Ep 1. Samsul dan Keluarga

1K 94 8
                                    

(Demiapa ini aku edit warna kulit Jihoon biar agak lokal gk putih bgt T^T)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Demiapa ini aku edit warna kulit Jihoon biar agak lokal gk putih bgt T^T)

EP 1. SAMSUL DAN KELUARGA

Sore hari menuju maghrib dengan hujan rintik-rintik rasanya ingin sekali menyeduh bajigur instant oleh-oleh dari Bandung. Tapi, karena keluarga Mulia ini baru saja pindah, mereka terpaksa masih berkutat dengan tumpukan kardus yang meminta untuk dibuka.

“Hahhhh,”

Putri sulung mereka tak henti-hentinya menghela napas Lelah. Padahal, dari tadi dia hanya lap-lap doang. Tangannya bergerak membersihakn sebuah piagam bertuliskan ‘Direktur Utama’  milik Sang ayah.

Berbeda dengan putri bungsu keluarga yang wajahnya selalu datar 24/7. Gadis itu sibuk melipat pakaian-masukkan ke lemari-duduk-melipat pakaian-masukkan ke lemari dan begitu berulang-ulang dengan wajah datar.

Si Ibu sibuk menata piring cantik (re: bukan hadiah rins*o) dengan mata berbinar, memandangi piring hasil perburuannya di Thailand tahun lalu. Kemudian melirik jam.

Seketika tatapan ibu tiga orang anak itu berubah.

“Lah bujug. Tuh bocah belon pulang juga?” ujar si Ibu.

“Futsal kali, Bu.” Sahut si Sulung, Sisi.

“Tuh anak ‘kan baru kejungkel kemarin dari bathub. Punya nyawa berapa mau tendang-tendang bola? Encok dah,” kata Ibu.

“Biarin lah, Bu. Kasian dia udah lama gak main bola gara-gara covid. Sekalinya ada kesempatan, eh Encok.” Kata Ayah.

“Bukan gitu Papi Chulo-ku. Masalahnya, Ibu nitip obat darting, sekalian dia ngambil obat ke rumah sakit.” Kata si Ibu.

“Nanti juga pulang.” Kata si Bungsu, Lilis buka suara. Singkat, jelas, dan padat.

“Obat darting belum tiba, bisa-bisa Ayah, Ibu banting. Sumpah lagi pusing, si Sisi disuruh cuci piring malah nangkring.” Ujar Ibu.

Membuat Sisi yang tengah nangkring di ayunan dekat kolam dan tengah ngaso itu langsung melompat.

Takut benar-benar di banting.



Ayah hanya tersenyum ganteng nan kalem, memaklumi keresahan istrinya. Selain karena obat darting, tapi karena putra-nya yang tengah tak sehat belum juga pulang, di kala hujan mulai deras.





“Assalamu’alaikum. P! P! P! PEEEEEEE”






Nah. Di dengar dari cara dia salam, sudah pasti si Samsul datang.

“Pak Direktur!” ucap pemuda itu hormat ala-ala anak paskib.

“Nah, kebetulan uri Samsul datang, mana obat Ibu?! Sini ceffat, sebelum ibu cekek kelingking kamu!” kata Ibu.

You're the only one Treasure || Aespa TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang