ฤดูใบไม้ร่วง - 9

400 52 7
                                    

Suasana rumah kembali menjadi hening, Singto sudah pulang 1 jam yang lalu. Setelah menyetujui permintaan Krist beberapa saat lalu dan meninggalkan Krist yang masih terduduk seorang diri di sofa.

Tak lama pintu kamar terbuka, langkah Gun menuruni tanggal terdengar jelas melalui pendengaran Krist, atau memang Gun sengaja menghentakkan kaki agar suara langkah menjadi besar.

Sontak Krist berbalik menatap tepat kearah Gun yang sadar lalu membalasnya dengan tatapan polos, "kau baik-baik saja?" kalimat pertama yang Krist sampaikan saat melihat Gun keluar dari kamarnya.

Gun tidak bersuara untuk menjawab, tapi menggangguk sebagai jawaban.

Krist tidak percaya, kedatangan tiba-tiba orang tua Gun sudah cukup membuat Krist panik jika keadaan Gun akan memburuk. Mengamuk dan menangis memang sudah biasa ia melihatnya, tapi kehilangan kewarasan? Krist tidak ingin membayangkannya.

Bukannya Krist tidak percaya pada Gun, tapi tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi saat seorang manusia diberikan banyak tekanan tanpa henti dan diperlihatkan traumanya berulang kali.

"Gun!" Krist meninggikan suaranya saat Gun memilih berjalan ke arah dapur, detik kemudian Krist langsung berlari kearah Gun. Melihat punggung yang lebih kecil darinya dan membalikkan tubuh itu dengan cepat, "apa yang kau-"

Gun membalas Krist masih dengan tatapan polos, dengan satu tangan yang memegang botol air dan satu tangannya memegang gelas. Gun hanya mengambil minum dari kulkas. Krist tanpa sadar menghela napas lega.

"Kau mengejutkanku .." Krits melepaskan Gun lalu mengusap wajahnya frustasi, 

"Apa ke dapur harus melapor padamu dulu?"  GUn menatap bingung, lalu berjalan kembali melewati Krist yang masih menatap cemas luar biasa. Menuang air dalam gelas lalu kembali membuka kulkas dan mengembalikan botol air yang diambilnya,

"Memangnya kau pikir aku ingin mengambil apa?" 

"...pisau?" suara Krist terdengar pelan namun yakin.

"Apa sekarang sudah waktunya makan malam?" 

Krist menggeleng, 

"Yasudah jika belum, pisau untuk apa?" Gun berlalu, melewati Krist yang masih setia menatap kearahnya. memperhatikan gerak-gerik Gun. Takut-takut jika Gun akan melakukan hal gila di luar akan pikirnya seperti waktu pertama kali.

"Potong .. buah?" Krist tersenyum canggung, tidak ingin diketahui oleh Gun. ia masih ingat dengan peringatan dari New- kakak tingkat yang ternyata teman masa sekolah dasar Gun dulu. 

Kakak tingkat yang memiliki sifat jauh dengan Gun, membayangkan New marah padanya saja Krist enggan. Terakhir kali New marah, kakak tingkatnya berhasil membuatnya kesulitan untuk berkonsultasi dengan salah satu dosen yang terkait mata pelajaran yang memiliki nilai rendah.

New itu iblis- dimata Krist.

Gun mengangguk mengerti lalu kembali melangkah keluar dari dapur mengarah pada sofa yang berhadapan langsung dengan televisi, Krist menghela napas lega diam-diam lalu kembali mengikuti Gun dari belakang.

"Gun.. tentang tadi.."

Gun hanya terdiam, masih dengan melihat televisi yang beberapa saat lalu baru saja dinyalakan. terfokus dengan siaran televisi kesukaannya. Gun sama sekali tidak terganggu dengan perilaku Gun.

"Gun.. maaf-"

GUn menghela napas tiba-tiba, hal itu sukses membuat Krist menghentikan kalimatnya. Dalam hati Krist bersiap untuk kalimat perpisahan yang akan di sampaikan Gun sesuai dengan pikirannya.

ฤดูใบไม้ร่วงTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang