Seminggu sudah si kembar dan Ical sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Pulang hingga larut malam dan pergi saat pagi-pagi sekali. Sudah seminggu juga Aksa akan diantar jemput oleh Jay. Bahkan karena merasa kesepian, anak itu terkadang memilih untuk ikut dengan Jay ke kantor. Walau dia juga tidak akan melakukan apapun di sana selain rebahan dan merengek untuk pulang.
"Pokoknya Adek mau ikut Papa! Titik nggak pake koma."
Jay hanya bisa mengiyakan permintaan Aksa. Dia juga merasa kasihan kepada bungsunya itu. Anak itu merasa kesepian berada di rumah karena kakak-kakaknya sangat sibuk.
Tepat pukul sepuluh ketiga putra Jay pulang. Kentara sekali bahwa mereka kelelahan, dilihat dari wajah kusut mereka. Ical yang lebih dulu sampai langsung bergabung dengan sang ayah dan adiknya yang berada di ruang tengah. Ikut merebahkan tubuhnya di samping Aksa yang kini sudah tertidur. Memeluk si adik dan ikut memejamkan mata. Sedangkan Jay duduk di sofa dengan laptop dipangkuan.
Sedangkan si kembar memilih untuk duduk di atas sofa dekat sang ayah. Sama-sama memejamkan mata, keduanya terlihat sangat menggemaskan. Membuat Jay tak tahan untuk tidak mengacak rambut keduanya.
"Capek banget nih kayanya." ucap Jay.
"Banget banget banget." Ical yang berada di bawah menyahut. Namun matanya tak juga terbuka.
"Abang karena pertama kali mungkin. Makanya capek banget."
"Kayanya sih iya, Pa."
Jujur, Ical sangat kelelahan. Mungkin karena ini kali pertamanya ikut mengurus segala urusan organisasi. Si kembar yang sudah terbiasa saja terlihat begitu kelelahan.
"Jangan di porsir banget, ya? Papa nggak mau kalian sakit." Jay berucap tulus.
Si kembar dan Ical hanya berdeham menjawab pertanyaan ayahnya.
Jay tersenyum memaklumi, "Udah pada makan belum?" tanya Jay.
"Udah. Tadi kita singgah makan naspad."
kali ini suara Rama yang menjawab. Remaja berambut hitam legam itu berpindah ke bawah. Dan ikut bergabung dengan Aksa dan Ical."Naspad mulu, bos? Nggak bosen apa?"
"Nggaklah! Yang bosen tuh kalau makan sop bakso buatan Papa." Ical menjawab cepat. Suaranya sedikit teredam karena wajahnya yang bersembunyi dibahu kecil Aksa.
Jay menatap Ical tak terima. Walau memang menu andalannya hanyalah sop bakso ikan, namun seharusnya Ical tidak boleh berkata seperti itu. Sangat menyakiti hati Jay.
Tidak! Jay hanya bercanda.
"Astaghfirullah anaknya Jaiz!" ucapan Jay membuat si kembar tertawa.
"Lah emang." Ical bangun dan berjalan ke arah dapur. Tak lama kembali dan membawa sepotong kue tart dan juga air dingin.
Tiba-tiba dia merasa lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Milik Papa [Selesai]
Fiksi Penggemar"Kalian adalah hadiah paling indah yang pernah Tuhan berikan kepada Papa."