[1] - 404 Not Found

6 1 0
                                    

Lentera berjalan melewati jalan berbatuan dari toilet umum menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana.

"Len..tera?"

Lentera menoleh, mendapati kakak tingkatnya sedang berjalan cepat mendekatinya. Jevier, kakak tingkatnya yang juga merupakan kakak laki-laki Nakula, temannya saat sekolah menengah atas yang juga satu jurusan dengannya di perkuliahan, teknik informatika.

"Gue nggak salah orang kan ya? Lo temannya Nakula?" tanya Jevier memastikan.

"Eh? Iya kak," jawab Lentera sekenanya.

"Jevier aja, gak usah pakai kak." Lentera diam saja, tidak menjawab perkataan Jevier yang membuat laki-laki itu lanjut berbicara. "Gue boleh nebeng gak? Paling gak sampai tempat yang gue bisa pesan taksi online?" tanya Jevier sedikit memelas.

Lentera mengernyit bingung. "Kaka... Lo ke sini jalan kaki?"

"Oke, mungkin sekarang lo anggap gue aneh karena bisa-bisanya terdampar di sini tanpa kendaraan. Gue naik mobil bareng Nakula, tapi emang dasar adik kurang ajar, gue ditinggal pas lagi ke toilet," oceh Jevier.

Lentera menahan tawanya. "Oke..." jawab Lentera.

Lentera berbalik, ingin lanjut berjalan ke mobilnya namun tertunda. Tangannya meraih handphone yang berada di saku belakang celana panjangnya ketika dia merasa benda persegi panjang itu bergetar. Matanya terarah pada layar handphone, lalu beberapa detik kemudian berbalik menatap Jevier.

"Gue angkat telepon dulu," ucapnya sebelum menekan layar ponselnya dan berjalan beberapa langkah menjauhi Jevier yang sebelumnya hanya mengangguk sebagai respon.

Lentera menempelkan layar handphone-nya ke telinga kanannya. "Halo, Ma."

"Kamu di mana? Nggak ikut Leah dan yang lain ke Jakarta?" Suara ibunya terdengar bertanya setelah Lentera menyapa.

Lentera mengernyitkan dahinya, berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan ibunya. "Aku di Pengalengan. Leah gak ajak aku."

Lentera memperhatikan pemandangan gunung di sekelilingnya sembari menunggu ibunya berbicara lagi. "Kata tante Ola, Leah udah ajak tapi kamu gak mau."

Lentera menghela napas. "Leah pergi sama Jonah, pacarnya. Dia gak ajak aku."

"Mikayla? Erwin? Jun? Katanya mereka juga udah ajak kamu," tanya ibunya masih tidak percaya.

"Gak ada yang ajak aku, Masa aku ngotot mau ikut? Mereka gak ajak aku artinya mereka gak mau aku ikut, Ma," ucap Lentera beralih memperhatikan kuku tangannya.

"Makanya kamu kalau sama sepupu bergaul, jangan kayak orang gak kenal," tegur ibunya dari seberang telepon.

"Udah ya, aku mau balik dulu, nanti kesorean," kata Lentera ingin cepat-cepat menyudahi teleponnya.

"Hati-hati."

Lentera menutup sambungan teleponnya dan kembali menyelipkan handphone di saku belakang celananya sebelum berbalik menatap Jevier yang masih berdiri diam di tempat tadi.

Jevier berjalan mendekatinya. "Udah?"

Lentera mengangguk sebagai jawaban. Jevier berjalan di sebelah Lentera menuju mobil perempuan itu yang berjarak kurang lebih lima puluh meter dari tempat mereka berdiri. Lentera masuk ke dalam mobilnya, sementara Jevier masuk ke dalam mobil Lentera dan duduk di samping kemudi.

Jevier memperhatikan Lentera yang sedang menyalakan mesin mobil dan lanjut mengenakan sabuk pengaman. Sedikit takjub dengan penampilan Lentera, baru sadar ternyata teman adiknya sangat cantik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

404 NOT FOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang