"Sehun..." sapaan di pagi hari yang terdengar begitu ceria di telinga Sehun. Bukan hanya sekedar sapaan, tapi wajah hingha tatapan itu terlihat begitu ceria di mata Sehun.
Bahkan, gestur yang Luhan perlihatnya sungguh membuat Sehun gemas. Bagaimana tidak, di ambang pintu kamar Sehun, kepala Luhan sudah mengintip dan jemari itu sudah memegang daun pintu dengan cukup antusias. Sehun tidak menyangka bahwa Luhan memiliki sisi seperti ini. Seperti Elena yang biasa terlihat riang sepanjang waktu.
"Tuan muda, masuklah...jangan hanya mengintip dari sela pintu" Luhan tersenyum dan kemudian membuka pintu itu perlahan dan memperlihatkan bagaimana pakaian Luhan yang tidak seperti biasanya.
"Bagaimana?" Senyuman Luhan terlihat semakin cerah. Bahkan ketika Sehun memperhatikannya cukup lama, sipu malu pun tiba-tiba menyeruak dalam dirinya. "Se-Sehun, jangan terlalu lama memandangiku..." bahkan karena cukup malu, Luhan pun berakhir menundukkan kepalanya untuk dapat memutus kontak dengan mata Sehun.
"Ah maafkan saya...anda terlihat luar biasa dengan katun itu. Anda terlihat indah" kemeja dengan beberapa detail di kerah dan juga pergelangan tangannya yang semakin mempercantik penampilannya. Warna lembut yang benar-benar serasi dengan Luhan membuat Luhan terlihat semakin menawan. Ditambah sentuhan kalung yang mempercantik penampilannya membuat Sehun ingin menyentuh Luhan saat itu juga.
"Sehun...?"
"Tuan muda, apa anda memiliki maksud tersendiri saat mengenakan pakaian ini?" Luhan menggeleng singkat dan berikutnya Luhan pun meraih pergelangan tangan Sehun. Menariknya hingga tangan mereka saling tertaut.
"Tidak, aku tidak ada maksud apapun. Aku hanya ingin kau memujiku. Bukankah teman harus seperti itu? Saling menyenangkan perasaan satu sama lain adalah teman, bukan?" Perkataan Luhan, bahkan pertanyaan Luhan membuat Sehun bungkam. Semua kata itu terdengar begitu jelas di telinga Sehun bahkan terlalu jelas hingga membuat telinganya berdengung dan hatinya berdenyut sakit.
"Tentu tuan muda, kita adalah teman" namun Sehun adalah pelayan yang harus melakukan perannya dengan baik sehingga ia pun tersenyum, menarik kedua sudut bibirnya dan mengangguk singkat. Harus meyakini bahwa perkataan tuan mudanya selalu benar di matanya.
"Karena kita teman, bagaimana jika kita sarapan bersama?" Sejenak Sehun terdiam. Sehun hanya masih belum terbiasa dengan perubahan Luhan yang seperti ini. Bukan pertukaran pribadi, tapi perubahan satu sifat yang semakin membuat Sehun bingung. "Sehun? Ada apa? Apa kau sakit?" Bahkan ketika Luhan mendekat dan menempelkan telapak tangannya pada dahi Sehun, seketika Sehun terkejut dan sedikit memundurkan kepalanya.
"Tuan muda, saya baik-baik saja" perkataan itu membuat Luhan menarik kembali tangannya dengan gerakan yang cukup canggung.
"A-ah begitukah? Maafkan aku" ketika Luhan sudah menggenggam tangannya sendiri dengan cukup kuat, di sanalah mata Sehun menatap tangan itu dengan cukup lama hingga tangan besarnya meraih tangan itu dan membawanya mendekat ke arah bibirnya. Mencium punggung tangan itu dan membuat Luhan terkejut atas perlakuan Sehun yang sangat tiba-tiba itu.
"Jangan menyakiti tangan anda, saya tidak suka saat melihat anda terluka karena sikap buruk saya kepada anda"
"Kenapa? Apa hal itu akan merepotkanmu? Apa semua itu akan membebanimu?" Raut wajah kecewa terlihat begitu jelas di wajah Luhan dan hal itu membuat Sehun mengangguk singkat.
"Jika anda bertanya demikian, maka jawaban saya tentu saja, ya...tapi semua itu adalah tugas saja, saya pun tidak berhak mengeluhkan hal kecil seperti itu" Luhan hanya bisa terdiam setelah mendengar jawaban itu dari Sehun. Bahkan sudut bibirnya pun sudah ia paksakan untuk dapat terangkat membentuk lengkung senyuman di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE PETRICHOR (HunHan)
FanfictionHunHan story Petrikor (bahasa Inggris: Petrichor (/ˈpɛtrɪkɔːr/)) adalah aroma alami yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, petra yang berarti batu, dan ichor, cairan yang mengalir di pembuluh para dewa...