Ame 4

175 40 45
                                    

Pagi hari dimulai dengan cukup indah. Suasana pagi yang masih terasa sejuk membuat Sehun bergegas menuju dapur dan kemudian menyiapkan beberapa potong roti dan juga teh di pagi hari. Selain bergegas menyiapkannya, Sehun juga bergegas menuju kamar Luhan, membuka kamar itu dan meletakkan roti panggang dan teh di meja yang tersedia di dekat tempat tidur Luhan.

Sehun beralih menuju jendela besar yang masih tertutup tirai putih. Membuka tirai itu perlahan dan membuat cahaya merembes masuk ke dalam kamar Luhan. Si empunya kamar pun sedikit terusik dan perlahan bergerak dengan pelan, namun sayangnya Luhan bergerak semakin meringsuk ke dalam selimutnya dan membuat Sehun mendekat ke arah Luhan.

Perlahan Sehun membuka selimut itu dan memperlihatkan tubuh Luhan yang begitu meringsuk seperti anak kecil. Hal manis seperti itu membuat Sehun meraih wajah Luhan dan berbisik kepada Luhan.

"Tuan Muda Luhan, ayo bangun, pagi sudah tiba" menempatkan wajahnya begitu dekat dengan wajah Luhan hingga membuat Luhan sedikit demi sedikit membuka matanya dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Menolehkan kepalanya tepat ke arah Sehun berada dan di sana mata Luhan pun membulat kala menyadari jarak mereka begitu dekat.

"Selamat pagi, tuan muda"

"Siㅡsiapa?!" Luhan memundurkan tubuhnya dan kemudian barulah ia menyadari bahwa orang di depannya itu adalah kepala pelayan yang baru saja mulai bekerja kemarin. "Aㅡah Sehun..." menyebut nama itu dan membuat Sehun meraih piring berisikan roti dan memberikannya kepada Luhan.

"Sarapan pagi untuk anda, tuan muda" Luhan memilih mendekat dan meraih piring itu. Memasukkan roti dengan isian coklat di dalamnya. Mengunyahnya perlahan sambil sesekali mencuri pandang pada Sehun yang masih berdiri tanpa terusik sedikitpun di dekat tempat tidurnya.

"Aku sudah kenyang" memberikan piringnya kembali dan Sehun pun memberikan cangir teh dan menuangkan teh hangat itu agar Luhan bisa meminumnya.

"Sebentar lagi saya akan menyiapkan air untuk anda mandi" mendengar itu, Luhan kembali mengingat hal yang benar-benar memalukan menurutnya.

"Tentang itu, bisakah kau tidak membantuku memakai pakaianku?" Sehun terdiam sejenak dan kemudian sedikit menarik sudut bibirnya.

"Itu sudah menjadi tugas saya" Luhan hanya menghela napas dan kemudian memilih turun dari tempat tidurnya. Malas berdebat dengan Sehun di pagi hari karena Luhan tahu, Sehun yang akan tetap keras kepala dan Luhan tidak tahu alasannya. "Ah, tunggu sebentar, tuan mudaㅡ" Luhan menoleh dan kemudian dengan cepat Luhan menerima usapan di sekitar bibirnya membuat Luhan terkejut dan sedikit memundurkan tubuhnya "ada remah roti di sekitar bibir anda" Sehun tersenyum dan mata Luhan pun kembali menangkap hal mengejutkan lainnya. Sehun menjilat jemarinya sendiri yang tadi digunakan untuk membersihkan bibir Luhan.

"Aㅡaku akan turun" dengan gerak kikuknya, Luhan melangkah keluar kamar dan membuat Sehun menarik satu sudut bibirnya.

"Dia tidak menentangnya huh" melanjutkan pekerjaan selanjutnya yang harus ia selesaikan. Menuju kamar mandi Luhan untuk melakukan pekerjaannya.

Usai dengan semuanya, Sehun pun turun dengan membawa nampan berisikan piring dan cangkir teh yang Luhan gunakan tadi. Matanya menangkap Luhan yang sibuk dengan bunga-bunga yang ada di dapur.

"Tuan muda, air sudah saya siapkan" Luhan hanya berdehem singkat dan kemudian membersihkan air yang sebelumnya dan mengganti dengan air yang baru. Kembali merapikan bunga-bunga itu dan Sehun pun juga kembali pada pekerjaannya.

"Tuan muda, apa anda pernah keluar dari rumah ini?" Pertanyaan Sehun membuat Luhan menghentikan gerakannya dan cukup lama terdiam hingga Luhan pun menjawab dengan singkat pertanyaan Sehun.

LOVE PETRICHOR (HunHan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang