11: Semesta untuk Papa

8.4K 1.4K 43
                                    

Seminggu setelahnya, keadaan rumah bisa dibilang kembali normal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu setelahnya, keadaan rumah bisa dibilang kembali normal. Semuanya seolah lupa tentang kejadian sebelumnya. Walau masih ada raut sendu mereka yang selalu menempel kepada Jay. Anak-anaknya kembali berubah menjadi anak kecil yang lengket kepada ayahnya. Jay senang, walau dia tahu ini hanya topeng belaka anak-anaknya. Tak apa, karena Jay juga sedang memakai topeng agar perannya berjalan dengan lancar.

Ada perjanjian yang harus Jay sepakati. Perjanjian yang dibuat anak-anaknya. Salah satunya adalah keharusan dia untuk melakukan pengobatan. Demi dirinya, anak-anak, dan juga Diana. Semua dilakukannya demi mereka. Anak-anak tidak tahu kalau sebenarnya Jay sudah melakukan pengobatan. Yang mereka tahu, Jay harus sembuh dan sehat.

"Papa?" panggil Aksa.

"Hm?" Jay menunduk menatap Aksa yang ada di pelukannya.

Di kamar miliknya, Jay dan putra-putranya berkumpul. Setelah tadi Rama telah berbicara dengan dokter yang menangani Jay, mereka memutuskan untuk berkumpul bersama. Ada Aksa di pelukan Jay. Juga Ical disamping Aksa. Adapun si kembar, mereka berdua duduk di karpet dengan mengerjakan tugas mereka masing-masing

"Papa nggak usah kerja dulu, ya?"

Ucapan Aksa mendapat persetujuan dari ketiga saudaranya. Apalagi kini Ean langsung berdiri dan berkecak pinggang di depan mereka.

"Bener kata Adek. Papa nggak usah kerja sampe sembuh." ucapnya tegas. Namun Jay malah merasa gemas.

"Terus nanti yang ngurus kerjaan Papa siapa?"

Jay mencoba mencari alasan. Tetapi dia lupa kalau lawan bicaranya adalah putra-putranya. Haram bagi mereka kalah dengan Papa.

"Kan ada Om Juan," Ical menjawab. Masih dengan memeluk Aksa, anak itu menatap Ayahnya. "Papa jangan coba-coba cari alasan deh. Kita tuh lebih pinter dari Papa."

Hampir saja Jay tertawa mendengar penuturan anaknya itu. Ical itu sebenarnya jarang ikut dalam percakapan serius keluarganya. Kecuali kalau sudah bertengkar dan berebut makanan, Ical akan menjadi yang paling banyak mengeluarkan suara.

"Om Juan kan juga punya kerjaan, Bang. Nggak enak dong kalau Papa ganggu."

"Ya kerjaan Om Juan di kasih ke orang lain." usul Aksa.

"Nggak bisa gitu dong."

"Bisa!" Rama bangkit dan duduk dipinggir kasur. "Kerjaan Papa kasih ke Om Juan. Terus ntar Om Juan kasih kerjaannya ke orang lain. Selesai! Problem solved."

"Nggak bisa dong, Mas—"

"Bisa! Pokoknya bisa. Ntar Mas yang bilang sama Om Juan."

"Tau nih Papa. Papa fokus aja berobat terus sembuh! Harus sembuh pokoknya! Papa mau liat Aksa nangis lagi?"

Tidak. Jay tidak mau melihat anaknya bersedih lagi. Terlebih kalau mereka bersedih karena dirinya.

 Terlebih kalau mereka bersedih karena dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semesta Milik Papa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang