Chapter 04 [Mengawasi]

15 6 0
                                    



~~

"Anam!!" Wajah Dina tampak sangat pucat, Anam pun mulai memiliki perasaan yang tidak enak "Kak Dina.. ada apa sebenarnya ?". Dina menjelaskan kejadian yang sang ibu lakukan tadi pagi. Anam ikut shock. "Lagi? Permainan tumbal itu masih berjalan ?" ucap Anam.

Dina mengaggukkan kepalanya "Dan ibuku menumbalkan Adikku, makanya aku bergegas kesini. Jadi Anam! dimana kelas Adikku sekarang!".

"Nama Adik kakak siapa ?" tanya Anam. "Farhan." Jawabnya.

"Farhan ? Aku ketemu dia tadi pagi, aku juga tau dia ada dikelas berapa" jelas Anam. Dina meminta untuk menemaninya untuk menemui adiknya. Dipertengahan jalan, Anam berhenti "Ding Dong!" Sekilas Anam mengingat ucapan gadis kecil itu. "Kertasnya sangat dibutuhkan untuk bermain ?" gumam Anam sendiri.

Dina menanyakan kepada Anam, apa yang sebenarnya terjadi. Wajah Anam makin memucat dan perlahan air matanya jatuh. "Kamu kenapa Anam ?" tanya Dina. Anam tidak menjawabnya pikirannya tiba-tiba menjadi kosong.

"Anam? Dina? Kalian sedang apa berdiri disitu?" Riko yang baru sampai disekoah menyambut mereka berdua.

Dina menjelaskan semuanya kepada Riko, ia pun ikut kaget. "Anam!? dimana kelas Farhan ?" tanya Riko. "Sudah telat" ucap Anam.

"Apa maksud kamu Anam ? jangan bilang adikku itu udah masuk dunia lain ?" tanya Dina.

Anam mencoba menjelaskannya kepada Riko dan Dina "Permainan yang akan mereka mainkan adalah Ding Dong. Dan aku yang memulai permainan itu. Ini semua salahku. Aku yang mengkonfirmasi mereka untuk bermain. Ini semua benar-benar salahku. Aku.... aku...."

"Katakan padaku yang lebih jelas" ucap Riko.

Mereka membicarakannya diruang guru yang kosong. Anam juga menjelaskan semua tentang anak kecil itu yang ia temui. Dina masih tidak mengerti permainan seperti apa yang akan dimainkannya. Ding Dong? Baru pertama kali Dina mendengar permainan itu.

Anam mengeluarkan kertas yang berisikan nama anak-anak murid kelas satu. "Permainan itu pasti ada hubungannya dengan kertas ini. Karena dia membutuhkan kertas ini untuk memainkan permainannya".

"Kalo gitu, kalo kita robek permainan ini ga akan dimulai kan ?" ucap Dina.. Riko tidak merekomendasikan cara itu ia memikirkan hal yang terburuk, bagaimana jika orang orang tersebut akan mati jika kertas itu dirobek.

"Aku akan mencari permainan tersebut." Ucap Riko yang langsung membuka Laptopnya. Riko mencari informasi tentang game itu. Dan ia menemukan satu situs khusus tentang permainan Ding Dong.

Riko membacakan artikelnya "Permainan Ding Dong ini.. benar-benar membutuhkan kertas untuk menuliskan nama yang akan dijadikan tumbal Dan mereka akan dibunuh secara acak. Ini bukan seperti permainan, tapi seperti permainan yang memang ditujukan untuk dibunuh. Jika salah satu peserta sudah ada yang mati, nama mereka akan hilang dari daftar itu. Dan tumbal selanjutnya akan diincar."

"Lalu bagaimana cara menghentikannya Kak Riko?" ucap Dina.

"Cih" Riko tidak menemukan cara menghentikan permainan tersebut, disini hanya mengatakan bahwa permainan akan selesai jika semuanya terbunuh.

Riko meminta daftar kertas itu kepada Anam dan meminta untuk mengawasi anak-anak yang ada didaftar kertas itu, Anam dan Dina setuju.

~

Bel pulang sekolah pun sudah berbunyi. Farhan pergi menemui Bebi. "Bebi? Kamu udah baikan ?" tanya Farhan.

Bebi tersenyum "Kan udah gua bilang, gua gapapa.. gua udah dijemput kok"

"Yaudah kalo gitu, gua anter sampe depan gerbang ya?"

