Apa yang kamu rasakan ketika mendengar kabar kematian kekasihmu? Dan jawabanmu adalah apa yang dirasakan oleh Alexia Andromeda sekarang. Kaget, bingung, cemas, panik dan mati rasa seketika itu juga. Semua bercampur menjadi satu larutan yang menciptakan asap tebal, menyesakkan dadanya.
Bayangkan saja, saat ia sedang nyenyak-nyenyaknya tertidur tiba-tiba ponselnya berdering. Setengah sadar ia mengangkat telepon itu dan setengah mati itu juga Alexia berusaha bangun dari mimpinya. Dan ternyata itu bukan mimpi. Bolehkah ia menangis sekarang juga? Sepertinya ia akan menahannya sebentar. Hoax beredar dimana saja dan Alexia tidak akan semudah itu untuk percaya. Dia cukup pintar untuk menanggapi berita.
Eh, tunggu! 23 September? Damn! Ini hari ulangtahun nya untuk yang ke-17. Semua rasa sesak itu tiba-tiba hilang. Senyum simpulnya terbit di wajahnya yang nyaris sempurna bak Dewi Yunani.
"Kira-kira suprise apa yang Orion kasih kali ini? Pasti romantis banget, sampe ngeprank segala," Ujar gadis itu sembari kegirangan.
Pagi hari ini ia awali dengan khayalan-khayalan indah kencannya nanti malam bersama sang kekasih. Di atas rooftop, di restoran mewah dan sepertinya di pinggir pantai lah tempat yang paling romantis menurutnya. Menikmati makan malam sembari menatap sang purnama, menyaksikan konser jutaan bintang, suara deburan ombak yang gagah menjadi musikalisasi yang indah, pasir-pasir pantai, sumilirnya angin yang menerbangkan rambut panjangnya kemudian Orion akan memberinya liontin mars yang sudah ia idamkan sejak satu tahun lalu. Ah, sial! Khayalan Alexia kali ini benar-benar membuatnya gila.
Ia membanting ponselnya ke sembarang arah, nampaknya terjatuh di sofa, untung saja! Gadis itu melangkah ke kamar mandi sembari bersenandung. Tak butuh waktu lama ia keluar dengan balutan dress warna hitam yang nampak pas di tubuhnya. Mengoleskan sedikit liptint dan mengikat rambutnya sebagian lalu menyambar tas slempangnya, tak ketinggalan ponsel kesayangannya.
"Ale mau kemana? Tumben udah rapi?" Tanya wanita paruh baya yang sedang sibuk memotong sayuran.
"Ke rumah Orion bun," Saut gadis berbaju hitam itu.
"Astaga, Ale! Ini masih pagi banget, pakaian kamu kayak gitu lagi." Alexia menatap dirinya ke bawah. Dres hitam selutut dipadukan dengan sepatu flat berwarna tantan, tidak buruk menurutnya.
"Bunda kayak nggak pernah muda aja! Ale pamit ke Orion dulu mumpung masi pagi mau buatin sarapan buat bapak dari anak-anak Ale nanti, biar nggak kurang gizi," Ujar Alexia sembari terkikik geli.
"Paling numpang sarapan, lebihnya nempel-nempel ke Orion kek ulet keket," Sergah sang ibu
"Bunda mau masak loh, Le. Kamu ngga kasian sama bunda?" Lanjutnya.
Gadis itu menatap meja dapur yang sedikit berantakan. Ada beberapa potong ayam di sana, satu ikat kangkung dan satu paket sop. Ale menghembuskan nafasnya berat. "Ya gimana, bun. Ale aja sebenernya ngga ada rencana mau ke Orion, tiba-tiba pengen aja latihan jadi istri yang baik."
"Gayaan jadi istri yang baik, masang gas aja nggak bisa. Udah lah mending kamu rajin olahraga aja biar bisa angkat galon," Celoteh wanita itu dengan nada meledek
"Dah la bunda membuatku pesimis, Ale permisi dulu. Btw, Orion kaya kalo bunda lupa. Jadi, kompor pake listrik. Kalo soal galon kan ada kang kebun." Ale segera melangkah pergi dari dapur, tak ada habisnya jika ia terus meladeni bunda nya yang super pintar berdebat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEXIA
Teen FictionHATI-HATI❗ CERITA INI MUNGKIN SAJA AKAN MENYAKITIMU, SIAPKAN OKSIGEN LEBIH DAN PERKUAT HATIMU SEKALI LAGI. TIDAK UNTUK DITULIS ULANG OLEH TANGAN-TANGAN NAKAL❗ Sebuah kisah sederhana di luar logika ini kupersembahkan untuk jiwa-jiwa yang haus akan ak...