02.

234 51 9
                                    

"Hai, aku Yuta."

Sicheng menerima jabatan tangan Yuta sembari memperkenalkan dirinya. Melihat sekilas penampilan Yuta. Sangat Amber sekali, pikir Sicheng dalam sekali tangkap. Hanya saja Yuta kelihatannya lebih hati-hati saat berbicara, atau ini hanya berupa permulaan, entahlah, Sicheng masih harus banyak mempelajari mengenai calon flatmatenya ini.

"Ada yang salah dengan wajahku?"

"Ah tidak, aku hanya— ehm, mau pesan dahulu?"

"Ah, ya. Permisi."

Seorang pelayan kafe mendatangi mereka berdua dan mencatat pesanannya. Selesai mencocokan pesanan pelayan itu bergegas untuk menyampaikan pesanan, meninggalkan mereka dalam kecanggungan.

"Jadi, ehm, kau bersedia menjadi flatmateku?"

Yuta mengangguk pelan sebelum menjawab pertanyaan Sicheng, "tentu saja. Amber sudah memberitahumu bahwa aku telah membayar lunas, kan?"

"Maksudku, kita belum saling mengenal satu sama lain. Bukan mengenal seperti kita akan menjalin hubunga— ah maksudku, untuk tinggal bersama, bukan tinggal bersama layaknya pasangan juga si—"

Yuta terkekeh geli saat Sicheng melontarkan alasannya. Matanya melengkung manis dan diikuti giginya yang berjejer sempurna sambil menatap Sicheng, membuat laki-laki bermata phoenix itu mematung sesaat melihat keindahaan yang tidak ia duga.

"Santai saja. Kau bicara seolah sedang menjadi kandidat wawancara di suatu perusahaan besar."

Dalam hati Sicheng mengutuk Amber yang membuatnya meneliti visual Yuta dan sedikit mengaguminya, sedikit.

"Tidak masalah, bagiku. Aku mendapatkan kantor yang lumayan jauh dari tempat asalku, jadi mau tidak mau harus menyesuaikan dengan keadaan, dan karena aku bukan tipe yang suka mengendarai jarak jauh jadi kuputuskan untuk mencari flat terdekat dengan harga terjangkau. Untuk masalah dengan siapa aku akan tinggal sepertinya aku akan mencoba menyesuaikan. Aku bukan tipe yang memiliki banyak kriteria, kok."

Sicheng mengangguk pelan. Yuta sepertinya memiliki tipe santai dan tidak terlalu mengurusi kehidupan orang lain. Akan sangat mudah untuk diajak bekerja sama. Kemudian satu deheman lolos dari mulutnya sebelum akhirnya ia melanjutkan, "jadi, kapan kau akan mulai pindah ke flat?"

"Mungkin lusa. Masih ada beberapa barang yang belum kukemasi. Nanti setelah selesai akan aku kabari lagi."

"Baiklah."

Mereka kemudian bicara sedikit tentang diri masing-masing. Tentang Yuta yang merupakan ilustrator di kantor penerbitan, dan Sicheng yang merupakan mahasiswa tingkat akhir jurusan sastra mandarin.

Tentu saja Sicheng berbohong.

Sicheng tidak pernah masuk jurusan sastra, apalagi mandarin. Ia memang memiliki darah China, dan dibesarkan dengan budaya nenek moyangnya. Itulah sebabnya ia bisa menguasai bahasanya, dan sering dijadikan alibi untuk statusnya saat ini, untuk menutupi identitas aslinya.

Saat matahari mulai tergelincir ke arah barat mereka memutuskan untuk mengakhiri pertemuan hari ini. Keduanya saling berjabat tangan sebelum Yuta membuka mulutnya, "senang berkenalan denganmu. Kupikir kita akan bisa menyesuaikan satu sama lain."

Sicheng tersenyum menyetujui ucapan pria 25 tahun itu. Kemudian mereka berpamitan, ketika Yuta tengah mengeluarkan kunci motornya ia tiba-tiba memanggil Sicheng yang sedang membuka pintu mobilnya.

"Sicheng!"

Seperti tersengat listrik, entah kenapa efek yang Yuta berikan ketika memanggil namanya begitu kuat dan hebat. Sicheng merasa sangat salah dengan ini semua.

"Y-ya?"

Yuta menghampirinya lagi, entah kenapa Yuta di tempat terbuka dengan sinar senja yang berkilauan di kulitnya sukses membuat Sicheng malfungsi sejenak.

"Ini hanya pertanyaan bodoh, sih. Tapi boleh kutahu flat kita menghadap timur atau barat?"

"Uh– barat? Aku pernah melihat matahari terbenam dari jendelaku."

Yuta mengangguk puas sebelum akhirnya bertanya lagi, "dan untuk jendela, apa kamarku memilikinya juga?"

"Semua kamar memiliki jendela, Yuta."

Senyum Yuta makin lebar.

"Sempurna. Baiklah, hanya itu saja. Sampai ketemu lagi, Sicheng. Selamat istirahat."

When The King Blunders | Yuwin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang