Ame 11

81 17 18
                                    

"Tuan muㅡah maskud saya... Tidak, maksudku Luhan, ada yang bisa aku bantu?" Luhan hanya bisa terkekeh ketika melihat sekaligus mendengar bagaimana Sehun yang begitu menggemaskan saat mengganti panggilannya.

"Kau suka dengan bunga?" Sehun ingat, bahkan benar-benar ingat bahwa pembicaraan ini pernah terjadi di antara Luhan dan juga dirinya.

"Ya..." Tapi dengan jawaban yang berbeda. Luhan yang ia ajak berbicara sewaktu itu bukanlah pribadi Luhan tapi pribadi Noel yang begitu cerewet menurutnya. Sewaktu itu Sehun hanya tidak ingin memperpanjang pembicaraan dan langsung mengatakan "tidak" pada Noel yang cukup menyebalkan menurut Sehun.

"Benarkah?" Tatapan Luhan terlihat begitu antusias dan membuat Sehun tersenyum lembut dan mengangguk, tidak lupa Sehun mengambil beberapa tangkai bunga yang ada di atas meja kaca itu.

"Aku tidak menyangka bahwa kau menyukai bunga, aku pikir kau tidak akan menyukai hal seperti ini. Ah bagaimana bisa kau tidak menyukainya, kau dulu sempat membuatkan beberapa untukku"

"Kau memetik semuanya sendiri?" Pertanyaan itu muncul dari Sehun yang sedang memotong batang bunga dan beberapa daun, sedangkan Luhan yang mendapat pertanyaan itu hanya bisa menarik sudut bibirnya cukup tipis.

"Hnn...siapa lagi jika bukan aku? Hanya ada ki...." Luhan menghentikan ucapannya dan matanya pun terbuka lebar.

KLANG

Gunting yang semula ada di tangannya kini harus terjatuh dan nyaris mengenai kakinya.

"Luhan! Kau tidak apa-apa? Apa terjadi sesuatu?" Luhan hanya terdiam dan kemudian menatap Sehun dengan begitu canggung.

"Hanya kita berdua di sini?" Sehun sedikit bingung ketika pertanyaan itu keluar dengan canggung dari bibir tipis nan kecil milik Luhan.

"Ya, tentu hanya kita berdua, ada apa hmm?" Pertanyaan Sehun hanya membuat Luhan semakin canggung dan berakhir hanya menggeleng singkat dan kembali mengambil gunting yang semula terjatuh.

"Tidak, lupakan saja pertanyaan bodohku itu" setelah rasa canggung tidak ia rasakan, barulah satu kalimat itu keluar dengan bebas dan membuat Sehun terdiam sejenak.

"Jangan kau teruskan lagi" menarik tangan Luhan dan membawa Luhan entah ke mana, Luhan merasa cukup bingung dengan perlakuan Sehun dan membuat Luhan hanya terdiam dengan kepala yang tertunduk dan begitu pasrah ditarik oleh Sehun.

"Aku hanya tidak ingin kau terluka" ketika mereka sampai di kamar, Luhan semakin terdiam, tidak tahu harus bersikap seperti apa, hanya duduk di pinggir ranjang kecil itu dan matanya hanya terus menatap ke kakinya.

"Luhan, maaf jika aku lancang, jika kau tidak menyuㅡ"

"Tidak!" Seketika Luhan mengangkat wajahnya dan di sana mata itu langsung bertemu dengan mata kelam milik Sehun. Sehun yang bersimpuh di bawah Luhan, bertumpu dengan satu kakinya pun meraih tangan Luhan, mengecup punggung tangan itu dengan cukup lama dan membuat Luhan tersipu. Bagaimana tidak, sikap Sehun yang begitu lembut membuat Luhan merona dengan senyuman canggung di bibirnya.

"Aku akan selalu melayanimu, walau kau membenciku sekalipun, maka aku akan selalu melayanimu sampai kau yang mengusirku dari tempat ini, maka sampai saat itu terjadi, aku akan siap melangkah pergi dari tempat ini. Namun jika setelah itu kau menginginkanku lagi, maka aku akan siap melayanimu kembali"

"Tidak Sehun....apa yang kau katakan? Tentu itu tidak akan pernah terjadi. Bagaimana bisa aku membuat pergi orang yang sangat berharga bagiku?" Luhan terlihat panik dan hal itu membuat Sehun tersenyum tipis.

"Aku orang yang berharga untukmu?" Luhan mengangguk dengan cepat dan di sana Sehun masih menampilkan senyuman tipisnya.

"Bolehkah?" Mata Luhan membulat ketika Sehun mengatakan satu kata itu, pertanyaan yang cukup ambigu namun Luhan masih paham apa yang di maksud Sehun hingga tanpa sadar mata itu sudah menutup dengan begitu rapat, bahkan begitu rapat hingga membuat guratan-guratan terlihat di sekitar matanya, terlihat menyakitkan.

LOVE PETRICHOR (HunHan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang