Hari lalu digantikan dengan hari yang sekarang. Tidak ada yang berubah, hanya lokasi kerjanya yang berubah. Sehun sudah siap dengan semua barang-barangnya. Koper medium ia bawa dan tidak lupa dirinya mengetuk pintu itu dengan ringan.
Sehun tidak mengerti mengapa mansion yang sangat besar itu tidak memiliki bel rumah, sungguh tangannya sakit jika harus terus mengetuknya, namun Sehun sedikit bersyukur kala pintu itu terbuka kecil saat ketukan ke-9 nya.
"Daㅡdare?" Sehun menaikkan sudut alisnya dan kemudian terdiam sejenak.
"Ah sumimasen, watashi wa Sehun desu, shitsuji...atarashī shitsuji desu" sungguh Sehun benar-benar merutuki dirinya yang benar-benar bodoh. Suaranya terdengar seperti anak kecil yang takut dengan kesalahan ucapannya.
"Ah, paman seorang pelayan yang baru?" Orang di depannya sedikit terkikik saat mendengar suara berantakan Sehun "tenang saja paman, aku tidak hanya bisa berbahasa Jepang, aku juga mengerti bahasa di sini"
"Huh?" Pikiran pintar Sehun seakan beku sesaat. 'Dia bisa berbahasa yang sama denganku? Lantas bahasa Jepang tadi apa-apaㅡ tunggu paman?' Pikiran Sehun benar-benar bingung ketika melihat orang di hadapannya. Wajah yang sama seperti di foto. Bahkan di foto tertulis jelas usia orang yang ada di hadapannya, 24 tahun berarti lebih tua satu tahun darinya, lantas Sehun pun bingung mengapa orang itu memanggilnya paman.
"Tunggu, apa benar anda Tuan Muda Luhan?" Orang itu tersenyum singkat dan mengangguk namun juga menggeleng berikutnya.
"Yuki, namaku Yuki...emm sepertinya Luhan sedang tertidur. Paman sebaiknya masuklah dulu, hujan akan segera datang"
"Baiklah..." menatap langit yang terlihat cerah bukan main. Bahkan tidak ada awan yang berlarian di langit sana, hanya ada sang mentari yang menyinari dengan begitu gagahnya.
"Paman, kenapa paman ingin bekerja di sini?" Menatap wajah Luhan yang terlihat begitu dekat dengannya. Sungguh terlibat indah di mata Sehun, bahkan dalam sekali memperhatikan, Sehun tahu benar bahwa orang di hadapannya adalah orang yang sama dengan yang di foto. Terlihat begitu cantik untuk ukuran seorang lelaki.
"Paman kenapa diam? Tidak sopan memperhatikan seorang gadis seperti itu" otak Sehun kembali memproses dan saat otaknya memproses, suara dering telepon berbunyi.
"Ah! Telepon telepon....uuhh jangan berisik!" Terlihat Luhan ketakutan di sana. Bahkan Luhan sudah menutup telinganya dan melipat kakinya hingga wajahnya tenggelam di lututnya.
"Boleh aku yang menerimanya?" Sehun bertanya, pasalnya Sehun belum bertemu dengan 'Luhan' maka dari itu Sehun masih ragu untuk melakukan tiap pekerjaannya.
"Jangan! Itu pasti dari ayah! Ayah jahat! Ayah jahat!" Luhan berteriak sambil mencengkeram kepalanya dengan kuat, namun bagaimanapun telepon itu terus berdering, setidaknya Sehun ingin menerimanya agar suara deringan itu tidak membuat Luhan ketakutan.
Sehun berjalan perlahan ke sumber suara dan di sana dapat Sehun lihat sebuah telepon klasik yang tidak semua orang memilikinya. Ia angkat gagang itu dan mendengar suara yang cukup familiar.
"Sehun, apa kau Sehun?"
"Ya, Pak Kim" terdengar suara hembusan napas lega dari arah yang sangat jauh di sana.
"Kau sudah bertemu dengan siapa?" Sehun berpikir sejenak dan kemudian menyebutkan nama itu.
"Seseorang bernama Yuki dengan wajah yang sama seperti Luhan di foto"
"Begitu rupanya. Aku lupa mengatakannya padamu, tuan muda kami menderita kepribadian ganda. Saat ini yang terlihat adalah gadis muda kebangsaan Jepang bernama Yuki. Jangan biarkan dia mendengar hal-hal bising karena Nona Yuki takut dengan ayahnya" Sehun baru memahaminya sekarang. Untuk pertama kalinya Sehun harus bekerja dengan satu orang yang begitu unik dan hal itu membuat Sehun tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE PETRICHOR (HunHan)
FanfictionHunHan story Petrikor (bahasa Inggris: Petrichor (/ˈpɛtrɪkɔːr/)) adalah aroma alami yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, petra yang berarti batu, dan ichor, cairan yang mengalir di pembuluh para dewa...