Aku tak minta tuhan mentakdirkan kita bertemu, hingga tumbuh sebuah rasa.
***
Seseorang menepuk pundak Agatha setelah itu ia tertawa remeh sambil bertepuk tangan angkuh dan berkata, "Pinter banget, ntabs dehh dulu udah dapet kakaknya dan sekarang mau ambil adeknya juga?? Hahahahh good job bitch!"Salsa Adilla Fenusa─ Bisa dibilang salah satu primadona di Sekolah, namun sayang perilakunya tersebut mencemarkan nama nya. Ia duduk dibangku kelas XI IPS 3 atau lebih tepatnya satu kelas dengan Calvin, Salsa memang menyukai Calvin sejak ia duduk dibangku kelas sepuluh. Bahkan ia sempat menembak Calvin dan langsung ditolak secara terang terangan didepan banyak orang.
Semua kaum hawa yang ada di sekolah tidak berani mendekati Calvin, jika saja ada, maka Salsa akan mengancam bahkan bully. Tak heran jika dia sering keluar masuk BK.
"Maaf, kamu siapa yaa?" Tanya Agatha masih sopan.
"Halahh ngga usah sok lembut gitu lo! Gue jijik sama jalang kaya lo!" Ketus Salsa sambil menunjuk muka Agatha.
"Tolong ya, selagi saya masih sabar ngadepin kamu bisa sopan ngga sih?" Agatha tetap menahan amarahnya meski sudah di puncak ubun-ubun.
Byurr!!!!!
Salsa sengaja menyiram minuman yang ada di meja ke puncak kepala Agatha hingga merembes ke baju, seraya tersenyum menang.
"Ups! Sorry, tangan gue nggak sengaja. Tapi gatel banget jadi gue siram deh, Hahahahah."
Salsa dan kedua anteknya yang tak lain Gessa dan Ecca tertawa puas dan setelahnya mereka pergi.
Semua pasang mata di kantin melihat kejadian itu, Calvin yang sadar langsung melepas seragamnya hingga menyisakan kaos hitam. Ia menutupi punggung Agatha karena bajunya basah hingga merembes kebaju putihnya sampai dalemannya menerawang. Agatha sangat malu bahkan buliran bening hampir lolos dari pelupuk matanya."Gue ke ruang ganti," Ucapnya pada Vino.
"Ohh oke!"
Vino yang mengerti keadaan hanya menjawab seperlunya saja.Calvin membawa Agatha ke ruang ganti untuk mengganti bajunya.
"Ganti, pake baju gue." Sembari menyodorkan baju yang tadi ia gunakan untuk menutupi punggung Agatha.
"Terus? Lo gimana?"
"Ada cadangan di tas. gue tunggu diluar,"
"O-okee." Setelahnya, Agatha mengganti bajunya.
Setelah Agatha mengganti bajunya ia keluar, dan menemui Calvin yang sedang bersandar di dinding tembok.
"Thanks, Vin." Katanya sambil tersenyum, namun setelahnya raut wajahnya berubah dan tersenyum kecut.
"Urwell." Singkatnya, Calvin menyadari ada yang berubah dari raut Agatha. Namun ia tetap diam, membiarkan Agatha yang mengatakannya sendiri.
"Gue ke kelas dulu ya takutnya temen gue nunggu dikelas."
"Gue anter."
"Hng? Ng-ngga usah gapapaa. Gue takut aja ntar malah pada ngomongin gue." Agatha memelotot setelah mendengar penuturan Calvin. Ia takut menjadi bahan pembicaraan, apalagi kejadian tadi di kantin banyak sekali yang melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECANGKIR RINDU
Teen FictionSecangkir Rindu Ini soal garis tuhan atau hanya kebetulan saja? Dengan kau yang hadir tanpa aku memintanya pada tuhan. Dari Calvin, Agatha belajar bahwa jatuh cinta bukan hanya tentang jatuh, tetapi juga tentang bangun saat hati sudah sepenuhnya sia...