Sudah beberapa hari ini Salsa terus saja berteman dengan buku-buku tebal. Ketika berada di sekolah dia akan memanfaatkan semua waktu luangnya untuk membuka buku tersebut dan ketika di rumah dia akan berdiam diri di kamarnya dengan pintu yang terkunci dan dirinya larut dalam buku-buku tebal itu.
Semua ajakan sahabat dan teman-temannya untuk belajar kelompok atau sekedar hangout Salsa tolak di muka secara halus. Ada sedikit rasa bersalah dan bimbang ketika Salsa menolak mereka, karena tidak biasanya mereka mendadak mencari-cari waktu Salsa.
Salsa pikir ini adalah ujian pertama yang harus dia lewati agar bisa memenagkan lomba itu. Pokoknya sekarang dia harus benar-benar belajar dengan baik, tidak boleh ada yang mengganggunya barang sedikitpun. Perlombaan akan dilaksanakan dua hari lagi dan dia belum bisa menghafal semuanya. Sungguh Salsa dibuat tertantang sekaligus merasa lelah karena harus berjuang mati-matian sendirian.
Seperti yang Salsa lakukan di hari minggu ini, dia mengurung diri di kamarnya sejak pagi bersama buku-buku yang selalu dia bawa kemana-mana. Hal itu membuat Bunda dan ayahnya khawatir karena mereka tidak mengetahui kalau Salsa akan ikut perlombaan, mereka hanya tahu kalau Salsa sedang merajuk akan kejadian nenerapa waktu lalu denhan mengurung diri di kamarnya.
Baik Salsa ataupun abangnya tidak ada niatan untuk memberitahu kebenarannya pada mereka. Salsa bertekad dia hanya akan memberitahu ayah dan bundanya hasil akhir perlombaan saja tanpa mengetahui proses yang Salsa lakukan. Dia tidak semakin terbebani dengan harapan Bunda akan kemenangan dirinya. Terlebih lagi dia tidak ingin membuat bundanya itu kecewa lagi pada dirinya.
Suara ketukan di pintu memecah konsentrasi Salsa saat ini. Sebenarnya dia tidak ingin membuka pintu itu tapi setelah mendengar kalau itu aadalh abangnya dia langsung beranjak membukakan pintu untuk abangnya lalu menguncinya lagi. Salsa takut Bunda tahu misi yang Salsa jalankan secara diam-diam ini.
Mata Abay seakan takjub dengan pemandangan ruang kamar Salsa yang biasanya rapih sekarang sudah mirip toko loa buku di tanah abang. Terlalu banyak buku di setiap sudut kamarnya. Salsa memutar matanya malas melihat keterkutan abangnya itu, padahal sebelumnya dia juga pernah masuk ke kamarnya. Salsa kemudian kembali lagi ke meja belajarnya sedangkan Abay dia memutari semua buku yang berserakan itu sambil berteriak heboh.
Terkadang Salsa berpikir kenapa cewek-cewek di sekolah bisa menyukai abangnya? Tidak kah mereka tahu dengan sikap lebay dan noraknya itu? Kalau saja Salsa bisa menjelaskannya pada mereka secara mendetail, mungkin abangnya akan kehilangan semua fans-nya itu. Akan tetapi takdir sepertinya masih menyelamatkan popularitas abangnya karena nyatanya Salsa tidap punya waktu untuk itu. Dia terlalu sibuk dengan perlombaan itu dan harus tetap fokus tanpa ada yang mengganggu pikirannya seperti saat ini.
Namun kenyataan berkata lain, kehadiran Abay di kamarnya hanya membuat fokus Salsa terbelah menjadi dua. Salsa tidak bisa mengimbangi antara pelajaran yang susah payah dia hafalkan dengan menghina Abay dalam pikiran yang lebih mudah dari sekedar bernapas.
Kalau fokusnya terus seperti ini target belajar Salsa tidak akan tercapai dengan maksimal. Salsa menggebrak kasar meja belajarnya lalu bangkit menghampiri abangnya yang masih berdecak entah karena apa. Sedetik kemudian Salsa telah mendorong punggung Abay ke arah pintu dengan susah payah. Tidak bisa dipungkiri kalau tubuhnya yang kecil cukup lelah karena harus mendorong tubuh abangnya yang besar.
Peluh sedikit mengucur di pelipisnya yang tertutup pasmina berwarna moca, menampilkan sedikit ruang basah di permukaan kerudungnya itu. Dia kemudian berbaring di atas kasur melupakan rencananya untuk belajar habis-habisan. Mood belajarnya sudah hilang gara-gara kedatangan Abay tadi.
Pikirannya menerawang jauh kehidupannya saat ini. Salsa memikirkan banyak hal yang sudah terjadi belakangan ini, mulai dari pertengkarannya dengan Bunda, ucapan Raka yang seperti hinaan bagi Salsa, Fani yang begitu sempurna di mata Salsa, juga keterlibatannya dengan lomba memusingkan ini. Semua terus berputar di kepalanya bagai kaset rusak.
YOU ARE READING
Envi(ou)s(ion)
EspiritualBagi Salsa, kehidupan yang dia jalani saat ini adalah sebuah kesalahan. Dimana bundanya sendiri tidak menghargai kerja kerasnya selama ini. Bundanya hanya memikirkan gengsi sosialitanya dibandingkan perasaan Salsa sebagai anaknya, setidaknya itu yan...