chapter 6 :
friendship vacancy
"GUE turut berdukacita soal nyokap lo ya, Sa." Salah satu kenalan Ariksa dari D'Quiveriouz —club memanahnya, menepuk bahunya pelan. "Tapi, gue seneng lo udah memanah lagi." Senyuman tulus terpatri di kedua bibirnya.
Sesuai dengan rencana Ariksa, gadis itu hari ini memanah bersama dengan kawan-kawannya di D'Quiveriouz. Setelah hampir empat jam lebih latihan, gadis itu memutuskan pulang. Hanya tersisa ia dan satu rekannya ini yang menunggu di dekat halte Transjakarta, semua sudah dijemput keluarga, ojek online, ataupun kekasihya.
Ariksa mengangguk, "I'm totally fine."
Rekannya terkekeh, "Ariksa si Arjuna versi cewek mana bisa jauh dari panah?"
Mendengar celetukan rekannya itu Ariksa terdiam sejenak, Arjuna versi cewek?
Anjir. Anjir. Anjir.
Ariksa baru menyadari, semenjak mengenal Arjuna beberapa hari yang lalu kini membuat perasaan yang tak dapat dijelaskan muncul dari dirinya saat ia dijuluki "Arjuna Versi Cewek".
Perasaan malu, geli, aneh, cemas, dan emosi-emosi lain yang tidak bernama.
Dih, kok gini sih?
Ariksa suka memanah. Semenjak SMP sudah menggelutinya. Memanah membuatnya fokus pada satu target, tak memikirkan hal lain, konsentrasi, memberi penuh atensi, dan tentu saja membunuh sepi semenjak perceraian kedua orang tuanya yang membuat papa pergi dan mama menjadi workaholic yang —ah sudahlah!
Ariksa piawai. Panahnya selalu melesat, merobek udara, dan mengenai tepat sasaran. Rekan-rekannya mengakui kemahiran Ariksa yang sudah setara dengan atlet. Hal inilah yang membuatnya mendapat julukan Arjuna versi perempuan. Tokoh mitologi India yang terkenal di kisah Mahabarata, suami Drupadi, si tampan yang jago memanah.
Ariksa dulu sedikit congkak jika dijuluki sebagai "Arjuna Versi Perempuan", bukankah itu bukti bahwa keahliannya diakui? Tapi kali ini berbeda, setelah berkenalan dengan si tukang pamer gigi yang sialnya bernama Arjuna juga, ia jadi merasa aneh, kepikiran Arjuna. Ariksa jadi hanya merespon dengan senyuman paksa.
"By the way, gue duluan ya. Pacar gue udah jemput," kata rekannya menunjuk mobil yang berhenti di seberang jalan. "See you later, Sa!"
Ariksa membalas lambaian rekannya. Beberapa sekon setelahnya ia meraih gawainya hendak me-cancel ojek online-nya yang terlalu lama—ia tak suka menunggu. Tapi dahinya mengerut saat mendapat notifikasi pesan WhatsApp dari nomer yang tak dikenal. Detik itu pula ia membuka pesannya.
Please, jangan Om Danu!
+62 812....
ariksa gue arjuna
adiknya mbak jisha
KAMU SEDANG MEMBACA
Standing Aloof | Junkyu Treasure
Fiction générale❝ You can in a hug crowd, but if you don't feel like you can trust or talk to anybody. You feel like you are really alone. ❞ Bagi Allegra Lariksa, kehidupan hanyalah kekecewaan berbalut harapan. Dunia indah dengan kasih sayang hanya sebuah angan. Fa...