"Gua rasa, ini udah saatnya untuk melepaskan jabatan gua sebagai ketua Osis. Anam, sisanya terserah lu mau ngapain." Ucap mantan Ketua Osis.
Mereka sedang mengobrol diruang Osis untuk penyerahan jabatan Ketua Osis. "Terima kasih kak." Ucap Anam sambil membungkukkan badannya. Mantan ketua Osis itu menghela nafas dan memukul kepala Anam "Sudah gua bilang, ga usah formal banget."
Anam pergi keruang guru untuk memberitahukan kepada Riko bahwa dia sudah resmi menjadi Ketua Osis.
"Loh?" Anam yang heran melihat ruang guru yang kosong melompong, seingatnya sudah ada beberapa guru yang sudah datang. Anam mengeluarkan ponselnya dan mencoba untuk menghubungi Riko tapi tak ada jawaban.
Dengan tidak sengaja Anam melihat kertas amplop diatas meja Riko. Ia menghampirinya dan mengambil amplop tersebut. Diamplop itu tertuliskan nama Anam. "I..ini untuk gua ?" Anam membuka amplop itu, disitu tertulis beberapa nama siswa baru.
"Nama nama ini.. mereka anak-anak dari taun pertama semua kan ?" ucap Anam.
Anam bingung untuk apa nama-nama anak kelas satu ini ditulis dan disimpan didalam amplop. Dan amplop itu dituliskan nama Anam. "Pak Riko sebenernya lagi ngapain sih, telpon juga ga diangkat."
"Permisii"
Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang datang ke kantor guru. Anam yang melihatnya langsung menghampirinya. "Nona muda. Apa yang kamu lakuin disini ? kamu tersesat?" ucapnya seraya mengelus kepala anak kecil tersebut.
Anak kecil itu perempuan yang tampak sangat tak terurus, rambutnya yang panjang dan kasar, bajunya yang kotor dan dia membawa tas ransel. Dengan pertanyaan yang Anam ucapkan sebelumnya, gadis itu tidak menjawabnya "Ayo Main!" itu yang ia malah ucapkan kepada Anam.
"Main ? dimana orang tuamu?" gadis itu lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan Anam. "Ayo Main!" itu lagi yang diucapkan gadis itu. Anam kebingungan dan berharap ada salah satu guru yang lewat untuk mengurus anak kecil ini.
Gadis itu memegang baju Anam dan menariknya keluar "Ayoo maiiin, ayoo maiin, ayoo maiin" ucapnya. Anam mengikuti apa kemauannya dan gadis itu membawa anak ke toilet. "Toilet?" Ucap Anam dengan bingung "Kamu mau pipis?" tanyanya.
Gadis itu menggelengkan kepalanya, "Ding Dong!" ucap gadis kecil itu dengan wajah imut. Anam menghela nafas "Kalo emang cuman mau main, sebaiknya kita ketaman saja. Atau kau bisa menunggu di tempat penitipan anak, akan kakak bantu untuk mencari orang tuamu." Anam memegang tangan anak kecil itu dan membawanya pergi dari kamar mandi.
Anak kecil itu menolak untuk pergi "Ding Dong, Ding Dong, Ayoo maiin". Anam makin kebingungan sebenarnya apa sih yang dikatakan gadis kecil ini. "Nona Muda, kamar mandi itu bukan tempat untuk bermain."
Sekilas wajah anak kecil itu berubah menjadi sedikit marah "Aku ingin main Ding Dong" ucapnya dengan nada kecil. "Ding Dong? Ini sekolahan, kalo mau main Ding Dong tidak ada disini. Gini aja bagaimana kalo sepulang sekolah kakak ajak kamu main Ding Dong. Gimana ?".
Anak kecil itu menggelengkan kepalanya lagi. "Aku mau main disini." Gadis itu menatap Anam dengan sedikit muram "Ayoo.. katakan kalo kakak ingin bermain Ding Dong bersamaku disini".
Anam mengiyakannya dengan menganggukkan kepala "Jadi, mainnya kaya gimana?". Gadis itu meminta sebuah kertas yang sedang Anam pegang. Kertas yang dipegang Anam adalah kertas yang ada diamplop tadi. "Untuk apa ?" Tanyanya.
"Aku membutuhkannya" Ucap gadis itu.
"Kalau begitu, kakak akan mengambil kertas baru, kamu tunggu sini ya"
"Tidak.." Gadis itu menolak dan terus meminta kertas yang sedang dipegang Anam. "Aku ingin itu.. aku ingin itu... berikan padaku.. kakak ingin bermain kan ?"
"Oke.. oke.. tapi nanti balikin ya ? Soalnya kakak belum tau itu kertas penting atau bukan" ucap Anam. ia memberikan kertas itu kepada gadis kecil itu dan ia tersenyum.
"Okee.. mari kita mulai permainannyaa.. DING DONG!" gadis itu mengembalikkan kertasnya kepada Anam. "Eh? U..udah selesai ?". Gadis itu menganggukkan kepalanya "Terima kasih kakak!" ia pun pergi meninggalkan Anam.
"Gadis itu.. kenapa ya ?".
~~~
Farhan akhirnya menemukan kelasnya, disaat dia masuk kelas keributanpun terjadi disana.
"Pokoknya gamau tau, lu harus ganti rugi!!" Ada seorang gadis yang sedang berdebat, yang satu terlihat galak yang satunya lagi terlihat lugu dan menundukkan kepalanya dengan meminta maaf berkali-kali.
Kenapa ini harus terjadi dihari pertama itu yang dipikirkan Farhan, padahal baru saja masuk beberapa centi, tapi sudah melihat pemandangan seperti itu. Farhan bergegas duduk ditempat duduknya.
"Hei, salam kenal. Nama gua Darus." Ucap teman sebangku Farhan, ia membalasnya dengan ucapan yang sama. Mereka berjabatan tangan.
"Lu kaget ya ? masuk masuk udah denger cewe bacot" Darus mencoba basa basi dengan farhan. "Yaa.. mau gimana lagi" jawabnya.
Farhan berharap ada yang memberhentikan cewe berisik itu, karena jika dilihat lihat sepertinya gadis lugu itu tidak bersalah.
"Lu udah nabrak gua dan liat.. cermin kesukaan gua pecah gara gara lu" ucap Gadis galak itu. Jawaban gadis lugu itu hanya kata maaf yang ia sebut berulang ulang.
"Udah dong udah.." Akhirnya ada yang mau sukarelawan untuk menghentikan perdebatan mereka. "Oy Steffi, ini cuman masalah kaca doang kan ? kenapa harus ribet gini sih, lagian kan dia ga sengaja.."
"Ardhi.. jangan ikut campur ini masalah perempuan" Bentak Gadis galak itu atau Steffi..
Ardhi mengeluarkan uang dan memberikannya kepada Steffi "Ini, uang ganti ruginya". Gadis lugu itu menolaknya "Tidak perlu, aku akan menggantinya besok, jadi kumohon jangan merepotkan diri hanya untuk orang sepertiku".
"udah gapapa, lagian Steffi dan aku sudah berteman sejak kecil, jadi tenang." Jelas Ardhi.
Gadis lugu itu memohon kepada Ardhi untuk tidak membantunya. "Cih.. gadis munafik" ucap Steffi.
"Oke oke.." Ardhi mengurungkan dirinya untuk membantu gadis itu. "Tapi dengan satu alasan, beritahu aku siapa namamu" ucap Ardhi.
"Desi" jawab gadis lugu itu.
"Oke Desi, kalo besok masih gabisa ganti, gua yang akan gantiin. Jadi gausah nolak kalo besok lu ingkar janji. Ok ?" Ucap Ardhi.
Desi menganggukkan kepalanya "Aku janji". Steffi pergi meninggalkan mereka berdua tanpa pamit dan mereka semua duduk ditempat duduknya masing masing.
Farhan sedikit lega karena masalahnya sudah selesai.
~~
Dina sampai disekolahan, ia memarkirkan motornya dan bergegas mencari Farhan dengan berlari kesekeliling sekolah. Rasa cemas Dina benar-benar tidak bisa hilang sampai-sampai ia tertabrak dengan Anam ketika berlari dilorong sekolah.
Anam kaget melihat Dina yang datang kesekolahnya "Kak Dina ? Kok kakak ada disini?" ucap Anam.
"Aku jelaskan nanti, apa kau tau dimana kelas adikku?" tanya Dina.
"Oalah, Adik kak Dina sekolah disini juga ? siapa namanya ?" Tanya Anam.
"Anam!!" Wajah Dina tampak sangat pucat, Anam pun mulai memiliki perasaan yang tidak enak "Kak Dina.. ada apa sebenarnya ?". Dina menjelaskan kejadian yang sang ibu lakukan tadi pagi. Anam ikut shock. "Lagi? Permainan tumbal itu masih berjalan ?" ucap Anam.
To Be Continue...
![](https://img.wattpad.com/cover/254505076-288-k147701.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Iblis (Selesai)
Mystery / ThrillerPermainan Iblis yang viral didunia sosial, membuat para orang tua berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang menarik. Mereka menumbalkan anak anak mereka hanya untuk keinginannya dikabulkan. Kini kejadian itu menimpa siswa (FARHAN) yang baru saja masuk...