chapter 4

45 8 8
                                    

Kau.
Kita yang pernah bersama bercerita,
ditemani dengan kopi, dan akhirnya kau menghilang tanpa alasan pasti.

***

Saat Agatha sedang berjalan di koridor bersama Calvin, tiba- tiba Nayra memanggilnya. Lebih tepatnya sih neriakin.

"Agathaa!" pekiknya seraya menghampiri mereka.

Nayra yang sadar akan kehadiran Calvin hanya menggaruk tengkuknya alih-alih menutupi rasa malunya meneriaki Agatha.

"Suka banget teriak, lo," ucap Agatha sembari menoel perut Nayra.

"Maaapp, Tha, maap." Dengan menampilkan deretan gigi putihnya.

"Gue ke kelas dulu, Tha," ucap Calvin dan hanya dibalas anggaran oleh Agatha.

"Kok, lo, nggak bilang sih kalo lo jadian sama calon guee?"

"Dih. Ogah bangett gue jadian sama dia, ini aja karena perjanjian konyol,"

"Tunggu, perjanjian konyol? Maksudnyaa?!" tanya Nayra yang tidak paham dengan maksud Agatha.

"Kan waktu di kantin gue lagi bawa minuman tuh, terus nggak taunya gue kesandung kaki meja," Agatha menjelaskan sambil berjalan, "nah, meja yang ditempatin tuh ada Calvin sama dua makhluk absurd, terus minuman yang gue bawa tumpah," sambungnya.

"Terus, terus lo gimana? Nggak minta maaf, lo?"

"Ya, gue minta maaf lah, tapi itu anak aja yang gila hormat kali. Pake ada perjanjian,"

"Ooo ... eh, Tha, denger-denger sih, bakal ada siswa baru di SMA ini." Sambil memasang wajah yang serius. Ralat, dua rius!

"Terus hubungannya apa sama gue?"

"Ya, 'kan, kali aja mau lo gebet, katanya sih kelas 12, dia pindahan dari LA," tutur Nayra yang tidak terlalu penting bagi Agatha. "Yang gue curigain sih, mungkin aja dia Zalvin, Tha, kan dia di LA."

"Zalvin? What do you mean??! Gak mungkin, gue nggak mau lagi ketemu. Seenggaknya kehidupan gue sekarang lebih baik."

Zalvin, seseorang yang pernah hadir dalam hidup Agatha dan ia juga yang sempat mengisi hatinya. Namun setelahnya, Zalvin pergi tanpa kabar yang pasti. Masa indah yang dulu sempat ada, kini hanya menjadi angan belaka.

Sudah sejauh ini Agatha berusaha membuka lembaran baru, kehidupan yang baru, tapi apakah Zalvin akan mengisi hati Agatha kembali? NGGAK BOLEH BALIKAN DONG!!!

***

"Zalvin balik, Jas, gue nggak tau lagi gimana kehidupan gue nantinya," ucap Calvin pasrah setelah meletakkan tasnya.

"Seriusan, Vin?" tanya Jason masih tak percaya. (Jason bukannya merk bedak itu, 'ya?)

"Pas lo pada balik, nyokap telpon gue dan bilang kalo Zalvin bakal balik. Gue udah capek, Jas, gue capek sama sikap papah yang selalu beda-bedain gue." Calvin mengacak rambutnya frustasi.

"Vin, Om Fian tuh nggak bedain lo sama sekali. Dia mau lo bisa kaya Zalvin. Emang, bakat lo di musik, tapi Om Fian juga pasti pengin kalo lo itu bisa di pelajaran," jelasnya Jason seraya mengusap pelan punggung Calvin.

"Gue nggak tau lagi, Jas." Setelahnya Calvin pergi meninggalkan Jason.

"Jas, Calvin napa noh? kayak nggak biasanya," ujar Yonath yang baru saja memasuki kelas dengan kebingungan,

"Zalvin balik ke Indo."

"Yakin, lo? Terus sekarang Calvin kemana?"

"Yakin lah, lo, kira becandaan? Sekarang paling dia ke ruang band."

Di saat keadaan hatinya tidak baik, Calvin lebih sering mencari tempat yang pas untuk mengembalikan keadaan.

Biasanya ia sendiri, namun entah dorongan dari mana ia menuju ruang kelas IPA 2. Lebih tepatnya sih kelas, Agatha.

"Permisi, ada Agatha?" tanya Calvin sembari mengedarkan pandangannya mencari Agatha.

Nayra, Camilla, dan Agatha yang sedang berbincang soal nongkrong nanti malam langsung terhenti karena panggilan Calvin.

"Tha, dipanggil Calvin tuh," ujar Camilla

"Ishhh ngapain lagi sih??" tanya Agatha masih setia duduk.

"Aelah, samperin gih kali aja penting," imbuh Nayra.

Agatha langsung berdiri dan menghampiri Calvin, "Apa?"

"Ikut gue." Tanpa babibu Calvin langsung menggenggam pergelangan tangan Agatha erat dan hal itu membuat si empu kesakitan.

"Lepasiin tangan gue. Kemana sih, Vin? Bentar lagi bel, gue mau ke kelas." Sambil berusaha melepas genggaman Calvin, namun tenaganya jauh lebih kuat.

Calvin yang melihat Agatha terus meronta minta dilepaskan, justru ia membawanya pada sebuah ruangan yang membuat Agatha kicep.

Ruang band? Ngapain? batin Agatha bingung.

Calvin langsung mengambil gitar yang tertata rapi di ruang tersebut. Senar gitar yang Calvin petik, mengalun sempurna di telinga Agatha. Walaupun Agatha sedikit asing dengan lagu yang Calvin bawakan, namun terasa nyaman.

"Ternyata lo jago ya main musik," puji Agatha setelah Calvin selesai memainkannya.

Tapi, ada sesuatu yang sedikit berbeda dari raut wajah Calvin yang Agatha temukan.

"Vin?"

"Hmm?"

"Lo lagi nggak baik?"

"Tau dari mana lo?" tanya Calvin sedikit tersentak.

"Keliatan dari muka lo. Cerita aja kalo ada masalah, mungkin gue bisa bantu. Tapi pake syarat, harus beliin gue es krim strawberry," tawar Agatha seraya menaik turunkan alisnya.

"Dih. Pamrih,” balas Calvin membuang muka sembari meletakkan gitarnya ke tempat semula.

"Kembaran gue pulang, Tha, dan gue nggak siap."

"Lo, punya kembaran? Asik dong kalo gitu, keluarga lo jadi bisa kumpul bareng lagi. Eh, … kalo boleh tau nih pulang dari mana?"

"Los Angeles, kita kumpul bareng bukan berarti kita seneng, Tha, justru gue yang dibeda-bedain sama dia," jelasnya dengan menatap langit-langit ruang band yang bernuansa klasik.

"Gue sama dia kembar tapi nggak identik, dia pinter di bidang pengetahuan. Sedangkan, gue di seni, Tha, papah selalu bedain karena nilai gue nggak kaya dia."

"Vin, papah lo tuh nggak bedain lo. Dia cuma mau lo juga rajin belajar, dia pengin kalo lo ngejadiin kembaran lo itu inspirasi lo. Lo, bisa belajar lewat dia juga, Vin," ucap Agatha memberitahu seraya memegang pundak Calvin.

Seperti ada sesuatu yang mengganjal, Agatha menjadi teringat akan sosok Zalvin. Sosok yang sempat hadir di hidupnya. Namun bukan tinggal, melainkan singgah. Singgah dengan waktu yang tidak sebentar dan menghilang tidak meninggalkan kabar.

Calvin yang melihat perubahan wajah Agatha pun bertanya, "Lo kenapa? Sorry kalo ucapan gue tadi buat beban lo."

"Nggak, gue nggak apa-apa."

"Tetep jadi sirius buat gue, 'ya, Tha," pinta Calvin, "Karena, lo, penerang buat gue, Tha. Saat gue tersesat, lo, yang selalu muncul dan nunjukin arah ke gue."

***

"Vin, gue nggak bareng lo dulu ya soalnya ada perlu sama Nayra, Camilla,"  ucap Agatha setelah mendekat kearah Calvin yang sudah stand by di mobilnya.

"Hmm, gue balik." Setelah melontarkan kalimat tersebut, Calvin yang siap masuk ke dalam mobil kembali tercegat dan menghentikan langkahnya karena ucapan Agatha.

"Ehh, hutang es krim strawberry ke gue, lo,' ya!" Setelahnya Agatha pergi meninggalkan Calvin.

Kok tingkah lo lucu sih, Tha? batin Calvin tersenyum misterius.

-------------//-------------//-------------//-------------
/24082020

SECANGKIR RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang