Chapter 01 [Upacara Penerimaan Murid Baru]

28 7 2
                                    


Lambang-lambang kegelapan sudah dikenal sejak dulu, bahkan banyak manusia yang menyembah iblis untuk kepuasan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lambang-lambang kegelapan sudah dikenal sejak dulu, bahkan banyak manusia yang menyembah iblis untuk kepuasan mereka. Tanpa memperdulikan nyawa orang lain yang harus dijadikan tumbal.

Akhir akhir ini banyak berita tentang orang tua yang menumbalkan anaknya kedalam sebuah permainan papan. Permainan ini bukanlah permainan biasa, jika pemain berhasil menenangkan hantu yang ada didalam permainan tersebut, maka orang tua mereka akan menjadi kaya raya dan panjang umur. Namun permainan ini otomatis akan dimenangkan jika tersisa satu pemain.

Ini terus terkespost dimana mana, bahkan banyak yang mencobanya dan itu benar-benar terjadi.

Sebelumnya yang menceritakan tentang Riko dan Leo kini sudah terlewati, sekarang waktu sudah melompat selama 10 tahun. Riko sudah mulai bekerja sebagai guru disekolah SMA Elfanda.

Disetiap tidurnya, Riko selalu memimpikan Leo yang meminta tolong kepadanya untuk menguburnya dengan layak, mimpi itu terus muncul tanpa henti. Riko sampai harus kerumah sakit psikolog untuk mengecek dirinya. Namun dokter hanya menyarankan untuk liburan dan segera mendapatkan aktifitas yang bisa melupakan kejadian di masa lalu.

Setiap hari Riko mencari tentang permainan papan iblis itu, namun sangat sulit mencari info yang konkrit. Hoax juga bertebaran dimana mana, bahkan ada yang bilang permainan itu hanya tahayul.

"Cih, Aku harus kembali ketempat itu dan membawa jasad Leo" ucap Riko dalam hati.

"Drrrrrr. Drrrrrrrrr." Suara getar Ponsel

Riko mengambil ponselnya dan mengangkat telponnya, "Hallo, Anam kah ?"

Muridnya yang bernama Anam mengajak Riko bertemu disebuah Cafe.

Anam menundukkan kepalanya kepada Riko "Terima kasih banyak Pak Riko. Berkat bimbinganmu aku bisa masuk Ranking 1. Sekali lagi terima kasih banyak"

Pengunjung kafe melihat tindakan Anam. Riko mulai tampak malu dan menghentikkan tindakan Anam itu dan menyuruhnya untuk segera duduk.

"Lalu, apa kau masih ingin melanjutkan jabatan Osis mu ?" tanya Riko yang sambil mengaduk kopi.

Anam menghela nafas "Aku ingin menjadi ketua Osis, aku akan berusaha untuk itu. Karena aku ingin-"

"Iyaa, iyaa, bapak paham.." ucap Riko yang memotong pembicaraan Anam. Riko mengangkat tangannya dan memukul bagian atas kepala Anam (Bug), "Semangat" ucap Riko sambil tersenyum.

Riko meminum kopinya dan merubah topiknya ke soal Asmara "Jadi, bagaimana soal Dina ? gadis yang lebih tua darimu itu ?". Anam yang sedang minum langsung tersedak mendengarnya "Ughu ughu.. ke..kenapa jadi bahas soal Kak Dina ?" ucap Anam dengan wajah merah.

Riko tertawa lepas, ia merasa senang kalau sudah membuat muridnya ini tersipu malu seperti itu "Maaf maaf". Anam tampak murung, Riko menduga bahwa Anam memikirkan masalahnya lagi. "Kamu ga apa apa ?" tanya Riko.

"Mereka melakukannya lagi.." ucap Anam dengan nada lemas. Riko tidak membalas curhatannya Anam dia malah memberikan sebuah buku kepada Anam. "Buku apa ini ?" tanyanya.

"Kau sebentar lagi berusia 17 taun, bukan ? cobalah belajar dewasa, jangan terus meratapi nasib yang kau alami saat ini. Kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri, jadi... Cerialah" perkataan Riko benar-benar menyentuh hati Anam. (Prok Prok) Anam memukul pipinya dengan keras dan tersenyum. "Hmm.. Bapak benar." Anam berdiri dan menundukkan kepalanya lagi "Terima kasih atas bimbingannya selama ini!". Riko lagi lagi merasa malu dengan tindakan muridnya.

~

(tektektektek) suara sayuran yang sedang dipotong (Cessss) lalu dimasukkan kepenggorengan untuk dimasak.

"Farhaaaan, tolong bantu kakak untuk menyiapkan sarapan pagii" Teriakan seorang kakak perempuan yang sedang memanggil adiknya yang masih dikamar.

Farhan masih sibuk merapihkan seragamnya "Iyaaa.. bentar kak dinaa, Farhan bentar lagi kesana".

"Kau tidak sedang Onani kan ?" tanya kakaknya. "MANA MUNGKIN" Gertak Farhan.

Farhan pun bergegas untuk membantu kakaknya yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Ia selalu mendengar omelan kakaknya setiap hari bahkan kupingnya sudah mulai kebal dengan omelan kakaknya itu. Farhan selalu menjawab dengan kata iya, iya, iya dan iya.

Farhan mengelap Piring, gelas dan sendok untuk disiapkan diatas meja makan, namun Farhan tidak melihat ibunya, "Ngomong-ngomong ibu kemana, kak ?" ucap Farhan. "Oouh ibu ? Ibu sedang pergi kewarung. Katanya sih mau ada pemadaman listrik, jadi dia mau beli lilin buat persediaan" jawab Dina.

Setelah persiapan sarapan selesai, Ibu merekapun pulang dengan membawa kantung plastik putih. Dina yang melihatnya langsung menghampiri ibunya. "Ibu udah pulang ?, sini biar Dina bantu. Ibu langsung saja duduk dimeja makan".

Ibu menghirup aroma harum dari masakan yang Dina buat, sehingga tidak kuat lagi untuk menahan laparnya, "Anak ibu makin pintar saja masaknya". Dina tersipu malu karena dapat pujian yang begitu memuaskan dari Ibunya.

Selesai sarapan Farhan membantu Kakaknya untuk membersihkan Piring dan yang lainnya. Namun Dina menyuruh Farhan untuk bergegas kesekolah, dia tak ingin adiknya telat dihari pertama sekolahnya.

"Farhan, dengar ya.. Gadis SMA itu sangat menggoda loh, kamu harus pintar dalam memilih." Ucap Dina.

Farhan tampak kesal "Apakah tidak ada motivasi lain untuk semangatku dihari pertama sekolah!!".

Farhan berpamitan kepada Ibu dan Kakakknya.

Sesampai disekolah farhan melihat banyak murid baru yang datang dan itu membuatnya menjadi sangat gugup. "Gua harus kenalan nih?". Farhan melihat kesekeliling banyak sekali orang orang yang sudah mulai berbincang-bincang.

"Lu murid kelas satu, kan ?" ucap seseorang yang tiba-tiba datang dari belakang. Farhan terkejud dengan kehadirannya. Dan Farhan mulai mengatur nafasnya, "Ahahaha maaf maaf, gua bikin lu kaget ya ? kenalin gua Anam, gua murid kelas 2".

"Salam kenal kak, namaku Farhan".

"Gausah formal banget lah, kita cuman beda setaun kan ? santay aja. Yaudah, gua duluan ya." Anam pergi meninggalkan Farhan. "Itu tadi perkenalan pertama gua kan ?" tanya Farhan dalam hati.

Farhan berkeliling sendirian dihalaman sekolah "Halaman sekolah ini luas banget si, duh bisa bisa gua nyasar." Farhan melihat kekiri dan kekanan mereka tampak sudah mulai akrab sama teman yang ada disekitarnya.

Namun disisi lain Farhan melihat ada wanita yang sedang bersandar ditembok dengan wajah pucat. Dia pun langsung menghampirinya dan menanyakan kabar kepada gadis itu "Misi.. lu gapapa ?" Farhan memegang dahi-nya. "Badanlu panas banget".

Gadis itu menggelengkan kepalanya "Gua Gapapa.."

Farhan memperhatikan wajah gaids itu yang pucat "Mau gua anter ke UKS ?"

Gadis itu menatap tajam balik ke Farhan "Sudah gua bilang, gua gapapa. Lu gausah peduliin gua". Gadis itu pergi meninggalkan Farhan.

"Udah tau sakit, tapi malah so-soan kuat" Farhan menggerutu sendiri, gadis itu yang tak sengaja mendengar langsung menghampiri Farhan dan membentaknya. "Apa tadi lu bilang ?, apa lu pikir semua perempuan itu lemah ?".

Farhan bingung kenapa gadis ini tiba-tiba marah "Bu..bukan gitu, habisnya badanlu panas banget, jadi ya gua khawatirlah. Ta..tapi kalo lu gamau gua bantu yaudah."

Badan gadis itu mulai melemas dan dia pingsan, sebelum gadis itu jatuh Farhan berhasil menangkapnya "O..oy.. malah pingsan lagi". Farhan memegang dahi gadis itu lagi "Buset, makin panas aja.."

Farhan menggendong gadis itu dan membawanya ke UKS..

To be Continue...

Permainan Iblis (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang