Sore hari Sicheng seperti biasa ia isi dengan membersihkan flatnya yang makin hari makin banyak perkakas menumpuk sambil menunggu kepulangan Yuta. Ia membersihkan sela-sela tiap penjuru ruangan hingga bersih. Kini dirinya tengah berada dalam kamar Yuta untuk membersihkan kamat flatmatenya. Pemuda 23 tahun itu dengan hati-hati merapikan kamar Yuta yang kini hampir berisi peralatan menggambarnya, entah manual atau digital. Ia sudah tak lagi heran apabila menemukan pentab di dalam gulungan kanvas atau mungkin sebuah kuas yang ujungnya sudah terlanjur menempel pada salah satu ipadnya. Sama halnya pria lain, Yuta memang tergolong tak acuh dengan keadaan sekitarnya, membuat Sicheng terkadang harus memberi ceramah pada laki-laki yang lebih tua itu.
Tangannya mencoba merapikan beberapa kuas saat netra phoenixnya menemukan sebuah ipad Yuta yang seharusnya ia bawa ke kantor. Sicheng terdiam beberapa saat melihat benda itu karena jarang sekali Yuta meninggalkan benda pentingnya, apalagi ini berurusan dengan pekerjaannya. Ia mencoba untuk meletakan ipad itu di nakas saat layarnya tiba-tiba aktif dan menunjukkan pesan dari seseorang bernama August Wang.
Sicheng membeku melihat notifikasi itu. Dirinya mencoba memproses keadaan yang tengah terjadi sekarang. Ia yakin dengan benar bahwa nama August Wang di dunia ini mungkin tak hanya berupa satu orang saja, namun ia dengan yakin pula merasakan bahwa August Wang yang baru saja memberi pesan pada Yuta adalah orang yang sama yang ia tonjok saat acara kencannya dengan Yuta. Tangannya menggantung kaku antara ingin membuka pesan itu atau membiarkannya begitu saja. Namun rasa penasarannya mengalahkan segala aturan etika yang ada dan detik berikutnya ia telah berhasil membuka kata sandi ipad Yuta kemudian membaca semua pesannya.
August Wang
Ingat semua perjanjian kita, Yuta. kau tak bisa mundur lagi.
August Wang
Cobalah untuk mengenang masa-masa jaya dia, tunjukkan foto ketika dia memenangkan beberapa kejuaraan.
August Wang
Kau bisa mulai memberinya hadiah, sebuah papan catur misalnya.
August Wang
Turnamen sebentar lagi, kau harus bertindak cepat, Yuta. Kau tahu kami semua mengandalkanmu.
Tidak ada satupun pesan dari August yang Yuta jawab, namun semuanya telah dibaca olehnya, dan sepertinya memang dilakukan oleh Yuta mengingat lelaki itu benar-benar melakukan yang August perintahkan dalam pesannya. Detik kemudian Sicheng rasanya seperti dihantam oleh sesuatu yang sangat berat, membuat kepalanya pening dan telinganya serasa berdengung keras. Selama ini ia telah dipermainkan oleh seorang Yuta, orang asing yang diam-diam menyelinap dalam kehidupannya dan secara apik bermain-main dengan hatinya dengan suatu tujuan khusus yang bahkan jauh dari ekspektasi Sicheng.
"Sicheng, aku pula—"
Seperti adegan dalam drama picisan, Yuta datang dengan raut senang yang berangsur-angsur menjadi terkejut ketika melihat pemandangan di depannya. Sicheng yang kemudian menatap nanar Yuta berusaha untuk membuka mulutnya, "Well done, Yuta. kau benar-benar memainkan peranmu dengan baik."
"Sicheng, tunggu. Kumohon dengarkan penjelasan aku dulu.""Oh, kau pikir aku bodoh dengan tidak bisa mencerna semua pesan ini dengan baik?"
"Sicheng—"
"Kupikir kau tidak seperti bajingan lain di luar sana. Ternyata kau justru lebih hina dari mereka!"
"Siche—"
"Disaat aku mencoba mempercayai semua ucapanmu, ini balasan yang kau berikan? Kau benar-benar pria terbrengsek, Yuta!"
Sicheng berusaha menahan semua tangisnya di depan Yuta, berusaha seolah-olah kuat dengan keadaan ini. Namun alih-alih menahan, bendungan itu terus memaksa keluar dan kini membasahi pipinya dengan deras.
"Aku—benar-benar minta maaf. Tidak seharusnya aku melakukan semua ini."
Yuta mencoba mengatakan kalimat demi kalimat dengan hati-hati. Wajahnya tak berani ia tunjukkan pada Sicheng yang telah menatapnya dengan nanar. Sebenarnya Sicheng masih berharap ini semua hanyalah sebuah candaan buruk dari Yuta atau semacamnya, namun mendengar kalimat yang baru saja Yuta katakan membuat perasaannya semakin hancur berkeping-keping.
"Tapi satu hal yang harus kau tahu. Kami— aku, aku melakukannya karena ingin melihatmu kembali lagi seperti dulu. Tidak ada pengasingan, tidak ada lagi ketakutan. Kau yang bersemangat memenangkan tiap pertandingan, kau yang bebas kembali bermain dengan orang-orang sekitar, dan yang terpenting, kau yang tak lagi dihantui oleh masa lalu yang kelam. Aku ingin— aku sangat ingin melihat itu semua dalam dirimu, Sicheng. Aku ingin kau bahagia dengan duniamu."
Sicheng masih tidak bergeming, wajahnya ia alihkan ke jendela yang memperlihatkan matahari senja berpamitan pulang pada awan-awan.
"Pergilah." kata Sicheng dengan setengah gemetar.
"Pergi dan jangan pernah kembali lagi ke duniaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
When The King Blunders | Yuwin [End]
FanfictionTentang Win Winnington-Sicheng, atlet muda cabang permainan catur yang tengah bersembunyi dalam bayang-bayang masa lalu, dan berbagi flat bersama Yuta, seorang ilustrator dari perusahaan swasta.