Hari upacara peringatan kematian ibunya pun telah tiba. Sehun sudah menyiapkan segalanya, bahkan sebelum itu Luhan sudah memintanya utuk tetap bersamanya, mendampinginya sebagai seorang pelayannya.
"Tuan muda, kemeja dan jas hitam anda sudah saya siapkan" Luhan mengangguk dan kemudian berjalan menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.
"Terima kasih, aku akan segera bersiap-siap. Sehun, kau akan ikut bersamaku ke upacara peringatan kematian ibuku" Sehun mengangguk dan tetap menjatuhkan pandangannya ke arah bawah. "Emm bisakah kau bersikap biasa? Maksudku, sepertinya kau tahu bagaimana aku yang sebenarnya" Sehun pun sedikit mengangkat kepalanya dan tersenyum lembut di sana.
"Tentu saja, tuan muda. Saya tidak akan meninggalkan anda hanya karena hal seperti itu" senyuman masih setia berada di bibir tipis itu hingga Luhan pun mengangguk dan masuk untuk segera membasuh dirinya.
Baru saja Luhan memasuki kamar mandi, Sehun pun sedikit mengetuk pintu itu dan bersuara lembut "tuan muda, saya akan menyelesaikan pekerjaan saya, jika tuan muda ada kesulitan, anda bisa memanggil saya" Luhan pun menjawab singkat "baiklah" jawaban itu membuat Sehun undur diri dan keluar dari kamar besar itu.
Ikut mempersiapkan dirinya sendiri dan memilih pakaian yang pantas untuk digunakan ke sebuah upacara peringatan. Tidak cukup lama waktu yang ia butuhkan, sehingga setelah itu Sehun pun kembali bergegas menuju lantai dua tempat kamar Luhan berada. Mengetuk pintu itu dan berucap lembut di sana. Sehun pikir Luhan pun sudah usai memasuh dirinya dan kini adalah giliran Sehun untuk membantu Luhan dalam mengenakan pakaiannya.
"Tuan muda, saya akan membantu anda" tidak aja jawaban dari dalam, namun seperti biasa, Sehun pun membuka pintu itu perlahan dan masuk ke kamar Luhan.
Ketika manik kelamnya menangkap begitu banyak pakaian yang berserakan di lantai, Sehun pun sedikit terkejut namun detik berikutnya, Sehun pun hanya bisa menghela napasnya.
"Apa yang terjadi?" Menghilangkan formalitasnya dan kemudian mendekat ke arah Luhan yang tengah tersenyum sambil membawa jas yang berwarna sedikit mencolok, terasa tidak pantas digunakan untuk upacara peringatan kematian, ditambah itu adalah upacara untuk ibunya sendiri.
"Tidak ada, aku hanya tidak suka warna monokrom seperti itu. Terlalu suram untuk dipandang" menaikkan sudut bibirnya dan membuat Sehun menghela napasnya kembali.
"Sudah seharusnya kau memakai pakaian itu. Kau tidak tahu ini hari apa?" Luhan hanya memutar bola matanya, malas mendengarkan kicauan Sehun yang membuat telinganya panas seketika.
"Ck. Aku akan pergi dan aku akan memakai pakaian yang aku pilih. Sekarang bantu aku. Oh. Se. Hun" memberikan senyuman terbaiknya namun Sehun hanya mengabaikan itu dan membuat Luhan menarik satu sudut bibirnya. "Ah kau memang anjing penurut. Tapi bukankah lebih baik jika kau juga menurut padaku? Luhan hanyalah pribadi yang lemah di sini. Anjing berkualitas sepertimu akan sangat disayangkan jika harus mendampingi majikan yang lemah seperti Luhan" Sehun hanya tertawa singkat dan kemudian menatap remeh lawan bicaranya.
"Benarkah? Tujuanku memang seperti itu. Anjing berkualitas haruslah menjaga majikannya yang lemah. Orang yang berpikir bahwa dirinya sudah cukup kuat, maka aku tidak seharusnya mendampinginya" Sehun tersenyum namun matanya seolah marah karena mendengar perkataan itu dari mulut Luhan. Walau Sehun tahu, orang di hadapannya bukanlah Luhan yang sebenarnya.
"Begitukah? Baiklah...toh aku adalah Luhan, bukankah begitu? Sekeras apapun kau menghindariku, kau tidak akan bisa" memberi senyuma terbaiknya dan kemudian merentangkan tangannya dan memberi isyarat pada Sehun yang masih berdiri di hadapannya "tunggu apa lagi, bukankah upacaranya sebentar lagi?" Sehun hanya bisa mengepalkan tangannya dan melangkah maju, mengambil pakaian yang sudah dipilih oleh pribadi Luhan yang sekarang dan memakaikannya pada tubuh Luhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE PETRICHOR (HunHan)
FanfictionHunHan story Petrikor (bahasa Inggris: Petrichor (/ˈpɛtrɪkɔːr/)) adalah aroma alami yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, petra yang berarti batu, dan ichor, cairan yang mengalir di pembuluh para dewa...