01

600 120 10
                                    

💫

Hampir 7 tahun belakang ini, hidup Seungwan ditanggung oleh Tuan Oh kemudian Kim Jihoon yang merupakan ayah Taehyung menjadi wali resminya. Kematian kedua orang tuanya diusia Seungwan yang ketiga belas menjadikan titik balik hidupnya untuk mengabdi pada keluarga itu. Baik kepada Tuan Oh juga nyonya Oh, kedua putrinya juga suami-suami mereka serta Oh Sehun, si bungsu yang tak pernah dekat dengan Seungwan. Seungwan juga menyayangi Jaemin, Giselle dan Jisung seperti adiknya sendiri dan menjadi kekasih juga sahabat yang baik untuk Taehyung.

Seungwan tak pernah merasakan kekurangan, Taehee dan Jihoon menyayanginya seperti putri mereka sendiri. Sungkyung dan Joohyuk juga mengasihi Seungwan seperti keponakan mereka juga tuan Oh dan nyonya Oh yang memperhatikannya seperti seorang cucu. Mereka memberikan kamar yang bagus untuk Seungwan, kehidupan yang layak, uang yang cukup dan pendidikan yang terjamin. Seungwan hanya cukup menikmatinya, tak ada balasan yang mereka tuntut pada gadis tersebut kecuali menjadi seseorang yang bisa memahami juga ada untuk Taehyung —pemuda seumuran Seungwan yang memiliki sifat sedikit tertutup meski ceria dan penuh candaan.

Itu jelas pekerjaan yang mudah, awalnya, bagi Seungwan.

Sedari Sekolah Menengah Pertama, Seungwan adalah satu-satunya teman Taehyung yang bertahan. Seungwan yang selalu berusaha untuk membuat Taehyung nyaman berada di sekitarnya, Seungwan yang selalu mencoba mengerti Taehyung dan menjadi tempat Taehyung untuk bercerita. Hingga di usia mereka yang ketujuh belas, Taehyung berani mengungkapkan perasaannya kepada Seungwan yang disambut dengan gembira oleh gadis itu. Tiga tahun berlalu semenjak mereka sudah pasti menjadi sepasang kekasih, Seungwan mulai merasa sesuatu mengganggunya.

"Seungwan, kami sudah sangat baik denganmu. Ayah dan ini memberikan kita supir dan mobil yang bagus," Taehyung menggeram marah, "Kenapa kau tega sekali meninggalkan aku di kampus sendirian?"

Seungwan menunduk tak enak pada Taehyung, selalu saja, Taehyung mengungkit tentang kebaikan keluarganya saat pemuda itu marah. Seungwan sadar memang mereka sangat baik dan diapun tak menepis hal tersebut, tapi apakah setiap Taehyung marah padanya hanya karena hal kecil harus selalu diungkit? Apa pemuda itu tak memikirkan bagaimana perasaan Seungwan yang seolah dijadikan 'parasit' jika Taehyung terus menekannya hal itu?

"Aku tadi buru-buru ikut bersama Seulgi, kami akan mengerjakan tugas di cafe, Taehyung-ah," mendongak, Seungwan memandang lesu pada Taehyung, "Maaf, tak seharusnya aku pergi tanpa memberitahumu."

"Aku tidak mau tau," ketus Taehyung lalu melipat kedua tangannya di depan dada, "Kau tidak boleh melakukan hal itu lagi."

"Iya, maaf."

"Cium aku."

Seungwan tersenyum kecil dan mengecup kecil bibir Taehyung, pemuda itu segera mengulum senyum cerianya.

"Masuklah, tidur yang nyenyak."

Seungwan mengangguk dan Taehyung segera pergi ke kamarnya. Meninggalkan Seungwan di depan pintu kamar sendiri sambil memijat pelipisnya. Gadis itu akhirnya masuk, merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan meraih ponselnya.

"Astaga! Mereka mengeluarkan tas baru!"

Seungwan terbiasa melihat barang-barang branded yang bagus juga mahal sebagai luapan kekesalannya. Itu cukup efektif untuk Seungwan karena dia bisa memendam amarahnya atas perilaku egois Taehyung yang selalu membuatnya kesal. Tak mungkin sekali dia marah pada Taehyung.

"Aku sudah membeli tas dan cincin kemarin..." Lirih Seungwan, melirik benda di lemari tas tepat di dekat ranjangnya sebelum kembali menaruh perhatian lagi pada ponselnya, "Gila! Aku bisa kehilangan kesempatan untuk memilikinya jika aku tak menekan tombol beli."

Perforce (Cold Uncle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang