23. PERUBAHAN

7 2 4
                                    


1 tahun kemudian..

Tahun berlalu dengan cepat. Banyak peristiwa yang terjadi selama ini.

Para sesepuh Blok A, yaitu Rasya, Rara dan Baim sudah graduation dengan IP yang hampir sempurna.

Juga generasi kedua Blok A, yaitu Kesha dan Faro yang mulai memasuki semester akhir.

Generasi ketiga, yaitu si kembar dan Zara kini sudah dinyatakan lulus dari Sekolah Menengah Atas dan berkeinginan melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi.

Dan terakhir di bungsu generasi keempat, yaitu Devan sudah berada di tahun terakhir dimasa putih abu-abu nya.

Tak lupa para sepupu-sepupu mereka yang kini berada di tingkat yang sama seperti Devan.

***

"Abang Baim!!"

Zara berteriak sambil menerobos pintu kamar Baim. Baim yang sedang asik membersihkan tempat tidur itu pun terkejut.

"Ngape sih?" Tanya Baim.

"Itu kak Kayla lagi ada di bawah!" Jawab Zara sambil menggeret Baim dengan tidak sabar.

Yah, setahun ini membuat banyak perubahan di kehidupan Baim. Dulu ia selalu mengejar-ngejar Kayla yang menurutnya sangat susah digapai. Namun hari ini lihatlah! Mimpi Baim yang menginginkan Kayla menghampirinya kini terkabul.

"Eh tumben kesini," Ujar Baim kikuk setelah Zara dengan kurang ajarnya meninggalkan dirinya berdua dengan Kayla.

"Mama ada pemotretan. Aska pergi. Di rumah bosen, jadinya aku kesini."

Baim tersenyum gemas. Ia mempersilahkan Kayla untuk duduk di sofa ruang tengah.

"Mau minum apa, Kay?" Tanya Baim.

Kayla terkekeh sebentar sebelum menatap luasnya rumah keluarga Baim. "Kayak sama siapa aja sih, Him? Sama pacarnya masa canggung gitu?" Ledek Kayla.

Baim menggaruk kepalanya kikuk. Masalahnya ada Zara di lantai atas sambil melihat mereka senyam-senyum.

"Tante Rahma sama Om Adit ngga di rumah?" Tanya Kayla setelah Baim duduk di sebelahnya.

"Lagi ada kumpulan di rumah om Bayu," jawab Baim.

Mereka berdua lantas mengobrol santai tentang masa depan mereka. Baim yang berencana menggantikan posisi sang ayah dan Kayla yang berencana membuka usaha restorant di daerah kota. Agak berat memang topik pembicaraan mereka.

Sesekali mereka membahas hubungan mereka. Baim memang berniat ingin serius dengan Kayla dan kabar baiknya adalah Baim sudah tobat jadi playboy setelah berpacaran dengan Kayla. Karena memang hanya dan satu-satunya orang yang membuat Baim merasaka jatuh cinta yang sebenarnya adalah Kayla.

"Kalian lapar ngga? Kalo lapar gue buatin nasi goreng nih!" Seru Zara sambil menuruni anak tangga.

Kayla dan Baim pun menoleh.

"Kita makan di luar aja. Ajak Zara sekalian ya?" Ujar Kayla.

Baim mengangguk. "Cepet ganti. Naik mobil nih sekalian jemput Jian di komplek sebelah," Ucap Baim langsung diangguki oleh Zara.

"Bye bye abang Faro. Lo melewatkan momen langka ini," Gumam Zara sambil berganti.

Tanpa tau kalau Faro pun sedang berbahagia dengan pacar barunya hari ini.

***

"Alin ngapain di depan rumah begini?" Tanya Rara keheranan.

Alin duduk lesehan di teras rumah sambil menekuk lutut dan memeluknya dengan wajah lesu. Padahal matahari siang ini sedang terik-teriknya, malah Alin menampakkan wajah murungnya.

"Kenapa, hm?" Tanya Rara lagi sambil berjongkok.

Tiba-tiba Alin terisak dan memeluk Rara erat. Rara pun terkejut. Ada apa dengan adik bungsunya ini?

"Apa Alin harus mundur?" Tanya Alin sambil sesegukan.

Rara mengerutkan dahinya bingung. Mundur kemana?

"Kak Aska udah jadian sama orang lain," Lanjut Alin.

Rara seketika menatap arah rumah Aska dengan tajam. Bilang saja Rara berlebihan, tapi sumpah ia ingin sekali mematahkan leher Aska karena berani memainkan hati adik bungsunya ini.

Setahun bukan waktu yang singkat untuk Alin mendapatkan hati Aska. Memang mereka terlihat dekat, tapi bukan berarti Aska membuka hatinya untuk Alin. Terlebih Alin yang dulu masih terlalu kekanak-kanakan.

"Memangnya lo tau dari siapa kalo Aska punya pacar?" Tanya Rara berusaha bersabar.

"Sama kak Jeje. Huwaaa.." Jawab Alin yang diakhiri tangisan yang lebih keras.

Rara melepaskan pelukannya dari Alin.

"Ngadi-ngadi lo!" Ujar Rara lalu meninggalkan Alin yang terlihat mengenaskan di teras rumah.

Rara pergi menuju jalanan komplek dan berhenti di depan rumah Bayu.

Di halaman samping ada Rasya yang sedang menyiram tanaman.

"Ra? Ada apa?" Tanya Rasya lalu menghentikan aktivitas nya.

Rara menatap Rasya cukup lama. Rasanya berbeda, tidak seperti dulu. Mereka cukup menjauh selama ini. Ntah Rara yang terus menghindar atau Rasya yang terlalu gengsi untuk mendekati Rara.

"Mama ada di dalem kan?" Tanya Rara kembali setelah memutuskan kontak mata mereka.

Rasya mengangguk memberi jawaban. Namun Rara tak bergerak dari tempatnya membuat Rasya bingung.

"Lo.. A-apa kabar?" Tanya Rara dengan senyum canggung.

"Baik," Jawab Rasya singkat. Lalu lelaki berusia 24 tahun itu kembali menyiram tanaman.

Rara memainkan kuku-kukunya karena keadaan sangat canggung. Oh ayolah, kemana suasana ceria mereka dulu?

"Okay. Gue masuk dulu," Pamit Rara.

Rasya menaruh gembor itu di teras samping setelah Rara masuk ke dalam rumah. Ia menatap punggung Rara dengan nanar.

Bolehkah Rasya mengaku? Bolehkah ia menarik kata-katanya dulu ketika ditanyai perasaannya pada Rara? Selamat! Rasya telah masuk ke dalam karmanya sendiri.

"Andai mengungkapkan perasaan semudah itu," Gumam Rasya.

***

 "Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control."

***

Hai~
Ada yang nungguin uptade?
Mood nulisnya lagi naik-turun:(

Kasih vote dan komen dong biar makin semangat..

Thank you buat yang udah vote dan komen❤️

SARANGHAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang