Hallo selamat pagi,siang,sore,malam para reader ku 🥳💜
Selamat menikmati semoga suka ya kalian.
Setelah menerima telepon dari Fajri, Gilang menyusul masuk ke ruang rawat inap milik Shandy.
"Gimana keadaannya Bund?" Tanya Gilang setelah masuk kedalam dan berdiri di sebelah bundanya yang sedang mengelus tangan Shandy
"Kata dokter tifusnya gak terlalu parah, mungkin kurang lebih seminggu dia di rawat"
Gilang hanya mengangguk, dia berjalan ke arah adik perempuannya yang sudah tertidur di sofa dan kepala yang diletakan di paha Farhan.
"Geser bang, ngantuk pengen tidur" ucap Gilang
"Susah, Lang. Kalo Salma bangun gimana?" Pasalnya jika bergerak sedikit saja Salma pasti akan bangun dari tidurnya.
Gilang menghela nafas dan akhirnya dia mengalah untuk tidur di atas karpet bulu yang ada di sana.
Ceklek
Pintu terbuka, semua orang kompak menengok ke arah pintu kecuali Shandy dan Salma. Zweitson baru saja kembali setelah memberi kabar pada Angga-ayahnya bahwa Shandy ada di RS.
"Bund, ayah lagi di jalan katanya mau kesini" jelas Zweitson
"Loh kan ayah di Bandung Son?"
"Iya, tadi Soni ngabarin kalo Abang di RS. Trus ayah bilang, ayah juga udah di jalan mau pulang jadi sekalian aja langsung kesini katanya sih udah Deket juga"
Bunda Nisa hanya mengangguk mendengar ucapan dari Zweitson. "Kamu istirahat aja dulu udah malem juga"
"Soni mau pulang aja Bund kalo ayah udah dateng. Soni besok sekolah ada ujian takut telat"
Lagi lagi bunda Nisa hanya mengangguk mendengar ucapan anaknya itu. Zweitson berjalan mendekati Gilang, dia ikut merebahkan dirinya sebentar sampai Ayah Angga datang.
•••
"Duh laper" keluh Fiki
Dia dari tadi tidak makan, melupakan makan lebih tepatnya. Kini dia sedang rebahan di sofa depan tv bersama Fajri, karna dua kakaknya yang lain sudah ke kamar masing-masing untuk tidur.
Tadinya mereka juga akan tidur, namun mata mereka terasa sangat sulit untuk di tutup dan pada akhirnya mereka diem di depan tv.
"Ji" panggil Fiki pada saudaranya yang sudah kelihatan mengantuk
"Hemm" jawab Fajri dengan mata sudah tertutup
"Gue laper, Ji. Buat makanan yu"
"Gue ngantuk, Fik. Buat sendiri aja lah di kulkas juga ada mi instan, Lo tinggal rebus"
Fiki mengendus kesal dengan jawaban saudaranya. Fiki bangkit dari duduk meninggalkan Fajri yang mungkin sudah tertidur di sofa.
Fiki membuka kulkas, dia mengambil mi instan dan satu butir telur. Lalu mengambil panci untuk memasak mi itu.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya mi yang Fiki masak sudah jadi, Fiki menaruh mi-nya mangkuk dengan telur di atasnya itu sudah kelihatan sangat enak. Karena sudah terlalu lapar, bahkan Fiki melupakan pesan dari bundanya bahwa dirinya dilarang makan mi untuk beberapa waktu kedepan. Itu karena waktu beberapa hari terakhir ini magh Fiki sering kambuh jadi dia dilarang untuk makan mi.
Setelah kenyang dengan mi itu, Fiki kembali ke sofa untuk melanjutkan menonton tv dengan Fajri-lebih tepatnya sendiri karna Fajri sudah tidur.
"Ko perut gue sakit ya" batin Fiki sambil meremas perutnya
"Aduh, ko makin sakit" cicit Fiki dengan pelan
Dia merebahkan dirinya di sofa yang tidak ditiduri oleh Fajri, dia harap rasa sakitnya akan hilang jika direbahkan. Namun itu tidak benar bahkan sakitnya semakin menjadi-jadi.
"Sttt" Fiki terus menerus meremas perutnya
"Fik lo kenapa?"
"Gak apa cuman perut gue cuman melilit doang" jawab Fiki pada Fenly.
Ya, itu Fenly yang bertanya. Fenly tadinya ingin ke dapur untuk mengambil minum namun dia mendengar seperti ada orang yang merintih kesakitan dari ruang keluarga dan akhirnya dia melihat asal suara itu ternyata dari Fiki.
Fenly mendekat ke arah Fiki "Lo yakin ? Muka lo juga pucet Fik" Fenly mulai khawatir
Fiki tidak mengeluarkan kata-kata lagi dia hanya merintih menahan sakit yang berasal dari perutnya. Fenly mendengar ada dengkuran halus dari sebelah Fiki dan ternyata itu adiknya yang sedang enak' tidur di saat saudaranya kesakitan seperti ini !.
"Sttt, apaan sih ganggu orang tidur aja" ucap Fajri dengan kesal karna Fenly melempar bantal sofa pada Fajri
"Bangun Lo, liat nih adek Lo kesakitan gini malah enak' tidur" cerocos Fenly
Fajri langsung bangun dari tidurnya lalu mendekat pada Fiki dan Fenly
"Lo kenapa, Fik?" Tanya Fajri khawatir
"Gak apa cuman sakit perut doang" jawabnya lirih
"Lo salah makan ? Atau belum makan?"
"Gue barusan baru makan"
"Makan apaan?" Tanya Fenly
Fiki meremas kembali perutnya yang kembali terasa sakit "makan mi barusan" jawab Fiki lagi
"Lo kan gak boleh makan mi dulu Fik !" Fenly mulai ngegas
"Tapi gue barusan laper" jawab Fiki pelan
"Udah Napa ah malah ribut" lerai Fajri "gue ambil obat magh dulu buat Lo, tunggu" Fajri pergi dari sana tanpa merasa bersalah karena dialah yang nyuruh Fiki untuk masak mi
•••
"Ma bangun hey, pulang sama Soni sana besok sekolah loh" Farhan menepuk-nepuk pipi Salma agar adiknya itu dapat terbangun
"Eguhh" lenguhan Salma mulai terdengar bersaman dengan itu Salma jga terbangun. "Yu, udah ngantuk juga" sambungnya
Ceklek
"Assalamualaikum" ucap Angga
"Wa'alaikumsalam" ucap anak dan istrinya bersamaan
"Astaghfirullah rumah sakit gimana sih ko bolehin satu RT buat ke RS" lanjut Angga yg sudah melihat orang-orang di dalam
"Tega banget ayah sama kita" Salma mengerucutkan bibirnya lucu
Angga terkekeh "abisnya banyak banget"
"Udah ah Salma sama kak Son mau pulang" pamit Salma pada semuanya
",Hati-hati ya" pesan bunda Nisa pada Zweitson dan Salma
Ayah Angga tidak langsung bertanya tentang keadaan Shandy, dia memilih untuk duduk dengan Farhan di atas sofa. Dia juga sudah melihat Gilang yang tidur Dengan nyenyak di atas karpet berbulu. Ingin dibangunkan ? Tapi gak enak yaudah diemin aja .
Tbc.
Hallo sayangnya aku 💜
Aku mau ngucapin makasih sekali lagi buat para reader ku 🥳💜 karna kalian cerita ini udah 1K, makasih semuanya....
Tinggalkan jejak:)
Terimakasih selamat malam 🌚🌝
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine Brother || UN1TY (End) ✓
Storie brevi[TETAP VOTE / KOMEN WALAU SUDAH TAMAT] Cerita ini mengisahkan satu keluarga bahagia sepasang suami istri yang memiliki 8 anak laki laki dan 1 perempuan.