32. Menyesal

28 11 19
                                    


"Aku nggak bisa pulang, Sel. Aku nggak pantas tinggal di rumah kalian. Aku bukan anak mama dan papa. Aku selalu bikin kalian susah," ucap Gretel sembari menyeka air matanya membasahi pipinya.

"Kamu jangan berpikir begitu. Kamu Gretel, anak mama, papa, dan juga saudaraku. Mungkin kamu salah dengar. Atau pun memang itu kebenarannya pasti mama, papa punya alasan untuk nggak kasih tau kamu. Mereka itu menyayangimu, Gretel. Ayo, pulang. Orang tua kita telah menunggumu di rumah," ajak Hansel lagi dan ia tidak akan menyerah.

Berdebat dengan Hansel, membuat Gretel murka. Cowok itu terus membujuknya untuk pulang, padahal ia telah menceritakan semua alasannya tidak bisa balik ke rumah itu. Dia hanya anak pungut, menyusahkan orang tua angkatnya, serta penyebab tersebarnya foto aib Hansel. Malu rasanya untuk kembali. Lebih baik di sini, ngamen bareng Siti dan mencoba melupakan segalanya. Walaupun, itu mungkin sangat sulit.

Tidak ada cara lain, Gretel pun berlari ke sembarang arah hingga membuat Hansel tidak habis pikir. Cowok itu pun mengejar Gretel, berlari sekuat tenaga. Gretel memang sedari dulu cukup mahir berlari, hingga Hansel kewalahan. Napasnya tersengal-sengal, tapi ia tidak menyerah demi membawa saudaranya kembali ke rumah.

"Gretel, berhenti! Gretel!" teriak Hansel sembari berlari. Namun, yang dipanggil tidak berhenti apalagi menoleh ke belakang.

"Maafkan aku, Hansel. Aku nggak mau pulang," ucapnya dalam hati sambil berlari. Kaki kurusnya sampai ke jalan lintas.

Gretel pun menyebrang asal tanpa melihat kiri-kanan atau keadaan sekitarnya. Yang terpenting baginya bisa kabur dari Hansel.

Bunyi sesuatu gesekan terdengar nyaring, lalu kegaduhan menggantikannya. Gretel memelankan langkah kakinya, perasaannya tidak enak dan ia membalikkan badannya.

Sebuah mobil truk berwarna hijau terparkir ditengah jalan, dan di depannya penuh segerombolan orang-orang rata-rata menunduk. Ia melirik kiri-kanan mencari keberadaan suadaranya yang mengejarnya. Tidak ditemuinya Hansel di mana-mana. Ia ragu untuk mendekati gerombolan itu. Perasaannya semakin tidak enek. Namun, rasa penasaran menuntunnya sampai di dekat truk itu.

"Permisi," ucap Gretel meminta orang-orang di depannya memberinya ruang untuk melihat ada apa di depan sana. Tubuh ia seketika membeku, air matanya kembali jatuh. Tubuh kurus tergeletak di aspal, kepala berdarah, tidak sadarkan diri adalah cowok yang ia kenal. Cowok yang mengejarnya tadi hingga tidak melihat truk melintas di depannya hingga menabraknya. Dia adalah Hansel, saudara Gretel.

"Hansel!" Gretel berteriak histeris. Ia mendekat dan duduk memeluk cowok itu yang terbujur pucat.

"Adek kenal anak ini? Ayo kita bawa ke rumah sakit naik mobil bapak," tawar seorang bapak berbadan gemuk.

Gretel mengangguk dan Hansel pun di gotong orang-orang yang ada di dekat sana, dimasukkan ke dalam mobil R*** hitam, dan tidak lupa Gretel mendampingi saudaranya sampai ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, mulut Gretel tak henti berkomat-kamit, berdoa agar Hansel tidak kenapa-napa.

***

Setiba di UGD, Gretel meminjam ponsel bapak yang mengantarkan mereka. Ia memberanikan diri menelpon papanya. Dalam hati ia takut akan disalahkan dalam kejadian ini. Namun, ini sudah menjadi resikonya yang bertindak tanpa berpikir panjang.

