1.03 // shy shy shy

75 19 7
                                    

chapter 3 :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

chapter 3 :

shy shy shy



ARIKSA buru-buru menuju kamar mandi dan mengecek apa kebenaran ucapan cowok tadi. Ck, ternyata bercak lebar kemerahan sudah tercetak di short pants miliknya. Duh, bisa-bisanya Ariksa tidak sadar.

Memang sih menstruasi adalah hal wajar bagi seorang gadis, Ariksa tahu. Tapi tetap saja rasanya aneh jika ada seorang cowok yang mengetahui ia sedang menstruasi.

Sial. Sial. Sial. Saus tartar!

Ariksa ingat jika ia tak mempunyai satu pun pembalut di apartemen ini. Oh tidak, apakah ia harus membeli dulu dan keluar dengan keadaan seperti ini? Apa beli online saja? Ugh, Bukan pilihan baik. Terlalu lama, ia juga masih harus turun ke bawah dan mengambil kiriman.

"Punten, kalo udah selesai. Tolong chat mbak gue ya?" teriak cowok itu dari ambang pintu apartemen.

Ariksa menghela napas, kenapa sih harus teriak-teriak. Gak tau orang sedang kesusahan.

Cowok tadi teriak-teriak di apartemennya?

Wait, gue dapet ide.

Untung Ariksa belum lepas baju tapi bercak merahnya sudah ia tutupi dengan handuk. Ia pun keluar kamar mandi dan menghampiri cowok tadi yang kini sedang berdiri bersandar pada dinding sembari menggembungkan kedua pipinya, dih, kayak anak TK.

Cowok itu menaikan satu alisnya saat Ariksa mendekatinya.

"Bantuin gue," tukas Ariksa tiba-tiba.

"Bantuin apa?"

Hening sesaat.

Cowok itu menaikan satu alisnya lagi, menunggu perkataan Ariksa.

"Beliin ... gue pembalut," ucap Ariksa ragu-ragu, tak terdengar nada ketus dan percaya diri yang kerap ia suarakan.

Beberapa saat cowok itu tercengang. Ariksa menebak jika cowok ini akan menolak permintaannya, ia pernah mendengar salah satu cowok di sekolahnya dulu paling malu jika disuruh beli pembalut oleh kakak atau ibunya. Mungkin cowok di depannya ini juga termasuk dalam tipe seperti temannya ini.

Tapi Ariksa harus mematahkan kesimpulan ngasal miliknya. Surprisingly, cowok itu mengangguk. Menyetujui. "Beli dimana?"

"Minimarket depan aja."

"Merek apa? Yang sayap atau biasa?"

Wah, pengetahuannya tentang cewek banyak juga. "Yang sayap, mereknya terserah."

Cowok itu mengangguk lagi, "Oke, tapi berhubung gue kekunci, gue gak punya duit. Ah, lo paham pastinya," katanya canggung lagi.

Ariksa pun segera ke kamar mengambil selembar lima puluh ribuan dan segera memberikannya pada cowok itu. Saat cowok itu menerima uangnya Ariksa berkata, "Thanks —"

Standing Aloof | Junkyu TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang