Sedang mensyukuri apa yang aku miliki saat ini, adalah mimpi bagi banyak orang di sana.
***
"Rumah lo di mana?" tanya Calvin yang masih fokus menyetir.
"Dari komplek, lo, ini lurus aja, nanti belok kiri. Kalau, lo, udah nemu A Beatrix Caffe, lurus dikit ntar belok kanan nah komplek situ," jelas Agatha
"Hmmm.”
Setelah memasuki komplek rumah Agatha, "Blok. B2," cekatnya.
Tepat di depan gerbang, Agatha turun dan diikuti Calvin di belakangnya. "Eh eh eh, wait! Why you come down?" tanya Agatha dengan bingung seraya membuka gerbang rumahnya.
Tidak ada jawaban sama sekali, Calvin langsung menyelonong masuk ke rumah sebelum Agatha mengizinkannya masuk.
Setelah menutup gerbang, Agatha melepas sepatunya dan beralih menggunakan sandal rumah.
Calvin masih setia berdiri di depan pintu rumah Agatha dan tetap memperhatikan wajah Agatha setiap inchi nya.
Parah. nggak waras lagi nih anak liatin gue terus, Agatha membatin.
"Eh, Agatha. Udah pulang, Sayang? Kamu tumben nggak pulang bareng Nayra sama Camilla?" tanya Teta–bunda Agatha–sembari membuka pintu rumah.
"Enggak, Bun, Agatha pulang sama manusia aneh," ucapnya seraya menyalami Teta dan melotot tajam ke arah Calvin.
Calvin langsung menyalami bunda Agatha. "Saya Calvin, Bunda, temennya Agatha."
"Bunda gue bukan bunda, lo." Larang Agatha pada Calvin yang memanggil Teta dengan sebutan 'bunda'.
"Agatha ... Bunda malah seneng, kok, Calvin manggilnya Bunda. Ayo masuk, Nak!” ajak Teta seraya mempersilahkan mereka berdua masuk.
"Nggak, Bunda. Aku sama Calvin mau duduk di taman belakang aja, Bun."
"Ya udah, nanti biar Bunda bilang ke Bi Rini buat bikinin minuman," ucapnya dengan membelai rambut Ikal Agatha.
Sembari menunggu minuman yang dibuat Bi Rini, Agatha dan Calvin menuju taman belakang rumah Agatha.
"Lo, kenapa nggak langsung pulang?" tanya Agatha setengah penasaran.
"Gue lagi pengin cerita sama, lo."
"Maksud, lo? Coba yang jelas." Sambil membenarkan posisi duduknya
"Gue jarang ngerasain hidup kaya lo, penuh sama kasih sayang. Coba aja tadi, lo, pulang udah disambut sama Bunda," jelasnya sambil menatap langit yang semakin gelap.
"Asal lo tau, Tha. Gue nggak pernah ngerasain kayak tadi. Nyokap sama bokap sibuk kerjaannya masing-masing."
Mendengar kata yang terlontar dari mulut Calvin hati Agatha terenyuh, ia tidak menyangka ternyata kehidupan Calvin seperti itu.
"Maaf, Mbak Agatha. Ini minuman sama cemilannya Bibi taruh sini, 'ya, permisi." Meletakannya di meja dekat bangku taman dan langsung pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECANGKIR RINDU
Teen FictionSecangkir Rindu Ini soal garis tuhan atau hanya kebetulan saja? Dengan kau yang hadir tanpa aku memintanya pada tuhan. Dari Calvin, Agatha belajar bahwa jatuh cinta bukan hanya tentang jatuh, tetapi juga tentang bangun saat hati sudah sepenuhnya sia...