ฤดูใบไม้ร่วง - 4

553 61 3
                                    

Krist berulang kali meminta maaf pada Singto karna 30 menit menunggu tapi Gun dan Krist tidak kunjung datang, alasannya ... Gun melihat es krim di pinggir jalan dan memaksa Krist untuk berhenti.

Jika Singto yang menjadi prioritas utamanya, dalam 15 menit mereka sudah tiba. Tapi, Gun adalah prioritas utama baginya, sehingga Krist hanya dapat menghela napas pelan lalu menuruti pria mungil untuk membeli beberapa es krim.

"Hai Gun .." Singto menyapa dengan senyum ramah, tapi Gun langsung mundur dengan tatapan waspada, Krist kali ini kembali menghela napas lelah, "ada ap-"

"P'Singto akan meminta es krim juga seperti Krist?" Gun menatap penuh selidik, membuat Singto seketika terdiam tidak tau harus menjawab apa, pikiran Gun memang selalu ajaib karna berbeda dengan kebanyakan orang.

"Tidak kok .. " Singto berucap pelan lalu tertawa gugup, Gun memang memiliki sifat yang sesuatu.

"Benarkah?" kedua manik Gun berbinar senang, "Terima kasih P'Singto!" Gun bergegas masuk dan menuju dapur.

"Aish ..! anak ini!" Krist bersiap berteriak kembali, namun di tahan Singto, "ah .. maaf P'Singto .. jadi menunggu terlalu lama, silahkan .." Krist kembali tersenyum manis, walaupun saat masuk ke dalam rumah pria itu kembali berteriak.

"Gun! Janji apa saat kita di mobil tadi?! Mandi! Dan es krim setelah makan malam!" Krist sudah seperti ibu rumah tangga yang tengah mengomeli anaknya yang nakal.

Singto tertawa pelan, "rumahmu selalu ramai ya?" diam-diam Singto cukup iri dengan suasana hangat rumah milk mereka, berbeda dengan appartemen miliknya yang terkesan dingin karna dia hanya hidup sendiri.

Gun melewati mereka, tersenyum ramah pada Singto, lalu memeletkan lidahnya pada Krist.

"Aish! Anak ini!" Krist melempar sendal rumahnya dengan kecepatan tinggi, dan Gun menghindarinya dengan mudah, "kemari kau! Gun!" Krist berteriak tidak mempedulikan keberadaan Singto yang tengah tertawa melihat mereka.

Singto dan Krist masih dapat mendengar suara tawa Gun yang terdengar cukup keras, sampai menghilang bersamaan dengan pintu kamar Gun yang tertutup rapat.

"Kalian lucu sekali," Singto mengkomentari lalu mengeluarkan sebuah map coklat ke atas meja.

Krist melirik ke arah amplop tersebut lalu kembali menatap kearah Singto, tak butuh waktu lama Krist langsung mendorong amplop itu kembali pada Singto, "aku sudah memberitahukannya padamu kemarin-"

Singto tertawa pelan, Krist selalu menjaga Gun, dan Singto sudah bisa menebak jika pria itu kembali membahas kejadian kemarin saat Gun yang terkejut mendapatkan tawaran di undang ke salah satu acara tv.

"Tidak .. kau salah paham.. itu hanya perpanjangan kontrak, aku masih ingin Gun menyanyi di siaran radiko ku" Singto kembali mendorong amplop itu kearah Krist, berharap jika pria itu percaya dan membacanya.

Krist menatap sebentar, lalu membuka amlop itu dengan sesekali menatap kearah Singto penuh selidik, "kau curiga sekali~" Singto kembali tertawa pelan.

Krist terbatuk pelan saat di dapati terus menatap kearah Singto, lalu memilih membaca kertas yang kini ada di tangannya.

"Huaa! P'Singto benar-benar percaya padaku?!" Krist menahan diri untuk tidak berteriak karna terkejut, suara Gun tepat berada di belakangnya, masih dengan rambut basah dan wangi sabun tercium sangat jelas.

"Gun?!" Krist berpekik kesal, dan Gun tertawa senang, berhasil menjahili Krist.

Singto tertawa pelan, "bagaimana?"

"P'Singto ... benar-benar menyukaiku atau suaraku?" Gun menatap polos.

"Maaf?" Singto menatap bingung tidak mengerti.

ฤดูใบไม้ร่วงTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang