Berita itu terus menyebar bagai api yang melahap hutan dengan kobarannya. Menyisakan rasa sesak yang tak kunjung reda. Bisikkan tak layak makin memekakkan telinga. Yatim piatu, adopsi, dibesarkan menjadi seorang pemabuk, hingga saat ibunya tirinya menemui ajal ia mendapati kalah dengan pemainnya– ia terbangun dan menyadari bahwa itu semua hanyalah mimpi yang tak kunjung sirna dari benaknya.
"Kau akan memiliki flatmate."
Amber datang mengunjungi flat Sicheng, well, sebenarnya ini flat miliknya hanya saja sedang ia sewakan pada Sicheng. Mengeluarkan asap rokok yang ia hembuskan pelan-pelan.
"Benarkah?" Mata yang dulu terlihat cerah namun kini sarat akan sorot lemah menatap lawan bicaranya untuk bicara lebih lanjut. Mendekatkan asbak lebih dekat pada wanita pemilik flat itu.
"Ya. Mungkin dia akan datang dua atau tiga hari lagi. Aku sudah bicara dengannya, dan dia menyetujui semua peraturan yang ada, bahkan dia membayar penuh untuk satu bulan kedepan."
"Wow." Hanya itu yang bisa ia keluarkan sekarang. Pasalnya memang Sicheng sendiri yang meminta Amber mencarikan flatmate dikarenakan flat milik kelewat luas untuk satu orang, dan harga flat yang lumayan tinggi untuknya namun karena ia sudah cukup nyaman di tempat itu ia mencoba membuat penawaran pada pemiliknya mengenai flatmate. Tidak disangka Amber menyetujui bahkan ia mencoba untuk mencarikan seseorang yang berminat, berhubung Sicheng adalah orang yang sangat tertutup jadi bisa diasumsikan bahwa ia tidak memiliki banyak teman. untuk dijadikan flatmate. Namun bukan berarti ia terbuka untuk berbagi ruang pada orang yang belum dia kenal.
"Bagaimana bisa?"
"Dia pelanggan tokoku. Sekitar seminggu yang lalu ia mendatangi tempatku untuk mengganti piercing dan memintaku menggambar tato. Saat itu juga mulutku kelewat lancar untuk berkata mengenai flat ini, dan dia tertarik karena kebetulan ia sedang mencari tempat sewa daerah sini juga, agar lebih mudah berjalan ke kantornya."
"Kau tahu pekerjaannya?"
Amber mengangkat bahu, "Sesuatu tentang menggambar— desain grafis?"
Sicheng mengangguk singkat, mengambil korek milik Amber dan mulai menghisap rokoknya. Ada perasaan mengganjal perihal ini. Tapi jika ia mengatakan pada Amber yang ada ia justru terlihat mempermainkan wanita yang telah membantunya sampai titik ini.
"Kurasa dia orang baik." Seperti membaca pikirannya, Amber berkata disela sela kegiatannya menghisap rokok.
"Well, secara penampilan, mungkin dia sama denganku. Tapi aku tidak tanda-tanda mencurigakan dalam dirinya."
"Seperti?"
"Obat-obatan, kegiatan kriminal, penyiksaan, dan lain lain. Aku memang belum lama mengenalnya tapi dia pernah bercerita bahwa dulu ia adalah asisten dosen dari salah satu universitas dan memutuskan berhenti karena ia merasa tidak cocok dengan pekerjaannya kemudian mendapatkan kontrak di salah satu kantor swasta. Dan kau tahu sendiri menjadi seorang yang bekerja dalam bidang pendidikan tidak luput dari berbagai macam persyaratan yang rumit."
"Bisa saja ia berbohong padamu? Maksudku, hal seperti sangat sering terjadi, Amber."
"Kebetulan dosen yang dia maksud adalah mantan dosenku dulu. Dan aku tidak menemukan adanya kebohongan dalam tiap ucapannya." Amber menyunggingkan senyum tipis, sebuah isyarat yang bagi Sicheng adalah permulaan dari skakmat, dan ya, itu memang sebuah skak mat*.
Sicheng menghembuskan nafas sedikit berat, menatap Amber dalam diam tanpa ekspresi yang terlihat jelas.
"Bahkan dalam kehidupan nyata pun kau bicara tepat seperti saat kau bermain catur. Gelar Grandmaster** memang masih hinggap di dirimu, ya?"
"Aku bukan Grandmaster, dan takkan pernah menjadi grandmaster, Amber.""Well, kau hanya perlu memulainya kembali."
Sicheng menatap jendela, Amber dan keusilannya dalam mengulik masa lalunya memang tidak pernah berubah.Wanita berambut pendek itu berdiri, mengakhiri sesi bertamu dengannya, "Kembali lagi ini adalah urusanmu. Kau yang memutuskan. Aku hanya menawarkan."
Sicheng menyerah, dan saat ia hendak mengantarkan Amber keluar, ia berkata, "Setelah kau pulang, berikan kontak dia. Oh ya, aku belum menanyakan namanya."
Wanita itu membelalakkan matanya sumringah, terkejut dengan hasil akhir Sicheng, "Benarkah? Baiklah— ah benar juga ya. Namanya Yuta. Sepertinya umur kalian tak jauh beda, dan dia lumayan."Sicheng menaikkan alisnya, "lumayan apa?"
"Tampan. Ahahaha."
Sicheng menunjukkan raut datarnya pada Amber dan menutup pintunya sambil berkata, "Bye, Amber."
*Skakmat/Checkmate: Menyerang raja lawan tanpa jalan keluar dari skak (Gerakan langsung menyerang atau mengancam untuk menangkap raja lawan.)
**Grandmaster: Gelar tertinggi yang diberikan pada seorang pemain catur.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The King Blunders | Yuwin [End]
FanfictionTentang Win Winnington-Sicheng, atlet muda cabang permainan catur yang tengah bersembunyi dalam bayang-bayang masa lalu, dan berbagi flat bersama Yuta, seorang ilustrator dari perusahaan swasta.