Imagine With Ten

281 27 0
                                    

"Hush! Hush! Hush! Pergi sana!" Bentak gue sebal pada seekor kucing yang duduk di sebelah gue di tangga pinggir lapangan.

Bukannya pergi, kucing itu malah meregangkan tubuhnya bikin salah satu kakinya ngenain paha gue yang tertutup celana olahraga buat gue jadi memekik kenceng sakit kagetnya.

"IH PERGI KEK!! KAN DARI TADI GUE SURUH PERGI MALAH NGULET DISITU!" Omel gue langsung berdiri.

Beberapa temen gue yang ada di lapangan dan yang duduk di sekitaran tangga juga jadi noleh ke gue heran karena gue tiba-tiba teriak.

"Kenapa sih kucing doang," sahut Luna, temen deket gue yang langsung nyamperin gue setelah tadi dia dapet giliran masukin bola basket ke ring.

"Gak suka gue." Balas gue yang menggeser posisi duduk menjauh dari kucing berbulu putih kecoklatan itu.

"Galak banget sih,"

Gue jadi noleh ke arah lapangan saat ada yang ngebentak gue. Cowok tinggi dengan mata sipit itu berjalan menaiki anak tangga. Menghampiri si kucing yang masih duduk beberapa jarak di sebelah gue.

"Dia cuma tiduran disini napa lo sewot? Emang ini sekolah punya nenek moyang lo?" Kata cowok itu marah-marah.

"Lah? Kok lo jadi sewot sama gue?!" Balas gue langsung berdiri dari duduk merasa tak terima.

"Ya elo ngapain marah-marah sama kucing?" Katanya lagi lalu beralih duduk dekat si kucing dan mengelus bulu kucing itu dengan lembut.

"Kamu pasti kaget ya tiba-tiba dibentak gitu sama dia?" Tanya cowok itu lembut pada si kucing. "Biarin aja ya, emang anaknya gak waras."

"Heh? Ngomong apa lo?" Tanya gue sewot saat denger omongannya.

"TEN BURUAN LAH LANJUT MAEN!" Teriak Johnny dari arah lapangan.

Cowok bernama Ten itu langsung noleh ke arah lapangan, "oke bentar."

Sebelum pergi Ten noleh ke gue sesaat dengan mata menyipit. Buat gue jadi balas melotot ke arahnya.

"Apa lo?" Tanya gue menantang. Ten cuma balas dengan decihan lalu pergi ke lapangan lanjutin main bola sama yang lain.

"YURA!" Panggil guru olahraga gue buat gue langsung tersadar dan bergegas menghampiri.

******

Pulang sekolah ini gue harus naik angkutan umum karena gak dijemput abang. Pas di depan gerbang gue liat cowok itu lagi jongkok di pinggir jalan dengan tiga kucing di depannya. Gue agak ngintip sedikit, ngeliat cowok itu lagi bagiin makanan ke kucing-kucing itu.

"Ngapain lo?"

Ten mendongak dengan mulut terbuka, "ngasih makan kucinglah, lo gak liat?" Ucapnya ketus dengan suara garingnya.

Gue mendengus sebal. Lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. Gue hendak bergegas menuju halte terdekat tapi jadi berenti saat denger suara Ten lagi.

"Eh eh jangan rebutan. Nih nih masih ada kok,"

Gue jadi noleh. Liat Ten dengan sabarnya ngelerai kucing dengan bulu full hitam dan full coklat hampir berantem karena rebutan makanan.

"Akh!" Teriaknya pelan saat salah satu kucing itu mencakar punggung tangannya saat Ten menuangkan makanan untuk si kucing.

Gue reflek langsung narik Ten supaya berdiri dan menjauh dari kucing-kucing yang kini lanjut memakan makanannya dengan lahap itu.

"Tangan lo berdarah." Kata gue saat liat pungung tangan Ten ada luka cakaran kucing yang lumayan panjang. "Udah deh lo jangan deket-deket kucing lagi. Mereka tuh hobinya nyakar. Gatau terima kasih." Kata gue jadi sewot.

IMAGINE WITH....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang