¶17.Semua punya prolognya masing-masing¶

53 7 7
                                    

✨ Aksara Bhayang | Lee Jeno✨

"Semua yang berawal pasti akan berakhir, namun jangan takut memiliki akhir cerita, tapi takutlah kamu tidak bisa menikmati perjalanannya."

---------------------------------

Disinilah seorang Levin Albano Rahardjo-- laki-laki beken pecinta baju merk channel yang katanya baju biasa saja sebab sehari-hari ia pakai dirumah, atau tas merk Balenciaga yang kata Jaka seharga uang jajan dia selama setahun itu menyangga wajahnya menggunakan dua tangan dan mulai merenung. Levin punya segalanya, kecuali waktu bersama dengan orang tuanya. Laki-laki yang juga digadang-gadang akan menjadi dokter sekaligus penerus perusahaan pabrik farmasi yang ada di Singapura itu hatinya dibiarkan kosong sejak tiga tahun terakhir. Sesekali dia merasa ingin memiliki seseorang, tapi kadang ia merasa teman-temannya saja sudah cukup.

Levin percaya perkara jodoh pasti ada jalannya, alias semua punya prolognya masing-masing. Saat Levin memutuskan untuk keluar dari mobil sebab AC yang ada di dalam mobilnya tidak terlalu berpengaruh untuk meredam betapa getahnya siang hari itu, ia pun lantas menyandarkan punggung kekarnya pada pintu mobil sembari menunggu gadis berseragam putih abu-abu yang hari ini dia temui lagi setelah hilang tidak ada kabarnya kurang lebih empat minggu itu memilih sepeda di salah satu kios yang terletak di seberang pasar, entah mengapa mendadak ia kepikiran mengenai pertemuan antara teman-teman satu geng-nya dengan pacar mereka masing-masing.

Levin memutar kembali ingatannya mengenai pertemuan Sean dan Fitri beberapa bulan lalu di parkiran belakang kampus. Saat itu hanya dengan bermodalkam tampang cakep dan jok motor yang selalu kosong, tanpa basa-basi Sean langsung mengajak Fitri berpacaran padahal mereka baru pertama kali bertemu atau sepertinya dua kali sebab dulu mereka pernah bekerja sama saat di acara festival seni fakultas teknik. Namun sayangnya hubungan mereka berdua harus berakhir satu minggu lalu sebab Fitri yang tidak bisa menunggu kejelasan dari Sean lebih lama lagi, sebenarnya Sean hanya butuh sedikit waktu untuk mengetahui apakah dia memang sudah merasa bosan terhadap Fitri atau tidak, namun karena bahagia berarti juga harus tentang membiarkannya pergi, maka Sean bersedia melepaskan Fitri meskipun ia tahu jika nantinya penyesalan akan datang menghantuinya.

Lalu setelahnya Levin juga mengingat kepedihan yang dilalui oleh teman dekatnya yaitu Jaka, dua hari lalu bocah itu menangis tersedu-sedu sampai tengah malam sebab pacarnya mendadak minta putus karena ibunya Winda tidak merestui hubungan mereka berdua, Jaka bilang ibunya Winda mau anak perempuannya memiliki masa depan yang cerah, seakan-akan ibunya Winda beropini bahwa hilal masa depan Winda dengan Jaka adalah suram. Selain menuruti perkataan ibunya, Winda tidak bisa apa-apa meskipun sebenarnya gadis itu menyayangkan hubungan antara dirinya dengan sang kekasih harus selesai dengan cepat, Winda masih sangat mencintai Jaka bahkan sampai hari ini, namun menurut Jaka-- kebahagiaan Winda adalah prioritas utamanya. Jaka sudah ikhlas walaupun perih masih menjalari seluruh ruang di dadanya.

Levin melihat ke arah gadis yang masih sibuk memilih sepeda di dalam kios, kemarin malam ia mendapat telepon dari nomor yang tidak dikenal dan ternyata itu adalah dari gadis SMA super galak yang ia temui di warung nasi pecel empat minggu lalu. Gadis itu minta dijemput pukul sebelas siang di depan gerbang SMA tempatnya bersekolah untuk selanjutnya diantar ke kios penjual sepeda guna membeli sepeda baru sebagai bentuk ganti rugi dari Levin. Awalnya Levin sempat menolak sebab ia terkesan seperti sopir bagi si gadis SMA super galak itu, Levin juga sempat menawarkan untuk mentransfer uang saja ke rekening gadis itu agar ia bisa membelinya sendiri, namun sayangnya, gadis itu tetap bersikeras ingin diantar langsung ke kios penjual sepeda di seberang pasar oleh Levin.

Hampir dua puluh menit Levin menunggu gadis itu selesai memilih sepeda, akhirnya pilihannya jatuh ke sepeda lipat warna hitam yang berharga sekitar 3 juta setengah, seketika Levin langsung tercengang--bukan karena ia tidak mampu membayarnya--hanya saja ini lebih ke pemalakan daripada ganti rugi sebab harga sepeda baru yang dia senggol waktu itu tidak sampai segitu. Namun pada akhirnya Levin tetap membelikan sepeda lipat itu untuk si gadis SMA super galak, sekalian sedekah.

Aksara Bhayang | Lee Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang