Imagine With Minhyun

317 30 1
                                    

Pernah gak sih kamu ngerasa kaya gak berguna?

Ketika semua hal yang kamu rencanain gak ada yang berjalan satupun.

Ketika hal baik yang kamu harapkan gak ada yang terkabul satupun.


Gue bukan tipe murid aktif di kelas. Yang setiap guru bilang "ayo siapa yang mau maju ke depan?" langsung buru-buru ngerjain supaya dapet point tambahan. Gue juga bukan tipe murid baik yang bisa dijadikan contoh teladan untuk murid-murid yang lain.

Gue cuma murid biasa. Bagian yang gak terlalu penting di kelas.

Gue adalah tipe manusia yang susah berbaur sama lingkungan baru. Gue gak bisa memulai percakapan atau sekedar basa basi ke orang yang baru gue kenal. That's why, gue cuma punya satu temen deket di kelas ini.


Lah katanya susah berbaur itu kok dapet temen deket?

Iya, temen gue ini namanya Shasha. Anaknya cantik dan super menyenangkan. Dia satu-satunya temen deket gue, tapi gue bukan satu-satunya temen deket dia. Anaknya emang sebaik itu dan semenyenangkan itu, makanya banyak yang seneng sama dia.







Dan jujur, gue iri.

Tapi gue berusaha untuk cuek. Gue pikir, selama gue punya satu teman dekat itu cukup. Pernah beberapa kali gue jalan sama Shasha di koridor, dan cuma Shasha yang disapa sama orang-orang. Gue? Serius gue biasa aja, gue gak permasalahin orang-orang yang gak nyapa gue padahal ada gue juga disana.

Tapi, entah kenapa akhir-akhir ini pikiran gue berubah. Gue mulai berpikir..

"Kenapa ya gue susah banget berbaur sama yang lain?"

"Apa karna gue biasa aja?"

"Apa karna gue gak pinter?"

Ada satu murid di kelas gue, pinter banget. Kalau guru nyuruh maju dia pasti maju duluan, kalau guru nanya, dia pasti yang nunjuk tangan paling cepet. Dan banyak banget yang seneng sama dia karena dia pinter.

"Naaa ajarin gue ini doong,"

"Naaaa ini gimana sih caranya?"

"Naaa yang ini pake rumus yang mana sih?"

Lamunan gue buyar saat denger suara-suara barusan. Gue noleh ke arah bangku Hana yang dikerubungi teman-teman sekelas gue.

Gue menghela nafas berat dan kasar.

"Ra,"

Gue agak kaget saat tiba-tiba pundak gue ditepok gitu aja.

"Ngeliatin apaan sih? Lo tuh ya daritadi bengong aja," omelnya.

"Ituuu si Hana banyak banget yang ngerubungin pada nanya-nanya,"

"Oohhh... gue kurang suka sih sama dia," kata Shasha santai, walaupun dengan suara agak mengecil.

"Lah? Kenapa?"

"Anaknya caper, terlalu pilih-pilih temen. Maunya temenan sama anak hits sama anak cowok," katanya sambil mendecih dengan muka sinis khas Shasha.

"Orang cantik mah wajar, Sha," sahut gue.

"Iya sih, tapi tetep aja gue gak suka. Inget gak sih lo waktu si Kayla nanyain soal gitu trus dia cuma jawab gak tau, tapi pas Luna yang nanya dia langsung kasih tau caranya."

"Aahh iya iya gue inget," kata gue mengingat itu.

Gue sama Shasha liat sendiri gimana bedanya reaksi si Hana saat dua orang ini nanya sama dia. Kayla, murid di kelas gue yang super pendiem. Gue rasa dia gak punya temen deket sama sekali di kelas ini. Anaknya juga, maaf, agak cupu gitu. Sedangkan si Luna ini adalah semacem ketua tim cheers gitu.

IMAGINE WITH....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang