#5

788 160 61
                                    

Don't forget to vote and comment!
.
.
.

[Word : 1782 ]

...***...

Angin menderu cukup kencang pagi ini. Ini masih sekitar pukul setengah 6 pagi dan kau tau? Anak anak Quidditch Gryffindor sudah berada di lapangan. Siapa lagi kalau bukan permintaan si ketua. Apalagi ini tahun terakhirnya, ia sangat berambisi memenangkan piala Qudditch asrama untuk Gryffindor.

Aku meniupkan nafas hangat ke kedua tanganku. Entahlah, semenjak pesta kecil kecilan semalam suhu tubuhku jadi agak naik. Tapi ya sudahlah, mungkin karena pergantian cuaca.

Pagi ini aku punya misi khusus. Sangat sangat penting. Ada satu manusia ceroboh yang bisa bisanya meninggalkan barang sepenting ini di sofa ruang rekreasi.

Sarung tangan quidditch, entah milik siapa ini ku dekap sepenuh hati seperti anak sendiri. Bagai Malika, kedelai hitam pilihan yang dipilih secara manual dan alami. Btw, siapa Malika?

Aku terkekeh pelan menertawakan si Malika, Malika ini. Pasti dia orang yang humoris. Walau aku yakin tidak se-gila aku ataupun si kembar. Aku bersenandung sambil berjingkat jingkat di lorong.

"Good morning professor flitwick!"

"Morning Miss Williams."

"Good morning grass!"

"Morning rock!"

"OMG!! Morning Sir Nicholas!"

"Hehehe, terkejut lagi ya? And Morning too Jeane!"

"MORNING CASTLE!!!"

"andd! Morning Cedric!!"

"Eh..-? Cedric??!"

Aku menoleh cepat ke kananku, seorang laki laki berambut coklat tergelak tak jauh dariku. Aku jadi ingin ikut tertawa..

"Ahahahahahaha, Morning Ced!"

"Ahahaha.. Morning Jeane."

Ia berjalan mendekat, ah.. anak rajin satu ini. Bahkan dia sudah rapi sepagi ini. Ku ingatkan lagi ini masih pukul setengah 6 pagi.

"Mau kemana? Dan apa itu?" Ia melirik penasaran sarung tangan yang ku peluk sekarang.

"Ooh, sarung tangan qudditch. Ada anggota quidditch gryffindor yang lupa membawa ini. Dan karena aku baik hati, tidak sombong, serta rajin menabung, aku dengan sukarela mengantarkan ini ke lapangan quidditch! Kau sendiri darimana?" Cedric tertawa lagi. Lihat? Bahkan dia sepagi ini sudah banyak tertawa. Aku tak ragu lagi kalau tertawa adalah nama tengahnya.

"Akan ku jawab sambil jalan. Ayo ku antar ke lapangan quidditch. Tidak keberatan bukan?" Aku mengangguk setuju.

Kami berjalan bersama menuju lapangan quidditch. Aku cukup senang sebenarnya, karena kastil terlihat menyeramkan kalau sepi. Dan hantu hantu terkadang suka muncul secara mengejutkan. Contohnya ya.. Sir Nicholas tadi.

"Jadi, baru darimana?" Aku berjalan agak pelan, tidak berjingkat jingkat lagi atau Cedric terpaksa berlari untuk mengejarku nanti.

CONNECT || Fred × ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang