chapter 1

92 14 6
                                    

Kau terlalu pandai untuk membuatku terpaku denganmu.

***

Meja tempat most wanted SMA Geutama menjadi pusat perhatian seluruh pasang mata di kantin.

Pasalnya, Agatha tidak sengaja menumpahkan orange juice yang ia beli karena kakinya tersandung meja di kantin. Alhasil, minuman itu tumpah mengenai baju milik Calvin.

Ya, Calvin salah satu most wanted dengan hati yang beku, tidak berperasaan, tidak terima penolakan, dan satu lagi! Iritt saat berbicara.

"Sorry , gu-gue nggak sengaja." Agatha gugup, ia baru pertama kali melakukan kesalahan selama bersekolah di SMA Geutama. Ia mendumel dalam hati, dirinya terlalu ceroboh sampai tersandung kaki meja.

"Duhh bos, mau digimanain nih?" ujar Jason, salah seorang sahabatnya.

Tangan Agatha berkeringat, matanya tak sengaja bertemu manik mata Calvin yang tajam. Setajam pedang zangestu dan mata itachi, membuat nyali Agatha semakin menciut.

"Ikut," ucap Calvin sembari berjalan dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Alias bergaya cool yang membuat siapa saja ingin memilikinya. Agatha juga melihat banyak pasang mata yang menatap Calvin. Namun, siapa dia sampai ditatap seperti itu?

"Hah? Maksud lo?" Agatha tidak mengerti dengan apa yang baru saja Calvin katakan. Terlalu irit dan otak Agatha yang jika dalam situasi gugup bekerja sedikit lambat.

Tanpa basa basi Calvin langsung menarik tangannya dan diikuti dua manusia absurd menuju sebuah ruangan.

Sebenarnya, ia tidak mengerti dengan ucapan yang baru saja Calvin ucapkan. Memangnya satu kata saja bisa membuatnya paham? Agatha yang terlalu lemot berpikir atau memang sulit untuk dipahami?

Ah, entahlah Agatha memilih diam dan bergelut dengan pikirannya yang merajalela entah kemana. Dia berpikir bahwa cowok itu akan memarahinya habis habisan, mencaci, dan melakukan hal yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh Agatha.

"Aw!" Pantat Agatha mendarat dengan tragis. Ralat, nggak sempurna. Bokongnya mendarat pada sebuah kursi usang di ruang kelas yang sudah terbengkalai.

"Lo, kasar banget sih jadi cowok, mana pantat gue sakit lagi," oceh Agatha yang sama sekali tidak digubris oleh Calvin.

"Eh busett dahh tuh mulut ngoceh mulu," sahut Jason heran.

"Lo, liat kursi yang gue dudukin? Mau gue lempar ke mulut lo?!" tanya Agatha yang sudah kesal setengah mati.

"Sante mama, Bro," ucap Jason dengan cengengesan seperti tak punya dosa.

"Udah ngoceh, lo?" Calvin membuka suara.

"Mau, lo, apa sih bawa gue ke sini? Mau maki-maki gue? Atau mau gebukin gue? Gue, 'kan, udah minta maaf sama, lo. Lagian juga nggak sengaja numpahin, tuh kaki meja yang harusnya lo salahin bukan gue. Tau gue mau lewat ngapain ada tu meja," jelas Agatha panjang lebar.

Setelah Agatha menjelaskan panjang kali lebar, seperti rumus luas persegi panjang. Namun, cuma satu kata yang terlontar dari mulut Calvin. "Nurut."

Sialan! Gue udah ngomong panjang beut dah malah dijawab 'nurut' gedeg gue, batin Agatha kesal

"Lo, kalo ngomong tuh yang jelas bisa nggak? Gue gak paham sama yang, lo, bilang."

"Perjanjian." Satu kata lagi?

Ya, Tuhan gimana Agatha mau paham kalo yang keluar cuma satu kata, pikir Agatha gupek.

"Maksud Calvin dia tuh mau lo nurutin perjanjiannya," bisik Yonath kepada Agatha.

SECANGKIR RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang