¶5.Playlist Move on¶

123 19 5
                                    


Aksara Bhayang || Lee Jeno


Saat suasana hati Sandika sedang buruk, ia akan mencurahkan segala perasaannya yang semrawut dengan pergi ke taman kota, sekedar mencari udara segar agar dirinya tidak merasa begitu sesak, melihat anak-anak bermain sepak bola, orang-orang melakukan Stretching, lari pagi, bersepeda santai, atau para anak ABG yang sedang berpacaran. Setidaknya berada di luar seperti sekarang ini lebih baik daripada mengurung diri dan menangis di kamar seharian, Bukannya lekas membaik yang ada malah makin stress.

Kursi panjang yang berada di dekat air mancur adalah tempat yang diduduki Sandika saat ini, ia suka sekali mendengarkan gemericik air yang mengalir, karena sangat menenangkan ditelinga. Sembari menikmati Suasana taman kota yang harmonis, Sandika mengambil ponsel dari Saku Hoodie-nya lalu membuka aplikasi Spotify, memutar lagu secara acak dari Playlist baru yang dibuatkan oleh Jaevin kemarin sore. Lagu pertama yang terputar adalah milik sheila on 7 yang berjudul Dan. Awal yang tidak begitu asing ditelinga saat nada dari lagu itu beralun, lirik yang menyayat hati, namun sangat realistis dengan situasi yang di hadapi gadis itu saat ini. Yang paling menakutkan saat akan memulai perjalanan baru adalah pilihan melangkah, gadis itu tak tahu arah, ia takut akan mengambil jalur yang salah, takut untuk kembali patah.

Sambil menye-croll barisan lagu-lagu yang telah di tambahkan Jaevin ke dalam Playlist bernama Playlist Move on tersebut, Sandika kembali mengingat sepenggal kisah yang di ceritakan bocah itu kemarin sore saat dalam perjalanan pulang.

"Gue udah kenal Haidar dari lama, tapi baru liat dia bener-bener bahagia itu pas pacaran sama Ryuna."

Kata Jaevin dengan lugas, seolah menyindir Sandika bahwa Haidar tidak merasakan kebahagian saat bersama dengannya. Tapi dari Jaevin, Sandika juga jadi tahu--apa saja yang terjadi saat dirinya pergi tanpa berpamitan waktu itu.

Jika yang dipikirkan Sandika adalah Haidar akan dengan mudah mendapatkan Pengganti dirinya, ternyata itu semua berbanding terbalik 180°. Setelah Sandika pergi--bukan perempuan yang mendatangi Haidar apalagi Sonya yang menjadi sumber terbesar kecemburuannya, akan tapi Jaevin. Iya—bocah itu yang mengulurkan tangannya untuk membantu Haidar bangkit.

"Gue anak pindahan dari Tangerang, waktu itu gue nggak kenal siapa-siapa. Dan satu-satunya tempat duduk yang tersisa di kelas IPA 1 ya cuma di deret ke dua depan meja guru, alias bangkunya Haidar."

Sandika membiarkan kalimat demi kalimat yang di kisahkan oleh Jaevin kemarin sore ikutan berputar bersamaan dengan lagu-lagu yang dipilihkannya, Sandika cukup menikmati momen ini.

"Pas gue mau duduk di sebelahnya, gue tanya dulu disini nggak ada yang nempatin kan? Terus kata dia ada, padahal kata anak-anak dia udah duduk sendiri selama seminggu."

Sandika mengulum senyum saat kalimat itu samar-samar terdengar kembali di telinganya, dia jadi teringat momen dimana setelah mereka putus dan sebelum kepergiannya ke Surabaya, ia masih tetap duduk sebangku dengan Haidar, bedanya waktu itu mereka berdua terlihat seperti orang asing yang saling acuh, tidak berbicara sepatah kata pun--sebab dulu mereka terlalu diperbudak oleh gengsi dan juga emosi.

"Lo tau san dia jawab gimana?"

Sandika menggeleng seolah-olah kalimat itu memang sedang Jaevin tanyakan sekarang ini.

"Disini ada yang nempatin, orangnya lagi liburan dan bentar lagi bakal balik."

Antara ingin menangis dan tertawa, tapi yang dilakukan Sandika justru malah merutuki kebodohan Haidar. dia terlalu naif untuk beroptimis bahwa orang yang telah menyakitinya akan kembali dengan perasaan yang utuh dan hubungan diantara mereka berdua akan kembali baik-baik saja seperti sebelum-sebelumnya.

Aksara Bhayang | Lee Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang