Tinggal di sebuah keluarga bangsawan kaya, terkenal handal dalam berbisnis tapi tetap rendah hati bahkan ketika berada di lingkaran teman-teman hedon-nya yang sesekali mengadakan "high society meeting" begitu mereka menyebutnya. Sebut saja, Damar Pramudya Putra. Anak Trah Pramudya, begitu orang-orang menyebutnya.
Ibunya berkeinginan agar putra kesayangannya ini, menyandang nama Pramudya di tengah agar tidak terlalu dikenali.
"Apa salahnya si, Pak. Kasihan kan Damar kalau dewasa nanti. Biar dia dikenal karena dia Damar bukan karena dia anak trah Pramudya."
Bapaknya hanya tersenyum menganggukan kepala. Maklum. Memang menyandang nama itu begitu berat, begitu yang dia rasakan dari semasa kecil hingga akhirnya hadirlah bayi kecil dihadapannya.
"Tidak akan aku biarkan dia menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ini doa bapak ibu mu, nak."
Setetes air mata mengalir ketika bapak sang bayi menundukkan kepalanya sambil menyuarakan adzan di telinga sang bayi yang tertidur pulas setelah dibersihkan dan dibalut kain gendongan hadiah dari eyangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Say NO
Short Story"Bukannya dia anak bangsawan ningrat yang membenci kaum urban macam aku gini. Cewek urakan ke mana-mana sama laki beda-beda. Terserah sih, kalau aku mah se-bodo amat." -Mala, pemagang kelas teri yang memaksakan diri mengikuti arus ala anak milenial...