Hari ini libur, hari yang tepat untuk santai dan bermalas-malasan di rumah. Seungwan tengah merapikan kasurnya kala tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Gadis tersebut menghela nafas, hendak protes bila saja Sehun yang memang semau-maunya itu yang masuk. Kadang pria itu tak seperti dirinya yang waspada dan berhati-hati.
"Bisakah kau–Taehyung-ah."
Taehyung memandang kosong pada Seungwan sebentar, sang gadis membalas lensanya dengan penuh keterkejutan padahal seingatnya dia sudah sering keluar-masuk kamar ini. Tanpa berbicara apapun, pemuda itu berjalan lurus ke arah lemari besar di seberang ranjang tersebut, tengah mencari sesuatu yang menjadi pertanyaannya sejak kemarin.
"Apa yang kau lakukan?" Interupsi Seungwan, mengikuti Taehyung dari belakang. Dan alisnya mengerut, kala Taehyung mengambil kotak-kotak berisi berbagai macam barang mewah miliknya yang kemarin baru saja Sehun berikan.
Taehyung memamerkannya di hadapan Seungwan, lengkap dengan sebuah senyum miring yang begitu sinis. Dia melempar barang-barang tersebut ke atas ranjang, tak begitu keras namun suara tabrakannya cukup nyaring. Pemuda itu menarik nafas, dengan tenang menyelipkan jemarinya di kedua sisi kantung celana trainingnya.
Seungwan masih tak mengerti apa yang Taehyung lakukan, jadi dia hanya memandanginya tanpa suara.
"Jelaskan padaku, darimana kau dapat itu semua?"
"Aku membelinya," jawab Seungwan enteng.
"Kau pikir aku bodoh?" Taehyung tertawa, Seungwan masih meremehkannya ternyata. Dia melangkah, menuju benda-benda tersebut dan mengeluarkan isinya.
"Kim Taehyung!" Seungwan jelas tak setuju barang-barang itu dihamburkan begitu saja.
"Perhiasan satu set ini, 220 juta dollar. Tas Lilac ini 50 juta dollar. Tas merah maroon ini 70 juta dollar. Topi ini 28 juta dollar. Sepatu ini 120 juta dollar. Dan dua gaun ini 300 juta dollar. Mantel cream ini 40 juta dollar. Dan syal 15 juta dollar," Taehyung menarik nafas, berhenti mengeluarkan benda-benda tersebut, "Total 753 juta dollar."
Seungwan menelan salivanya, kali ini kegugupannya nyata terpampang.
"Darimana kau bisa dapat uang sebanyak itu? Barang-barang di dalam etalase ini bahkan tak sebanding jumlahnya dengan mereka!" Taehyung menunjuk-nunjuk seluruh isi lemari Seungwan dengan emosinya yang memuncak, rasa penasaran yang begitu banyak tak mendapat jawaban, "Bahkan jika dipikir-pikir, gajimu tidak ada apa-apanya dengan syal seperti ini, bukankah begitu?! Apa yang sebenarnya kau lakukan di belakangku, hah?! Siapa pria itu yang bisa memberimu segalanya?!"
Mata Seungwan melebar, mendengar kalimat terakhir Taehyung entah mengapa membuat dadanya sesak. Benar, Taehyung tak salah, dia memang berbuat sesuatu dibalik pemuda itu. Namun, jika dia memberitahunya tentang apa yang terjadi, Taehyung bukan lagi terkejut–mungkin akan mengamuk pada mereka.
"Kau... Baru saja menghinaku," gumam Seungwan.
"Menghinamu?" Taehyung tertawa, begitu keras hingga dinding-dinding rumah ini bisa menembusnya, "Kau pikir cara apalagi yang ada selain melakukan hal itu. Sekarang jelaskan padaku, siapa pria itu?!"
"Kim Taehyung! Jaga bicaramu!" Seungwan berteriak gusar. Matanya berlinangan air mata, harga dirinya seakan terluka. Tapi ini memang kesalahannya.
"Lihat, kau bahkan berani meneriakiku, kau berani meninggikan suaramu gadis miskin?!"
"Iya benar! Aku memang gadis miskin, tanpa keluargamu, aku tak bisa hidup, kau akan berkata begitu bukan?!" Setiap tekanan dalam suara Seungwan keluar, dalam setiap tarikan nafasnya tersengal-sengal, ada emosi yang selama ini dia pendam, sendirian, "Benar, aku tak bisa hidup tanpamu, tanpa keluargamu! Tapi bukan berarti kau punya hak untuk mengatakan hal seperti itu padaku! Apa kau pernah berpikir aku ini juga punya hati?! Jika kau di posisiku dan kau terus-menerus diingatkan bahwa kau adalah seorang penumpang disini, bagaimana perasaanmu?! Aku selama ini hanya diam, tapi mendengarmu yang mengatakan seakan aku adalah orang hina–aku tak bisa menahannya lagi! Aku sudah muak, aku benci padamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perforce (Cold Uncle)
FanficTaehyung menyesal mengenalkan kembali Seungwan -kekasihnya tujuh tahun belakangan ini, kepada Sehun, sang Paman. it's mature.