¶16.Lupa punya pacar.¶

78 10 2
                                    

Aksara Bhayang | Lee Jeno ✨

Sandika Pov.

Dulu Harjun pernah berkata pada saya bahwa pagi hari itu menentukan mood sepanjang hari dan ucapannya itu saya akui memang benar. Terbukti ketika pagi ini mood saya yang harusnya kelewat baik sebab ya-akhirnya saya memiliki kekasih lagi setelah hati ini sempat kosong beberapa waktu. Namun anehnya setelah mengantar saya pulang tadi malam, Aksara bahkan belum menghubungi saya barang sekalipun. Status pesan-pesan saya masih sama sejak beberapa menit yang lalu yaitu centang dua abu-abu, saya khawatir dia kenapa-napa. Sempat terlintas di pikiran saya apakah sebaiknya saya bertanya pada Haidar atau yang lainnya mengenai Aksara namun akhirnya saya urungkan sebab saya takut kalau ini hanyalah kekhawatiran saya dan ternyata Aksara baik-baik saja disana, dia hanya sedang sibuk dengan urusannya.

"Sandika.." panggil seseorang yang tengah berjalan mendekat ke arah kursi panjang di depan kelas yang tengah saya duduki sendirian. Parfum Coco medemoiselle Chanel-nya menguar harum ke penjuru lobi, outfit gadis berambut hitam panjang itu memang tidak pernah gagal, lihat saja penampilannya sekarang ini--rok jeans selutut dengan sweater rajut warna cream serta sepatu Ankle boots dari merk terkenal. Saya heran, dia ini mau pergi ke kampus atau pergi berkencan sebenarnya? Seketika saya langsung menatap diri saya sendiri yang terlihat begitu berbeda dengannya, saya hanya memakai Hoodie oversize warna cerah, rok tartan warna gelap di bawah lutut dan sepatu sneaker warna putih, rambut saya biarkan tergerai, sementara wajah saya biarkan polos tanpa make up, hanya terpoles sunscreen dan Liptin tipis, Se sederhana itu. sebab seperti yang saya bilang tadi--saya sedang tidak berada pada mood yang baik untuk berdandan seperti biasanya.

"Eh Cici." Balas saya saat gadis bernama Natasya Syahila atau yang akrab di panggil Cici itu tiba-tiba sudah duduk dengan menyilangkan kakinya di sebelah saya. Kenapa di panggil Cici? Sebab dia keturunan indo-cina.

"Dari jauh gue lihat muka lo kayak lagi murung gitu, kenapa? "

"Eh nggak kok." Balas saya seraya melambaikan tangan untuk menepis tuduhan Cici barusan.

Cici menyipitkan matanya, "Helehhh bohong banget orang muka lo lesu gitu?" Katanya sembari menodongkan jari telunjuknya ke depan wajah saya.

Saya tetap berdalih, menutupi perasaan saya yang sebenarnya memang sedang kurang baik, "Beneran Ci, nggak papa." Ulang saya dan kali ini senyum sumringah sengaja saya hadirkan agar semakin membuat Cici yakin bahwa saya memang tengah baik-baik saja.

"Yaudah kalo gitu." Balas Cici pasrah.

"Btw Ci, ngapain lo bawa-bawa gitar?" Tanya saya yang baru saja sadar ada tas gitar warna hitam pekat berukuran besar di sebelah Cici.

"Oh ini buat tugas musikalisasi puisi."

"Bisa Ci mainnya?"

"Hehe enggak. " Jawabnya sembari menyengir kuda. Dan setelahnya saya hanya menghela nafas panjang.

"Oh iya siapa lo kek yang pinter main gitar suruh ajarin gue pliss!" Pintanya penuh harap, seolah-olah dia tidak memiliki harapan lagi selain meminta bantuan pada saya, padahal dia anak jurusan Sastra Indonesia, harusnya kan teman-teman satu kelasnya ada beberapa yang bisa bahkan handal untuk sekedar mengajarinya bermain gitar.

"Haidar anak ukm kesenian tahu kan?" Entah saya ini sedang kenapa, tapi kalimat itu benar-benar saya ceploskan pada Cici, bukannya bertanya dulu mengenai teman-temannya yang barangkali bisa mengajarinya bermain gitar justru saya malah langsung menyodorkan bantuan terlebih ini melibatkan pacar orang.

Cici mendongak seraya menaruh jari telunjuknya di pelipis, "Eumm Yang pacarnya Ryuna itu?" Tanyanya setelah berhasil mengingat-ingat, saya pikir dia sudah lupa dengan Ryuna. Saya dan Cici adalah teman satu SMP, sementara mengapa dia bisa mengenal Ryuna? sebab dulu mereka berada pada satu tempat bimbel yang sama.

Aksara Bhayang | Lee Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang