Sudah diputuskan hari ini Heejin akan masuk sekolah kembali. Namun mama dan papa bilang Heejin dipindahkan ke sekolah yang berbeda dari sekolahnya yang dulu sebelum ia kecelakaan.
Katanya agar Heejin lebih mudah berinteraksi di sekolah baru dibanding di sekolah lama juga agar Heejin tidak perlu mengingat apa apa di sekolah lamanya. Tapi mereka juga tidak memberitahu seperti apa sekolah baru Heejin.
Karena ini hari pertama Heejin masuk sekolah, jadi mama dan papa nya berinisiatif mengantarnya.
Seperti biasa, mereka berdua asik mengobrol sedangkan Heejin hanya melamun.
"Shuhua.. ga sekolah?" Tanya Heejin memotong obrolan mama dan papa.
Mama menatap Heejin seakan bingung untuk menjawab pertanyaan Heejin.
"Shuhua ga suka keramaian, jadi dia selalu di rumah." Jawab mama tenang. Heejin hanya mengangguk mengerti.
Heejin mematung begitu mereka sampai di sekolah baru Heejin. Tidak baru bagi Heejin.
Sekolah tempat Heejin menjadi anak buangan. Dijauhi, dikucilkan, selalu menjadi bahan ejekan dan selalu menjadi pelayan dadakan untuk anak anak yang merasa derajatnya jauh lebih tinggi dibanding Heejin. All the dark past Heejin been is here.
"Kenapa melamun? Tidak suka sekolahnya?" Suara mama membuyarkan lamunan Heejin dan Heejin hanya menggeleng untuk menjawabnya, "Kalau gitu ayo turun sayang"
Hanya Heejin dan mama yang turun dari mobil sedangkan papa menunggu di mobil sampai mama kembali.
Mama mengantar Heejin ke ruang guru agar gurunya yang mengantar Heejin ke kelas.
Selama berjalan ke ruang guru, Heejin menunduk menyembunyikan wajahnya seperti dulu. Heejin tau wajahnya sangat berbeda dibanding wajahnya yang dulu, tidak mungkin ada yang bisa mengenalinya. Tetapi ntah kenapa Heejin selalu refleks menunduk.
"Kok nunduk? Malu kah mama jalan di sebelahmu?" Heejin tidak menjawab.
Akhirnya mereka berdua sampai di ruang guru. Mama berjalan ke salahsatu meja guru diikuti Heejin yang berjalan di belakang mama.
"Akhirnya dateng juga yang ditunggu" Ucap guru pemilik meja itu menyambut mereka berdua dengan senyuman.
Heejin kenal betul guru ini. Guru bimbingan konseling yang mereka bilang bertugas mendengarkan dan memberi solusi untuk masalah masalah yang terjadi pada para murid.
Namun itu semua adalah kebohongan.
Heejin sangat ingat saat itu. Saat dimana Heejin sedang ditindas oleh anak anak kelasnya di koridor yang sepi. Guru ini berjalan melewati Heejin yang jelas jelas butuh pertolongan tetapi ia hanya diam dan meninggalkan Heejin begitu saja.
Juga saat dimana Heejin mengadu tentang apa yang teman teman kelasnya lakukan padanya. Jawaban yang Heejin dapat hanya "Mereka hanya sedang bercanda, jangan terlalu dibawa serius" dengan nada bicara datar seakan tidak peduli.
Berbeda dengan sekarang. Wajahnya terlihat ramah ketika berbicara dengan mama.
"Baik bu, Heejin bisa diantar ke kelas sekarang" Final guru itu sebelum berpamitan dengan mama.
Mama mengusap pucuk kepala Heejin sebelum pergi meninggalkan Heejin bersama dengan guru bimbingan konseling di ruang guru. Sekarang waktunya Heejin diantar ke kelas.
Heejin berjalan mengekori guru bimbingan konseling sambil menunduk seperti tadi. Sampai di depan pintu kelas guru bimbingan konseling menyuruh Heejin menunggu sebentar di depan pintu sedangkan ia menenangkan kelas terlebih dahulu.
Beberapa menit kemudian Heejin diperbolehkan masuk kedalam kelas.
Yang Heejin dapati adalah.. anak anak kelas yang sama dengan anak kelasnya yang dulu. Dan tentunya Wang Yiren yang duduk di barisan depan tersenyum kearah Heejin.
"Jeon Heejin."
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM NOT. ME. || Jeon Heejin ft. 00L
Horror[UNCONTINUED] ❝All I want is revenge and then die peacefully.❞ ©smollix; 300121