Imagine With Hwang In Yeop

614 49 10
                                    

Hari ini jadwal gue piket OSIS. Jadi setiap hari beberapa anak OSIS dijadwalin piket 10 menit setelah bel masuk pertama untuk keliling kontrol area sekolah, membantu guru piket.



Sekarang gue sama temen gue kebagian keliling area kelas 2. Gue sama temen gue bagi tugas, temen gue ke area IPA, gue ke area IPS. Suasana koridor udah cukup sepi karena bel masuk udah berbunyi. Gue jalan menyusuri koridor sepi itu. Sampe tiba di ujung koridor tepatnya di depan pintu toilet cowok gue liat ada beberapa orang disana. Gue perlahan mendekat, samar-samar gue bisa denger suara mereka.

"Mana sini duit lo!" Kata salah satu dari tiga orang yang berdiri membelakangi gue. Dari sela-sela mereka, gue bisa liat ada satu orang yang ketakutan ngadepin mereka dengan badan agak meringkuk.

"Udah mulai songong ya lo mentang-mentang udah punya temen." Kata yang lain lagi. Kini bahkan sampai menabok kepala cowok yang ketakutan itu.

Dengan tubuh yang gemetar dan wajah yang ketakutan cowok itu mengeluarkan sesuatu dari saku seragamnya. Lalu hendak menyerahkan beberapa lembar uang itu kepada salah satu dari mereka.

"BERENTI!" Teriak gue yang buat empat cowok itu terlonjak kaget. Tiga orang yang membelakangi gue langsung berbalik badan sedangkan cowok yang diganggu ini ngeliat gue dengan ekspresi kaget.

"Kalian ngapain?" Tanya gue tegas.

Salah satu dari mereka mendecih tertawa meremehkan. Ah, gue inget. Dia Hwang In Yeop, kakak kelas yang hobinya ganggu adek kelas, malakin dan bahkan ngebully orang. Gue bisa liat mata sipitnya natap gue remeh.

"Elo yang ngapain." Balasnya santai. Memasukkan kedua tangannya ke saku celana panjangnya.

"Balikin uangnya!" Perintah gue dengan cepat. "Aku anak OSIS." Kata gue masih mencoba menggunakan bahasa yang sopan. Karena biar gimanapun mereka lebih tua dari gue.  Menunjukkan pin kecil bertuliskan OSIS yang gue pasang di atas pin nama gue.

Mereka bertiga kali ini tertawa, makin meremehkan. Buat gue merasa tertantang. Mereka gak takut?

"Kalo gue gak mau balikin duitnya dia lo mau apa?" Tanya kak In Yeop lagi.

"Aku bisa aduin ke guru piket sekarang." Kata gue masih tegas. Dengan tatapan tajam mencoba menintimidasi mereka. "Ah, kalo kalian mau aku bisa nambah daftar nama kalian di buku hitam." Kata gue membaca pin nama mereka satu per satu, masih tak bergeming.

"Berani juga ni anak." Kata cowok di sebelah kanan kak In Yeop. "Gas gak nih?" Tanyanya kini menolehkan kepala ke kak In Yeop.

Kak In Yeop masih natap gue tajam. Mata sipitnya natap gue tepat dengan ekspresi datarnya yang terkesan dingin. Tapi gue sama sekali gak takut. Gue jago taekwondo. Mereka berani macem-macem sama gue? Gue banting ke tanah.

"Cabut." Ucap Kak In Yeop buat dua temannya menoleh kaget. Lalu berjalan mendekat ke gue, diikuti dua temannya di belakangnya.

Kak In Yeop berhenti tepat di depan gue. Badannya membungkuk sedikit mensejajarkan mukanya sama muka gue. Buat gue agak termundur selangkah.

"See you." Bisiknya pelan dengan senyum miring. Lalu menegakkan tubuh lagi dan berjalan melewati gue.

Setelah mereka pergi gue langsung nyamperin cowok yang jadi korbannya itu. Dilihat dari tanda 2 garis kuning di sisi lengan kanan jas sekolahnya gue tau kalo dia murid kelas 2, anak IPS.

"Lo gak papa?" Tanya gue khawatir. Mencoba memeriksa keadaan cowok ini.

"Mendingan lo khawatirin diri lo sendiri." Kata cowok itu memperingati, masih dengan sisa-sisa ketakutannya. "Lo bisa diincer sama dia karena tadi lo berani nantang dia."

IMAGINE WITH....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang