"Kau sudah selesai?" Pertanyaan singkat Sehun tidak ditanggapi oleh Noel dan kemudian Sehun menatap singkat Noel yang masih memotong beberapa tangkai dengan malas. "Kau akan melukai tangan indah Luhan jika melakukan seperti itu" perkataan itu cukup membuat Noel berdecak kesal dan kemudian kembali melakukan dengan cara yang lebih baik.
"Kau suka bunga?" Pertanyaan tiba-tiba Noel membuat Sehun berpikir dan kemudian menjawab dengan cukup singkat.
"Tidak" Noel menghentikan kegiatannya dan kemudian menaikkan lalu menyilangkan kakinya di sofa membuat Sehun menatap tingkah remaja itu.
"Lalu kenapa kau melakukan pekerjaan ini dan juga menyuruhku melakukan pekerjaan membosankan ini? Kau membuang waktuku" tangannya bahkan sudah terlipat di depan dadanya dan membuat Sehun menatap datar ke arah Noel.
"Alasannya sudah aku katakan sebelumnya. Cepat selesaikan, kau menghabiskan waktu 10 menit hanya untuk satu tangkai bunga" menatap Noel dari sudut matanya dan membuat Noel berdecak kesal.
"Kau tahu, dulu aku sangat menyukai ayah, aku sangat menghormatinya, tapi aku tidak ingin menjadi sepertinya. Aku sudah berjuang menjadi anak yang baik, tapi dia tidak pernah datang berkunjung. Dia tidak pernah datang untuk mengusap rambutku lagi"
PUK
Tangan Sehun mendarat di kepala Luhan dan mengusapnya pelan. Memberikan usapan lembut membuat mata jernih itu membulat dan mendongakkan kepalanya untuk menatap Sehun.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kau menginginkan usapan, aku sudah memberikannya" saat Sehun mengatakan itu dengan suara datarnya, seketika Noel melengkungkan bibirnya dan menangis keras.
"Uwaaa kau bodoh! Aku membencimu!" Pergi dari hadapan Sehun dan berlari ke arah kamarnya.
Sehun tidak menyusulnya, Sehun tahu dalam tangis itu terdapat kerinduan yang sudah sekian lama terpendam.
Hanya setengah hari, sudah banyak yang Sehun lalui hingga dirinya merasa sedikit pening dan kemudian jemarinya pun sedikit memijat pelipisnya. Namun Sehun tidak bisa mengeluhkan hal itu, semua itu adalah pekerjaannya, maka dari itu Sehun harus segera menyelesaikan yang satu dan beralih ke pekerjaan lainnya.
Kembali merangkai bunga dan kemudian ia letakkan di vas bunga. Entah mengapa Sehun menjadi memikirkan pertanyaan sederhana dari Noel sebelumnya. Namun Sehun kembali berpikir bahwa walaupun dirinya tidak menyukai pekerjaan itu, Sehun tidak bisa mengabaikannya, Sehun masih tetap berpikir bahwa semuanya harus ia kerjakan, karena begitulah ia bekerja sebelumnya.
Berusaha mengabaikan pikiran itu dan menuju dapur untuk mengambil air hangat yang harus ia gunakan untuk pengisian vas bunganya.
"4 buah vas..." memperkirakan jumlah air yang harus ia gunakan dan kemudian membawanya ke meja di dekat sofa. Menuangkan air hangat itu ke vas-vas yang ada dan memulai meletakkan tangkai demi tangkai bunga yang sudah ia rapikan sebelumnya. Merangkainya dengan cukup rapi dan kemudian meletakkannya di berbagai tempat berbeda yang terhidar dari sinar mentari, walaupun hari masih hujan namun Sehun tidak meletakkan vas-vas itu di dekat jendela. Sehun meletakkan vas itu di meja makan, di dapur, di ruang tengah, dan terakhir Sehun menuju kamar Luhan. Meletakkan satu vas dengan warna yang lebih indah dari yang lain di meja berdekatan dengan tempat tidur Luhan.
"Dia tertidur setelah membentakku" mengusap pelan rambut halus itu dan kemudian tersenyum singkat. Saat senyuman itu terlihat, sejenak Sehun berpikir, apa yang akan terjadi pada Luhan selanjutnya. Entah mengapa Sehun tidak yakin dengan dirinya yang saat ini seperti benar-benar terobsesi pada Luhan. Untuk pertama kalinya, bahkan di hari pertamanya Sehun sudah memiliki pikiran lain di kepalanya. Bahkan ketika melihat Luhan yang tertidur membuat Sehun ingin melakukan sesuatu pada Luhan. Seperti mencium kening, mata, hingga bibir tipis itu, Sehun menginginkannya. Namun, Sehun tidak bisa melakukan itu untuk kepuasan dirinya sendiri. Sehun harus membuat Luhan membalas perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE PETRICHOR (HunHan)
FanfictionHunHan story Petrikor (bahasa Inggris: Petrichor (/ˈpɛtrɪkɔːr/)) adalah aroma alami yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, petra yang berarti batu, dan ichor, cairan yang mengalir di pembuluh para dewa...