Bebi menganggukkan kepalanya. Farhan sedikit terkejut melihat jemputan Bebi yang menggunakan mobil mewah. "Kok kaget gitu ? kenapa ?" tanya Bebi.

"Cuman ga nyangka aja, kalo lu anak orang kaya" ucap Farhan.

"Yang kaya itu orang tua gua, kalo status gua ini sama kaya lu kali. Sama sama beban orang tua" ucap Bebi.

Farhan tersipu malu mendengarnya, "Yaudah, gua duluan ya" Bebi pamit kepada Farhan. Ketika Farhan membalikkan badan lagi lagi dia terkejut melihat Kakaknya yang sedang berdiri didepan sana dengan motornya.

Farhan sedikit kesal "Kenapa harus dijemput segala sih kak!?" ucapnya. Dina mengelus kepala Farhan "Kakak cuman khawatir sama adik kakak yang satu ini."

"Tuh kaan.. lagi lagi diperlakukan seperti anak kecil" ucap Farhan.

"Udah gausah malu malu gitu, ayo naik." Farhan menurutinya. Disepanjang jalan Farhan tidak berbicara apa apa kepada kakaknya. Meski sudah ditanya berkali-kali.

Namun seiring berjalannya waktu Farhan menanyakan sesuatu kepada Kakaknya "Kak? Kita mau kemana ? Gang rumah kita udah kelewat loh" ucap Farhan.

"Kakak akan jelaskan nanti.. untuk saat ini jangan pulang kerumah dulu" jawabnya.

"O..oke." jawab Farhan.

~~

Tempat lain diwaktu yang sama, Anam sedang mengawasi satu murid yang bernama Febby diperpustakaan. Anam sedikit heran kenapa murid kelas satu itu datang keperpustakaan, sedangkan pelajaran belum sama sekali dimulai.

Riko pun sedang mengawasi murid bernama Hiyori, dia sedang berjalan untuk pulang tapi sepertinya dia tersesat. "Seriusan dia tersesat ? dari tadi mondar mandir loh.." Riko yang tidak tahan melihatnya langsung menghampirinya.

Ternyata Hiyori belum lama tinggal di Indonesia, ia asli jepang yang datang ke Indonesia 2 tahun lalu. Riko pun mengantarnya pulang.

~

Dina membawa Farhan kesebuah Kontrakan kecil, "Kakak ? kita ngontrak ?" tanya Farhan. "Hmm.. untuk sementara" Jawab kakaknya.. Kakaknya membukakan pintu dan menyilahkan Farhan untuk masuk..

Farhan tidak melihat sang ibu sama sekali. Pastinya dia menanyakan itu kepada Kakaknya, tapi Dina terlihat gelisah ketika Farhan menanyainya.

Dina membuat secangkir Teh hangat dan menyuruh Farhan untuk duduk. Dina pun menjelaskan apa yang terjadi tadi pagi, mana ada orang normal yang akan percaya akan cerita itu, Farhan pun tidak mempercayainya.

"Perjanjian dengan Iblis itu tidak ada! Berita itu semuanya Hoax Kak !!" Gertak Farhan. "Ibu tidak mungkin mau menumbalkan anaknya sendiri, itu tidak mungkin!!" Lanjutnya.

(Gubrakk) Dina memukul meja dengan keras.

"A...aku hanya tidak ingin kau mengalami hal yang diluar nalar manusia.. Farhan aku mohon, dengarkan permintaan kakak ini.. untuk sementara jangan pulang kerumah."

Farhan menolak untuk menuruti permintaan kakaknya "Aku mau pulang" Ucap Farhan.

"lima tahun yang lalu!! Apa kau tau kenapa Ayah meninggal dunia ?"

Farhan sudah mulai sedikit kesal dengan ucapan kakaknya "Ayah meninggal karena penyakit!! Bukan Iblis !!" Gertak Farhan dengan keras..

Dina menundukkan kepalanya "Ayah kita meninggal karena menyesal sudah menumbalkan kakak pada Permainan Iblis itu.."

"Bo..bohong" ucap Farhan dengan nada lemas.. "Itu bohong kan ?"

Dina memeluk Farhan dengan erat "Kakak ga peduli kamu mau percaya atau tidak.. tapi kakak mohon, turuti apa yang kakak ucapkan. Untuk kali ini aja" Air mata dina mengalir membasahi pipinya..

Farhan pun membalas pelukan kakaknya.. "Maaf.."


To Be Continue...

Permainan Iblis (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang