ฤดูใบไม้ร่วง - 2

635 62 1
                                    

Krist terbangun di saat matahari belum terbit, dan langit masih gelap. Tanpa cahaya, Krist kesulitan untuk melihat sekitar yang hanya bermodalkan cahaya di luar kamar, menit kemudian Krist baru sadar jika dirinya tertidur di kamar Gun.

Suara isak tangis terdengar, alasan mengapa Krist dapat terbangun. Tidak terganggu, tapi Krist mencemaskan sosok yang selama ini dilindungi olehnya, baik fisik maupun mentalnya, "Gun?" Krist mencoba memastikan.

Gun hanya terdiam dan hanya terdengar isak tangis, "Gun? Kau baik-baik saja?" Krist merutuki pertanyaannya sedetik kemudian. Jelas jika ia tidak baik-baik saja, bodoh! Umpat Krist dalam hati.

Tetap tetap tidak menjawab, Krist semakin cemas melihatnya. Gun tetap memeluk erat kedua kakinya, menenggelamkan wajahnya enggan melihat ke arah Krist yang terus mencoba memanggilnya.

Krist kini mencoba dengan menepuk punggung Gun lembut, mencoba melihat keadaan Gun lebih jelas saat ini. Gun mendongak, menatap kearah Krist dengan mata yang memerah karna menangis.

Di gelapnya kamar karna Gun tidak ingin menyalakan lampu, Krist dapat melihat jelas jika Gun bisa hancur walau hanya di sentuh sedikit, Krist berinisiatif untuk melepas tanganya dari tubuh Gun.

"Kau siapa?" Gun menatap Krist kosong.

'Tidak lagi!' Krist membatin takut, tidak ingin hal dulu kembali terulang.

"Gun? Aku-"

"Mengapa kau baik padaku? Apa kau yang berjaga semalaman di sini? Mengapa kau tetap tinggal? Aku merepotkan bukan? Seharusnya kau pergi saja .. jangan di sini .. kau bisa bernasib sial sepertiku, mengapa kau tidak kunjung pergi? Seharusnya kau tinggalkan saja aku sen-"

"Gun!" Krist memeluk Gun erat, tidak ada tanda ingin melepaskan meskipun Gun memberontak karna terkejut. Gun menangis, lagi. Namun, tak butuh waktu lama kembali menjadi isakan.

Ketakutan yang berlebih, Krist menyadari saat Gun mendengar perkataan Singto tentang tawaran pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan, siapa yang berani menolaknya saat kesempatan itu di depan mata?

Bahkan Singto saja tidak merasa keberatan, dan menawari Gun tentang kontrak pekerjaan itu. Melupakan kesepakatan awal tentang tidak ada banyaknya orang dalam Gun berkerja nanti dalam merekam sebuah lagu.

Hal remeh di mata semua orang, beberapa staff Singto bahkan membicarakan Gun dan Krist di belakang. Mengatakan jika semua itu bukan berkaitan dengan masa lalu buruk Gun, melainkan Gun yang hanya membesarkan suatu masalah kecil.

Sekali, pernah terdengar oleh Krist saat berada di toilet. Krist memukul mereka hingga mereka masuk rumah sakit, Singto tidak tau apa yang terjadi, dan tidak bertanya lebih lanjut lagi. Melihat wajah Krist yang saat itu memerah menahan marah dengan kedua manik yang berlinang air mata, Singto tidak membawanya ke polisi.

Meskipun staffnya menuntut tidak terima.

"Gun? Aku tidak peduli jika aku harus berjaga semalaman hingga berhari-hari bahkan selamanya untuk tetap di sisimu!" Krist kini mencengkarm kedua lengan Gun erat.

"Aku akan tetap tinggal meski kau mengusirku berulang kali seperti dulu, aku akan tetap kembali padamu agar kau tidak merasa sendiri! Aku juga tidak peduli jika menjadi teman baik nasib sial jika tetap bersamamu .. " Krist menarik napas panjang, menahan diri untuk tidak menangis di hadapan Gun, "aku tidak akan pernah pergi!"

Gun masih terdiam, tertegun dengan segala ucapan panjang Krist, "seharusnya kau jangan baik padaku .. "Gun menyembunyikan wajahnya, "jika kau terlalu baik .. aku takut jadinya, mereka semua awalnya baik .. tapi seketika berubah menjadi menyeramkan .. dan sebagian memilih pergi,"

ฤดูใบไม้ร่วงTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang