chapter 7

24 7 3
                                    

Pernah berfikir akan terjebak dalam zona mencintai masa lalu, dan enggan membuka hati untuk siapapun.

***

Kini tiba saatnya hari senin, hari dimana semua siswa sangat malas. Kembali masuk sekolah, dan memulai aktivitas seperti biasanya.

Pagi ini, ia sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Bukan lagi diantar Calvin tetapi diantar oleh ayahnya,

Diperjalanan pikiran Agatha masih bergelut dengan kejadian kemarin. Hari minggu. Ia didekap oleh Calvin?
Tidak! Agatha tidak boleh menghancurkan benteng pertahanannya, yang sudah dari jauh hari ia buat.

"Calvin anaknya baik ya, Kak?" Tanya Ayah Agatha yang masih fokus menyetir.

Ayahnya memang sering memanggil Agatha dengan sebutan "kakak"  walaupun anak tunggal.

Namun pertanyaan itu sontak membuat Agatha gugup bukan kepalang. Berusaha setenang mungkin untuk menutupi rasa gugupnya.

"Baik kok yah dia."  Jawab Agatha setenang mungkin untuk menutupi rasa gugupnya.

Sejak kejadian kemarin di Kota Tua, entah kenapa kini setiap membahas Calvin hati Agatha sangat sensitif.

"Kalo memang dia baik, nanti kalo misal kamu pergi sama dia aja ya. Biar bunda ngga was-was." Nasehat Ayah Agatha sembari menatap putri semata wayangnya sebentar dan kembali fokus menyetir.

Ya. Walaupun Agatha sudah beranjak dewasa namun kedua orang tuanya masih menganggapnya seperti anak kecil yang harus benar- benar dijaga. Terkadang Agatha berpikir dia sudah dewasa dan tidak perlu perhatian yang berlebihan.
Namun, tetap saja kedua orang tua nya menjaga seperti anak kecil yang kemana-mana harus dijaga.

"Nggak ah, Agatha ngga mau repotin dia. Agatha kan juga udah gede bukan bocah lagi, Yah. Yang kemana-mana harus dijagain." Dengan meng otak-atik isi dashboard  mobil.

"Yaudah kalo itu mau kamu, ayah nggak maksa. Tapi kalo kamu butuh bantuan pas ayah nggak bisa, bilang ke Calvin aja ya."

Ayah Agatha mengantarnya hingga depan gerbang sekolahnya. 

"Iyaa, Yah. Yaudah kaka keluar takutnya telat."
Lalu menyalami ayahnya dan keluar dari mobil.

"Semangat belajarnya kak!" Ucap ayahnya sembari membuka setengah kaca mobilnya.

Agatha hanya membalasnya dengan senyum manis dan acungan jempol, seolah mengatakan pasti.

***

Di sisi lain, kini kelas XI IPA 2 dipenuhi dengan siswa siswi dari kelas lain yang sedang membicarakan murid baru kelas XII bahasa 2. Pindahan dari LA yang tidak lain adalah Zalvin,

"Ehh, ini kok pada kesini ada apaa ya?" Ujarnya pada salah seorang adik tingkatnya.

"Itu kak, ada murid baru dia pindahan dari LA katanyaa tapii nih kak dia tuhhh beuhhh gantengg banget." Kata adik tingkat itu dengan senyum yang terus mengembang sembari jingkrak-jingkrak

"Ah gitu... makasi ya dek,"
Setelah adik tingkat itu menjelaskan pada Agatha, pikiran tentang Zalvin terus berputar dikepalanya. Layaknya kaset rusak.

SECANGKIR RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang