Prolog

7 5 0
                                    

          Hari sudah mulai petang, aku sudah duduk di kursi kayu ini selama 1 jam hanya karena penasaran dengan apa yang akan kamu ucapkan padaku kemarin malam yang sempat tertunda.  Kamu memberanikan diri untuk menggenggam tanganku di sela-sela keterdiamanmu, aku tidak tahu apa yang akan kamu katakan hingga kamu menjadi pendiam seperti ini.

          "Kamu nggak pa-pa? " aku mulai kebingungan, karena kamu masih tetap diam. Kamu menggeleng pelan, dan itu membuat tanda tanya dalam benakku semakin membesar. "Kamu mau ngomong apa? kok jadi diam begini? "

          Kamu menatapku ragu untuk kesekian kalinya, sedangkan aku masih kebingungan karena kamu. Kalimat yang terakhir keluar dari mulutmu adalah, ketika kamu menyapaku saat aku datang dan memyuruhku duduk di depanmu, dan setelah itu kamu diam, sampai sekarang.

          Karena bosan, aku memanggil pelayan dan meminta buku menu untuk aku perlihatkan padamu, aku berharap kamu akan mengeluarkan sepatah kata hanya untuk mengatakan nama menu yang akan kamu pilih. Pelayan itu sudah berdiri beberapa menit lamanya di depan meja kami, aku berharap agar kamu mau mengeluarkan sepatah kata saja saat pertemuan kali ini.

          "Mau pesan apa? " pelayan itu kini mulai terlihat kesal, halisnya saja langsung tertekuk saat dia berbicara kepada kami. "Orange juice dua. "

          Kamu masih diam tak berkutik atau menolak minuman yang aku pesan. Lama-lama rasa kesal itu muncul, entahlah, bagiku butuh sekali ekstra sabar jika harus bertemu denganmu, mengharapkan kamu berbicara saja, seperti mengharapkan pohon langsung tumbuh satu minggu.

          "Kamu ajak aku ketemuan, terus aku di diemin gitu? " kamu menggeleng pelan, tak berani menatap manik mataku. "Terus? kenapa kamu diem? "

          Pelayan itu datang kembali dengan nampan berisikan dua gelas orange juice pesananku. Setelah di letakan di atas meja, dan pelayan itu pergi, orange juice itu langsung kamu tenggak habis, aku hanya bisa geleng-geleng kepala.

          "Kamu kenapa sih? kok diem terus? kamu haus? kenapa nggak bilang? kamu mau diem terㅡ " ucapanku terhenti ketika kamu mengangkat kedua tanganku lalu kamu mengecupnya singkat. setelah itu desiran aneh dan detak jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat, aku terdiam. Kamu menarik napas panjang, lalu memberanikan diri untuk menatap manik mataku dan tersenyum manis. Aku mendengar dehaman pelan dari mulutmu.

          "Aku sayang sama kamu, apa kamu mau jadi pacar aku? "

Juna & JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang