasetyo kembali menoleh ke putrinya. Ia cukup kaget dengan apa yang barusan ia dengar. “Tumben nih kamu mau pijitin papa? Pasti kamu mau minta sesuatu, ya?” curiganya karena ini merupakan peristiwa langka.
“Nggak kok, Pa. Gretel Cuma mau pijitin Papa aja, nggak maksud lain, kok.”
“Ya udah kalau gitu. Pijitin bahu papa, ya.” Prasetyo duduk membelakangi putrinya agar gadis itu leluasa memijat bahu ayahnya.
“Ok.” Gretel pun memijat bahu ayahnya.
Sore menjelang malam ini menjadi sangat indah. Seorang putri yang sangat cuek, kini terlihat peduli pada ayahnya. Ini pertama kalinya Gretel memijat, tidak terlalu berasa. Prasetyo cukup senang dipijatin putrinya.
Tidak hanya meminjat Prasetyo, bahkan Gretel si anak pemalas itu kini mencuci piring kotor bekas makan malam. Sama seperti Prasetyo, Santi juga mencurigai putrinya itu melakukannya karena ada maksud dan tujuan seperti kala itu, membantunya memasak hanya untuk dimintai membuat kue.
Kali ini benar tulus. Putri mereka tidak minta apa-apa. Hansel yang memperhatikan Gretel pun juga ikut senang. Cowok itu juga ikut membantu adik kembarnya mengelap piring yang sudah di cuci.
Kedua orang tuanya berharap banyak agar putrinya terus begini, menjadi gadis yang baik dan peduli terhadap keluarga.
***
Gretel mendapat chat dari Mail, memintanya untuk menemui cowok itu di taman. Entah mengapa akhir-akhir ini taman menjadi tempat yang sering dikunjuginya. Padahal dulu ia jarang sekali ia kesana. Tempat itu sungguh tidak baik baginya. Di sana ia sering emosi, dan mertemu dengan orang-orang yang menyebalkan.
“Ada apa?” tanya Gretel ketus.
“Jangan ketus gitu, Kak. ‘Ntar cantiknya hilang, lho. Hehehe,” goda Mail disertai senyum manis hingga matanya menghilang.
“Nggak usah tertawa. Nggak lucu. Langsung ke intinya aja. Apa yang mau kamu sampaikan.”Mail tanpa ragu menunjukkan video yang direkamnnya kemarin. Gretel melihatnya terkejut, seperti sengatan listrik menyambarnya, matanya juga terbelalak.
“Berani-beraninya kamu merekamnya!”
Gretel langsung menyambar ponsel Mail dan menghapus video itu dengan jemari bergetar.
“Maaf ya, Kak. Aku punya cadangannya, kok. Aku begini juga demi kebaikan Kakak,” ucap Mail yang sedikit merasa tidak enak.
“Hah, kabaikan? Kamu mau sebar video itu. Kamu mau orang tuaku mengusirku. Itu namanya kebaikan?!” ucap Gretel dengan tatapan setajam pisau.
“Bukan gitu, Kak. Kakak cukup tidak berteman lagi dengan Bang Ucup dan teman-temannya terus bersikap baiklah pada bang Hansel. Aku jamin video itu nggak nyampe ke tangan Kepsek.”
“Oh, sekarang kamu pandai mengancam, ya?”
Gretel kesal bukan main pada mantan temannya ini. Baru saja ia di atas angin, bisa mengancam kembaran sendiri demi kesenangan dan rasa cemburunya. Tapi, sekarang juniornya juga melakukan hal serupa. Mengancamnya lewat video pem-bully-annya. Mau tak mau ia harus menuruti permintaan bocah itu. Ia sudah susah payah bersikap baik pada kedua orang tuanya demi kasih sayang. Ia tak mau orang tuanya kembali memarahinya jika mereka dipanggil lagi atas kesalahannya.
“Baiklah. Kalau aku nggak punya temen terus aku sendirian, dong. Jahat banget kamu, Mail.”
“Kalau masalah punya temen Kakak nggak usah khawatir. Kakak balik aja temenan sama aku. Itu pun kalau mau,” tawar Mail disertai legkungan bibir yang sedikit terangkat.
“Iya-iya,” jawabnya yang dipaksakan.
“Gitu, dong. Mulai hari ini kita temenan.” Mail mengajukan kelingking kanannya, lalu Gretel membalas menautkan kelingkingnya juga. Mail tersenyum lebar, sedangkan Gretel masih manyun, bibirnya maju seperti ikan cucut.
***
Di kelas Gretel benar-benar langsung melaksanakan perintah juniornya itu. Ia bahkan pindah tempat duduk, sehingga membuat ketiga temannya heran. Mereka bertanya ada apa dengannya. Namun, ia hanya menjawab mau tobat. Teman-temannya paham, dan membiarkannya begitu saja.
Di saat jam istirahat Gretel makan di kantin bareng Mail lagi. Hansel yang sudah terbiasa mengunjingi adik kembarnya itu heran melihat Gretel bersama Mail, bukan Ucup dan gengnya.
"Temen-temenmu mana, Gretel? Kenapa ada Mail di sini?" tanya Hansel.
"Aku udah nggak temenan lagi sama mereka. Mulai hari ini dan seterusnya kamu nggak perlu jadi pelayan lagi," ucap Gretel dengan wajah datar.
"Seriusan? Baguslah kalau begitu. Kalau gitu aku boleh pergi, 'kan?"
"Kak Hansel mau ke mana? Kak Hansel pasti belum makan. Makan bereng kita, ya?" ajak Mail yang bangkit dari duduknya, lalu berdiri di samping kakak kelasnya itu. "Yuk, kita jemput bakso Mang Ujang. Aku yang traktir deh."
Hansel mengangguk, ia nurut aja dibawa juniornya itu.
Terasa aneh dengan perubahan mendadak dari adik kembarnya itu. Hansel senang karena sekarang ia bebas dari kerja tanpa gaji itu dan juga Gretel kembali berteman dengan Mail yang ia percayai anak yang baik.
***
Setiap hari Gretel bersikap baik di rumah maupun di sekolah. Walau masih serasa terpaksa, setidaknya orang tuanya tidak memarahinya lagi. Gadis itu cukup rajin di rumah, membantu mamanya memasak, menyapu, jemur baju, dan lain-lain yang berkaitan dengan pekerjaan rumah. Ia juga sering memijat Prasetyo, walau pijatannya tidak seenak mamanya.
Melihat putri mereka berubah menjadi rajin, membuat Prasetyo dan Santi tersentuh. Santi yang awalnya jarang sekali masak rendang, sekarang justru semangat masakin makanan kesukaan putrinya itu. Prasetyo juga senang, ia bahkan menjanjikan weekend ini membawa anggota keluarganya liburan ke Payakumbuh dan juga Bukit Tinggi.
Kebaikan yang Gretel perbuat membawakan hasil. Ia bahagia mendapat kasih sayang seperti ini oleh orang tuanya. Ia sangat berterima kasih pada temannya itu, Mail. Berkat juniornya itu impian kecil Gretel terwujud dan semoga terus seperti ini.
Mail membawa pengaruh yang baik ya buat Gretel
Kalau nggak ada Mail, apa mungkin Gretel bisa mewujudkan keinginan kecilnya itu?.
.
.Jangan lupa vote dan komennya
Terima kasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Apology
Teen FictionHansel dan Gretel, saudara kembar yang memiliki sifat yang sangat berbeda. Hansel yang nyaris sempurna, baik, pintar, ramah. Sedangkan, Gretel yang bandel, tukang bully, suka buat onar. Mereka bersaudara dan sama-sama anak orang tua mereka, tetapi h...