Tentu Prasetyo dan Santi syok mendengar anak kesayangan mereka dalam keadaan tidak baik-baik saja. Pasangan pasutri itu pun bergegas ke rumah sakit yang disebutkan putrinya.

Prasetyo bersyukur, Gretel yang dicari-cari seharian kini telah ada di depan matanya. Namun, masalah lain muncul seakan kecemasannya tidak berhenti sekalipun.

Gretel menangis tersedu-sedu, menyesal akan perbuatannya yang sangat merugikannya dan keluarganya. Prasetyo mendekat, membangunkan putrinya yang duduk merangkung, lalu memeluknya erat.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Nak?" tanya Prasetyo penasaran.

Gretel menyeka air matanya dan melihat ke samping karena tak sanggup menatap mata sang papa.

"Hansel ditabrak truk, Pa," jawabnya singkat.

"Ceritakan kejadian lengkapnya, kenapa Hansel bisa ditambrak?" kali ini Santi yang ikut bertanya dengan emosi sedikit bisa dikontrol.

"Hiks ... Hiks ... Hansel ditabrak truk karena ngejar Gretel, Ma, Pa. Ini semua salah Gretel. Gretel menyesal," jawabnya kembali terisak.

Plak!

Kali ini Santi tidak tahan lagi. Bom pun meledak dan ia kecewa dengan putri yang selama ini diasuhnya mencelakai anak kandung satu-satunya. Tangan itu spontan menampar Gretel tanpa memperdulikan ia kini berada di tempat umum.

"Anak nggak tau diri. Berani-beraninya kamu membuat putraku begini. Pergi sana! Nggak usah pulang," ucap Santi membelalak dibaluti emosi.

Prasetyo merangkul istrinya dan mencoba menenangkan Santi. "Tenang, Ma. Ini kita di rumah sakit. Malu diliatin orang. Dari pada Mama marah-marah, lebih baik kita berdoa demi kesembuhan Hansel."

Santi pun mencoba meredamkan emosinya dan menurut perkataan suaminya. Sedangkan Gretel merasakan sakit di pipi dan di hatinya. Menerima perlakuan yang memang pantas untuknya yang telah membuat celaka anak dari wanita yang menamparnya tadi.

Setengah jam berlalu dan dokter pun memperbolehkan keluarga pasien untuk menjenguk.

Hansel rupanya sudah siuman. Badannya terbujur lemah di atas ranjang, tangan dan kepalanya dibaluti perban.

Santi langsung memeluk putranya sembari mengangis tersedu-sedu. Ia tidak menyangka putra kebanggaannya kini tidak berdaya di rumah sakit.

"Syukurlah Hansel udah sadar. Papa-mama cemas tau kamu kecelakaan," ucap Prasetyo lembut.

"Ma-ma, Papa, Gre-tel, ja-ngan cema-sin Hansel. Mama, Pa-pa, jangan ma-rahin Gretel, ya, a-tas kecela-kaan ini. Mama, Papa, to-long bawa Gre-tel pulang. Sayangi Gre-tel. Hansel sa-yang ka ...," ucapan Hansel yang terbata-bata putus dan ia kembali tidak sadarkan diri.

Santi pun histeris, menangis sejadi-jadinya. Prasetyo bergerak cepat memanggil dokter. Sedangkan Gretel berdiri menjauh, menutup mulutnya dengan kedua tangannya, dan air matanya juga membanjiri tangannya.

Dokter meminta keluarga menunggu di luar. Tak lama dokter dan suster itu pun keluar dan memberikan kabar buruk.

"Pak, Buk, kami sudah berusaha sekeras mungkin. Maaf, anak kalian tidak bisa kami selamatkan," ucap dokter itu.

Satu keluarga histeris. Tak menyangka anak sebaik Hansel meninggalkan mereka dan pergi selama-lamanya.

Tbc ....

.
.
.

😭😭 Hansel tokoh kesayangan aku berakhir begini
Bagaimana kelanjutan hidup Gretel selanjutnya?
Kuy ikutin terus kisahnya sampai akhir

Jangan lupa votmennya
Makasih sudah mampir😊

ApologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang