#11

91 9 4
                                    

Don't forget to vote and comment!
.
.
.

[Word : 1349]

...***...

Setelah menyaksikan kematian ibunya, setelah kematian, hal kedua yang Cedric takuti sekarang adalah kehilangan orang yang ia cintai.

Pemuda berjubah kuning hitam itu terduduk lesu diatas astronomy tower. Membawa minuman beralkohol bukanlah salah satu dari kebiasaan para hufflepuff, tetapi pengecualian untuk malam ini. Cedric menuntun bibir ranumnya, menyusuri tepian botol firewhisky yang ia ambil paksa dari para murid Slytherin.

Satu tegukan ia sesapi dengan khidmat. Membawa sensasi panas yang dengan perlahan membakar tenggorokannya, lalu turun dan membakar dadanya.

Cedric meresapi tegukan demi tegukan, dengan harapan sensasi terbakar di dadanya malam itu, juga membakar perasaan terlarangnya pada gadis itu.

Tentu, Jeanette Evelyn Williams.

Telah mengambil seluruh ruang di hati pemuda bersurai coklat itu. Menghapuskan nama Cho Chang sepenuhnya, tanpa tersisa.

Namun bagaimanapun juga, nasi sudah menjadi bubur. Sudah terlalu terlambat baginya untuk menyadari bahwa ia membutuhkan sosok Jeanette di dalam hidupnya. Lebih dari ia membutuhkan jabatan prefek yang diagung-agungkan kebanyakan murid.

Cedric tertawa getir, batinnya bergemuruh. Jeanette sungguh berbeda dari kebanyakan gadis lainnya. Ia cantik, lucu, menyenangkan, dan penuh dengan ide ide cemerlang. Setidaknya, itu yang Cedric fikirkan tentang gadis idamannya. Jeanette jelas memenuhi kriteria tersebut.

Tapi fakta tak terbantahkan terbentang di depan matanya. Cedric tahu, dan ia sangat sadar, ia tak akan bisa memiliki Jeanette.

"Terkutuklah kau ritual sialan."

Cedric tahu.

Semuanya.

Ia memejamkan matanya, ingatannya terlempar kembali ke saat dimana ia tak sengaja menemui sang putri yang tengah melancarkan aksinya di perpustakaan.

Flashback -

Dari ujung belokan menuju perpustakaan, sudut mata Cedric menangkap sosok yang sangat ia sadari kehadirannya.

Jeanette Evelyn Williams

Gadis yang terus berputar-putar di kepalanya beberapa hari belakangan, sedang berdiri diambang pintu masuk menuju perpustakaan. Tujuan yang sama, yang membawa kaki Cedric melangkah.

Dari kedua netranya, bisa ia lihat sang gadis tak berdiri sendiri. Si kembar Weasley - yang semua orang tau adalah antek-antek gadis itu - pun turut berdiri disana. Mereka tampak asik berbincang, sebelum keduanya pergi meninggalkan Jeanette sendirian di perpustakaan.

Ketika sang gadis mulai melangkahkan tungkainya masuk ke dalam perpustakaan, dengan cepat Cedric mengumpulkan kembali fokusnya dan mengejar langkah sang gadis.

Cedric memasuki perpustakaan dengan tergesa-gesa. Hampir saja omelan madam Pince menelusuri telinganya, jika ia tak cepat-cepat mengacungkan jari telunjuknya ke depan bibir

"Sshh, I'm so sorry, madam." Bisiknya pelan, sambil mulai memelankan derap langkah.

Cedric mulai melangkah diam diam, mengikuti arah yang dituju oleh gadisnya. Niat hati Cedric ingin mengejutkan Jeanette, akan tetapi setelah ia amati dalam diam, gerak gerik Jeanette terlihat mencurigakan.

Dengan bergegas, Cedric mengurungkan niatnya. Merasa ada yang aneh, Cedric membelokkan langkahnya ke lorong di sebelah Jeanette. Dari sini, dapat ia lihat sang gadis melangkah cepat menuju ujung perpustakaan.

CONNECT || Fred × ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang